17. ORANG BAIK 🦖

891 121 36
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XVII]

Waktu berjalan sebagai mana mestinya tanpa ada yang berubah. Semenjak pengakuan Langit kepada Rellza tempo lalu, Rellza bukan semakin menjauh namun dia malah semakin mendekat kepada Langit. Tiada waktu tanpa Langit diganggu oleh Rellza. Rellza semakin gencar mengganggu Langit hingga Langit kesal. Kekesalan Langit adalah kebahagiaan Rellza.

"Keluar gak lo dari kamar gue..!!" Seperti hari minggu pagi ini teriakan dan sentakan tidak pernah terhenti di rumah ayah Vihaan.

"Kalo gue gak mau kenapa hm hm?" Rellza malah meledek dan memberantakan tempat tidur Langit.

"Dasar Beruang liar..!!" Langit yang sudah kepalang emosi berusaha menarik Rellza dengan kasar agar keluar dari kamarnya.

"Gak mau .. gak mau ..!!!!" Rellza masih berusaha untuk mengganggu Langit.

"Ayah, anak pungut ayah ini loh nakal banget..!!!" Langit setengah berteriak memanggil sang ayah.

"Cihh pengadu huuu tukang ngadu huu tukang ngadu.." ledek Rellza mengelilingi kamar Langit.

"Langit, ayah titip adek ya. Ayah ada urusan sebentar di kantor." Ucap Vihaan tiba-tiba yang sudah berada di ambang pintu kamar Langit.

"Hari minggu ngapain ke kantor, ayah.." rengek Rellza mendekati sang ayah.

"Ada urusan sebentar, dek. Gak papa ya sama abang Langit.." jawab lembut Vihaan sambil memeluk sang anak.

"Bawa aja ayah, lihat nih kamar Langit berantakan karena ulah anak pungut ayah itu" balas Langit yang tidak ingin ditinggalkan berdua dengan Rellza.

"Iya ayah, adek ikut aja ya sekalian kenalan sama temen-temen kantor ayah.." bujuk Rellza memelas.

Vihaan berpikir sejenak, benar juga hubungan Langit dan Senja sedang tidak baik dan akan sangat tidak baik lagi jika ia meninggalkan kedua anaknya.

"Ya udah, ayo siap-siap sana.." putus Vihaan.

"Yeaaayyy..!!"

"Akhirnya tuh anak pungut pergi juga.." gumam Langit yang merasa lega.

"Hati-hati ucapannya, nanti beneran pergi kamu kangen setengah mati" celetuk ayah Vihaan yang mendengar gumaman Langit.

"Mana mungkin, yang ada Langit akan merasa bersyukur kalo itu terjadi.." tegas Langit dan kembali memasuki kamarnya.

Vihaan hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya pelan melihat anak sulungnya yang sangat batu. Padahal dulu ia pribadi yang sangat lembut dan penyayang bagi Senja. Vihaan hanya berharap semoga Langit secepatnya membuka hati dan membuat Rellza bahagia.

▪️▪️▪️

Hanya membutuhkan waktu untuk Vihaan dan Rellza sampai ke kantor. Setelah memarkirkan mobilnya Vihaan mengajak Rellza untuk masuk ke dalam.

"Pagi pak Vihaan.." Rellza menoleh saat ada yang menyapa sang ayah, sepertinya seumuran dengan sang kakak.

"Bintang, panggil om aja, kan udah om bilang selain di rapat atau pertemuan manggilnya om aja.." Rellza melirik ayahnya yang tampak akrab dengan seseorang di depannya ini.

"Iya om, kalo om maunya gitu. Om apa kabar?"

"Baik, kita udah lama ya gak ketemu padahal satu kantor" balas Vihaan sambil menepuk pelan bahu Bintang.

"Iya, walau satu kantor tapi jarang banget ketemu"

Bintang dan Vihaan memang sudah dekat karena Bintang juga sahabat baik Langit dan ayah Bintang adalah sekretaris Vihaan.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang