~happy reading~Hari terus berganti dengan cepat, hingga tibalah dihari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang calon pengantin. Siapa lagi jika bukan Aarash dan Bia.
Tepat pada hari ini tanggal 23 juli, acara pernikahan keduanya dilangsungkan dipesantren Ar-Rum. Yang hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan juga para Santriwan/Santriwati.
Aarash dan Bia sudah sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka dari sahabat-sahabat mereka, hingga menunggu waktu saat mereka lulus sekolah beberapa bulan lagi.
Saat ini, Bia berada dikamar Dhira sedang di make-up oleh MUA ditemani dengan Laras dan Dhira. Detak jantung Bia berdetak tak karuan ada rasa cemas dan khawatir yang bersatu dalam pikirannya.
Laras yang melihat wajah cemas Bia, berjalan mendekat kearah Bia.
"Oke, sudah selesai make-up nya" ucap seorang MUA yang meriasi wajah Bia.
Bia tersenyum. "Makasih ya kak"
"MasyaAllah cantiknya anak Umma" puji Laras melihat betapa cantiknya wajah Bia setelah di make-up.
"Makasih Umma, Umma juga cantik banget"
Laras tersenyum kearah Bia. "Sayang, ikut Umma duduk disofa yuk" ajak Laras yang mendapat anggukan kepala dari Bia.
"Cerita sama Umma, apa yang sedang mengganggu dipikiran kamu?" Tanya Laras saat mereka duduk disofa kamar.
Bia memainkan jari-jari tangannya, bingung harus mengatakan apa. "Soal Papah, kamu?" Tanya Laras sekali lagi yang mendapat anggukan kepala dari Bia.
"Bia takut Papah gak datang menjadi wali nikah Bia, Umma" ucap Bia matanya sudah berkaca-kaca.
"Percaya sama Umma, Papah kamu pasti datang menjadi wali nikah anak perempuan satu-satunya" ujar Laras meyakinkan Bia.
Bia menggeleng menghapus air mata yang jatuh membasahi wajahnya. "Papah gak sayang sama Bia, Papah benci sama Bia, Bia anak pembawa sial Umma. Papah saja gak mau melihat wajah Bia, apalagi untuk menjadi wali nikah Bia"
Tanpa mereka sadari ada seseorang dari luar kamar yang mendengar ucapan mereka dari dalam. Seseorang itu meneteskan air matanya.
"Bia dengarin Umma, gak ada yang namanya anak pembawa sial. Anak itu anugrah yang Allah berikan, titipan yang harus dijaga dan disayang sepenuh hati. Biarlah Papah tidak menyayangi Bia, tapi Umma, Abi, Aarash, Dhira. Semuanya sayang Bia"
"Bi, lo jangan bicara gitu. Gue jadi sedih dengarnya" ujar Dhira yang turut merasakan apa yang Bia rasakan.
"Bia sayang Papah, Umma" Laras langsung mendekap tubuh Bia memberikan semangat.
"Papah juga sayang kamu, Bi" sontak Bia langsung melepaskan pelukkannya dengan laras lantaran mendengar suara yang tak asing menurutnya.
Bia berdiri dari duduknya menatap tak percaya kearah ambang pintu kamar. Sosok yang ia tunggu-tunggu sedari tadi kedatangannya berdiri dengan tegap dan gagah mengenakan jas. "Pa-Papah"
Kevin langsung berjalan mendekat kearah Bia dan membawa Bia kedalam pelukkannya. "Pah, ini beneran Papah?" Tanya Bia yang masih tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aarashbia [Hiatus]
Roman pour Adolescents(SEQUEL ZAFAR) Aarash Abqari Saafir. pemuda tampan berwajah dingin, berperawakan tinggi, mempunyai rahang tegas, dan hafidz Qur'an. Siapa yang tak menyukai laki-laki yang bisa dibilang mendekati sempurna ini. termaksud, Quenca Leona Adeline. peremp...