~happy reading~Pukul tiga dini hari, Dhira terbangun dari tidurnya untuk melaksanakan sholat tahajud. Dhira melirik kesamping kanannya melihat Bia yang masih tertidur pulas. Kenapa Bia berada dikamar Dhira? Karena Dhira lah yang menyuruh Bia untuk tidur bersamanya dari pada Bia tidur diasrama Santriwati.
Dhira memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, baru setelahnya membangunkan Bia.
Setelah kepergian Dhira, Bia mengigau terus menerus memanggil-manggil mendiang Mamahnya.
"Mamah hiks... Bia kangen"
"Mamah"
"Bia kangen, Bia mau peluk Mamah hiks..."
Saat Dhira keluar kamar mandi dan melihat kearah tempat tidur, ia melihat Bia yang sudah dalam keadaan menangis. Langsung saja Dhira menghampiri Bia untuk membangunkannya.
"Bi, bangun. Lo kenapa?"
"Bia ini gue Dhira" Dhira memegang kening Bia yang sudah dipenuhi keringat. Saat Dhira memegang kening Bia, Dhira merasakan suhu tubuh Bia yang sangat panas.
"Astaghfirlullah Bi, badan lo panas banget" ucap Dhira setelah itu pergi keluar kamar menuju kamar Laras untuk meminta bantuan.
Tok
Tok
"Umma" panggil Dhira.
Ceklek
Pintu terbuka menampilkan gus Zafar yang sudah rapi untuk pergi kemasjid.
"Kenapa, Dek?" Tanya gus Zafar.
"Umma mana Ba?" Tanya balik Dhira dengan wajah panik.
"Kenapa Dek nyari, Umma" ucap Laras yang baru keluar kamar.
"Umma, Bia sakit. Badannya panas banget" beritau Dhira.
"Yaudah ayo kekamar kamu Dek" Dhira mengangguk sebagai jawaban.
"Baba juga mau pamit kemasjid dulu, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" setelah kepergian gus Zafar, Laras dan Dhira pergi untuk mengecek keadaan Bia.
Sesampainya Laras dikamar, Laras langsung memegang kening Bia yang ternyata panas.
"Dek, ambilin kompresan sana" suruh Laras yang langsung dituri Dhira.
"Yaampun sayang badan kamu kenapa panas banget" khawatir Laras.
"Mamah hiks..." Bia kembali ngigau memanggil-manggil Mamahnya.
Laras mengelus puncak kepala Bia. "Serindu ini kamu sama Mamah kamu sayang. Sampai sakit seperti ini"
"Kamu kuat sayang, kamu pasti bisa hadapin masalah yang kamu alami" ucap Laras memandangi wajah Bia.
Perlahan mata Bia terbuka, yang pertama kali ia lihat adalah wajah Laras yang tersenyum kearahnya. "Tante sakit" ucap Bia yang mendapat anggukan kepala dari Laras.
"Sabar ya sayang, sebentar lagi kamu pasti akan menemukan kebahagian kamu" ujar Laras tau maksud sakit yang Bia katakan bukanlah hanya sakit dibagian kepalanya saja melainkan sakit batin dan fisik.
"Tante boleh Bia peluk tante sebentar" Laras merentangkan tangannya.
"Boleh sayang, sini peluk tante" Bia langsung masuk kedalam pelukan Laras, hangat itulah yang Bia rasakan saat ini.
"Sekarang kamu panggil tante, Umma ya. Sama seperti Aarash dan Dhira. Begitu juga saat kamu panggil om Zafar, kamu panggil Baba"
"Maafin Bia, tante. Udah repotin tante dan keluarga" Laras mengurai pelukkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aarashbia [Hiatus]
Novela Juvenil(SEQUEL ZAFAR) Aarash Abqari Saafir. pemuda tampan berwajah dingin, berperawakan tinggi, mempunyai rahang tegas, dan hafidz Qur'an. Siapa yang tak menyukai laki-laki yang bisa dibilang mendekati sempurna ini. termaksud, Quenca Leona Adeline. peremp...