~happy reading~"Kalian ngapain disini, bukannya didalam?" Tanya Arkan.
Keduanya hanya diam tanpa niatan menjawab pertanyaan Arkan. "Ngapain disini hm?" Tanya Aarash lagi.
"Marahin aku aja, jangan marahin Dhira. Aku ngantuk didalam jadi aku ajak Dhira keluar untuk main"
"Siapa yang mau marah hm? Apa kamu pernah lihat aku marah" Bia menggeleng, pasalnya semenjak mengenal Aarash, Bia sama sekali tidak pernah melihat Aarash marah apalagi berkata kasar kepada orang lain.
"Kalian beli ini, sudah itu pamer keanak kecil tadi?" tunjuk Aarash yang mendapat anggukan kepala dari keduanya.
"Lagian tadi kita minjem mainannya gak boleh, jadi kita beli aja" ucap Dhira.
"Bocil emang susah, yang dibeli malah mainan" ejek Arkan.
"Berisik banget lo" kesal Dhira.
"Udah jangan pada berantem" lerai Aarash. "Lain kali jangan seperti itu lagi, Abang gak suka kamu pamer kepada orang lain" lanjut Aarash.
"Iya Bang, maaf" sesal Dhira.
"Aku juga minta maaf" ujar Bia.
"Ngomong-ngomong ceramahnya udah selesai Bang?" Tanya Dhira.
"Sudah, mangkanya Abang sama Arkan keluar"
Dhira hanya mengangguk paham. Setelahnya ia menatap Aarash sambil mengedip-ngedipkan matanya.
Arkan yang melihat Dhira sudah bisa menebaknya, pasti Dhira sedang ada maunya. "Mata lo biasa aja, kalau mau sesuatu tinggal ngomong. Gak perlu kedip kedipin mata" nyinyir Arkan.
Dhira mendekat ke Aarash dan langsung memeluk Aarash dari samping.
"Mau apa hm?" Tanya Aarash mengelus puncak kepala Dhira.
"Bang, kepasar malam dekat sini yuk" ajak Dhira penuh harap.
"Nah kan, udah gue tebak. Pasti ada maunya" ujar Arkan.
"Emang ada?" Tanya Arkan.
Dhira mengangguk. "Ada, tadi Dhira lihat waktu kita kesini. Mau ya, Bang" bujuk Dhira.
"Iya Adek, Abang" ucap Aarash sebelum mendaratkan kecupan dikepala Dhira.
Dhira melepaskan pelukannya, beralih menggandeng tangan Bia. "Ayo Bi, kita pergi" ajak Dhira yang mendapat anggukan kepala dari Bia.
Bia dan Dhira berjalan terlebih dahulu meninggalkan Aarash dan Arkan.
"Woii nyil, jalan?" Tanya Arkan.
"Iya, orang dekat juga" teriak Dhira.
Setelah berjalan sekitar tiga menit, mereka sampai dipasar malam yang dekat dengan masjid yang mereka datangi tadi.
"Bi ayo main biang lala" ajak Dhira.
"Lo aja Dhir, gue takut ketinggian" tolak Bia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aarashbia [Hiatus]
Teen Fiction(SEQUEL ZAFAR) Aarash Abqari Saafir. pemuda tampan berwajah dingin, berperawakan tinggi, mempunyai rahang tegas, dan hafidz Qur'an. Siapa yang tak menyukai laki-laki yang bisa dibilang mendekati sempurna ini. termaksud, Quenca Leona Adeline. peremp...