Keesokan hari..
Biasanya regan akan datang jam 8 pagi untuk menjemput clara sekaligus sarapan.
"Dia sungguh tidak datang"
"Biarkan saja, itu artinya clara tidak cukup berarti, hanya satu kali tamparan dia sudah menyerah" seakan tidak perduli.
Sementara mata clara terlihat sembab, dia sedih melihat kejadian semalam, dia kasihan karena dia ayahnya di tampar.
Fallen tetap diam dan bertahan di posisinya hingga sore hari, namun saat langit semakin gelap fallen semakin tidak tahan, dia langsung beranjak, mengambil tas dan kunci mobil.
"Nona mau kemana"
"Aku akan memberinya pelajaran, kirimkan alamatnya padaku."
Sinta tersenyum dan mendekati clara "lihatlah, apa kata tante, mama kamu itu sayang pura-pura benci, tos dulu"
Clara tertawa cekikikan bersama sinta melihat fallen pergi melalui jendela.
Dengan menggunakan hp fallen dengan mudah mendapatkan alamat rumah regan.
Rumah berukuran sedang itu, tidak dilengkapi dengan pagar, bahkan tidak ada satpam.
Fallen langsung memencet bel berulang-ulang cukup lama, membuat fallen jengkel dan mengetuk pintu itu dengan kencang.
Pintu terbuka "kenapa tidak datang? Sengaja ingin membuatku jengkel? Atau kamu akan menggunakan tamparan itu sebegai alasanmu untuk marah?? Agar clara marah padaku dan memihakmu?"
Regan tidak mengerti, apa itu sebuah pertanyaan atau tuduhan, yang pasti dia tidak bisa menjawab semuanya sekaligus.
Regan melepas jaket yang dia gunakan untuk menutup tubuh fallen yang hanya menggunakan pakaian tipis dengan lengan terbuka.
"Cuaca malam ini cukup dingin, ini musim hujan seharusnya kamu menggunakan jaket" dengan nada pelan.
"Kamu mencoba mengajariku?"
"Masuklah dulu" regan membuka pintu lebar-lebar.
"Jawab pertanyaanku tadi"
"Iya tapi di dalam ya"
Fallen masuk, di dalam rumah itu terpajang foto pernikahan mereka yang di cetak dalam ukuran besar.
"Kamu menyimpannya?"
"Sayang untuk membuangnya" sambil membuatkan teh hangat.
Sesekali regan batuk, dan menarik nafas berat. Saat dia kembali membawakan teh hangat dengan penerangan lampu yang memadai, fallen baru sadar bahwa regan terlihat sangat pucat.
Fallen langsung beranjak, meletakkan tangannya di kening regan "kamu sakit?"
"Aku baik-baik saja" sambil memegang telapak tangan fallen yang ada di keningnya.
Fallen segera menarik lagi tangannya, dan kembali duduk.
"Pagi ini, aku tidak enak badan, bukan karena kejadian semalam, sepertinya karena cuaca, aku juga tidak ingin membuatmu jengkel"
"Sudah minum obat?"
"Besok akan membaik?"
"Punya obatnya?"
Regan menggeleng, saat sakit asal cukup istirahat biasanya regan akan sembuh.
"Bukankah kamu selalu menyediakan kotak p3k sekaligus beberapa obat?"
"Dulu aku menyiapkannya untukmu"
Fallen meminta regan untuk berbaring di sofa, dia mengambil air hangat dan sebuah handuk kecil untuk memberikan kompres hangat.
"Sungguh aku baik-baik saja"
"Aku melakukannya untuk clara, jika kamu sakit terlalu lama dia mungkin akan khawatir, rebahkan kepalamu dipadaku"
Regan akhirnya diam dan menurut, berkat itu suhu tubuhnya semakin panas.
"Kok malah tambah panas ya? Apa kompress air dingin aja?" Setelah beberapa saat.
"Tidak perlu, sepertinya aku kepanasan?"
"Bukannya tadi kedinginan?"
"Iya tiba-tiba kepanasan?"
"Kenapa"
"Posisi ini terlalu nyaman"
Fallen langsung berdiri membuat kepala regan terjatuh dan hampir saja membentur meja di depannya.
"Aduhhh"
"Maaf maaf" ucap fallen.
Regan kembali duduk begitu juga fallen, suasana sedikit canggung.
"Besok pagi, apa aku boleh menemui clara? aku kerja siang jam 12"
"Tentu, kamu langsung masuk saja, besok pagi sepertinya aku akan ada di luar"
"Pagi-pagi? Bukannya biasanya kerja siang kalo senin"
"Aku harus ke tempat ricky, aku harus memberi jawaban padanya besok"
"Begitu.. apa aku boleh tau jawaban apa yang akan kamu berikan padanya?"
"Memangnya kenapa.."
"Tidak apa-apa aku hanya penasaran"
"Bagaimana jika aku bersedia menikah dengannya"
"Artinya ini adalah malam terakhir bagiku melihatmu sebagai seorang wanita single yang belum dimiliki siapapun"
"Memangnya apa bedanya jika aku sudah menikah atau sekarang"
"Mm jika kamu menikah, aku harus jauh lebih menjaga batasan"
"Kamu bisa datang seperti biasanya"
"Kamu juga harus menghargai perasaan suamimu nanti, jangan memperdulikan perasaanku"
"Baiklah, jika ini adalah malam terakhir aku sendiri, apa yang akan kamu lakukan"
"Menatapmu, karena sepertinya nanti aku tidak akan sanggup lagi untuk menatapmu secara langsung"
"Kalau begitu silahkan"
Seakan memberikan sebuah kode jelas bahwa regan harus bersiap untuk kemungkinan terburuk.
Regan memberanikan diri menatap fallen sebisanya, namun belum lama matanya sudah berkaca-kaca membayangkan bagaimana hari esok, entah sejak kapan regan menjadi sangat cengeng.
Setelah menahannya cukup lama, air mata itu menetes, fallen kaget melihat regan ungguh-sungguh meneteskan air mata.
"Tunggu, apa ini, sepertinya karena terlalu lama tidak berkedip"
Fallen langsung mencium bibir regan, dengan lembut, dengan hangat, regan memejamkan mata menikmati sentuhan bibir lembut itu, setelah beberapa detik fallen melepas ciumannya.
"Ini ciuman terakhirku untukmu, sebagai hadiah, sekaligus permintaan, walaupun aku sudah menikah, jangan tinggalkan clara, sepertinya dia sangat menyayangimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad CEO (21+)
RomanceRegard: "Wanita itu membuatku bergairah, dia membuatku marah, dia juga membuatku terobsesi, dia juga membuatku sedih dan dia juga membuatku tak ingin melepaskannya, mengurungnya bersamaku" Fallen: "Dia menyakitiku dan mengobatiku" CERITA DEWASA BANY...