29. HIDUPLAH LEBIH LAMA 🦖

917 111 28
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XXIX]

"Dari tadi ayah berusaha sabar tapi kok kamu malah makin ngelunjak. Dan apa tadi kamu bilang, gak butuh ayah, iya? Oke, ayah bakal pergi, jangan cari ayah lagi. Terserah kamu mau gimana lagi sekarang, ayah gak peduli. Ayah bukan ayah kamu lagi sekarang, kalo itu mau kamu" setelah mengatakan itu Vihaan pun beranjak dari kamar sang putra, meninggalkan Rellza yang menatap punggung ayahnya dengan nanar.

"Ayah.." lirih Rellza pelan, wajahnya sudah basah akan lelehan air mata.

"Ayah maaf.."

Tanpa membuang waktu Rellza langsung berlari mengejar ayahnya, dan menubruk punggung kekar ayahnya yang akan memasuki kamarnya. Ia sangat menyesali tingkah dan ucapannya.

"A-ayah.." lirih Rellza dengan isakan yang tak dapat ia tahan.

"Kenapa? Saya bukan ayah kamu lagi, sana cari ayah lain yang bisa kamu bentak-bentak sesuka hati kamu" ucap Vihaan dengan nada yang sangat dingin.

Rellza langsung menggeleng brutal, ia tidak ingin ayah lain, belum tentu ada ayah yang bisa sebaik ayah Vihaan.

"Lepas, Rellza..!!" Sentak Vihaan.

"Ng-nggak.." Rellza semakin erat memeluk sang ayah, bahkan ia rasakan jika nafasnya sesak karena menangis dan memeluk ayahnya erat.

"Maaf ayah, Rellza minta maaf, Rellza salah Rellza minta maaf, maaf ayah.." gumam Rellza terus menerus sambil memeluk erat sang ayah.

Vihaan masih diam sambil memejamkan matanya dan menghela nafas guna menetralkan emosinya. Perlahan Vihaan membalikkan tubuhnya untuk melihat penampilan kacau sang putra.

"Maaf ayah.." gumam Rellza lagi saat ayahnya menangkup kedua pipinya.

"Mau ngulangi lagi, bentak-bentak ayah?" Tanya Vihaan lagi dengan nada lebih lembut.

Rellza langsung menggeleng brutal, ia mencengkram baju sang ayah dengan kuat.

"Nggak seru ah, aturan biar lebih drama lagi, ayah pergi gitu terus kamu nyesel cari-cari ayah.." ujar Vihaan diselingi kekehan kecil.

"Ayah maahh, Rellza udah takut ahh" rengek Rellza mulai menangis kembali.

"Kan biar lebih seru, masa kamu ayah tinggalin bentar aja udah ciut" ledek Vihaan sambil menghapus air mata sang anak.

"Ayah juga cupu, dibujuk dikit aja udah luluh.." balas Rellza yang tidak terima diledek oleh sang ayah walau masih terisak-isak.

"Nakal memang kamu yaa.." Vihaan pun merasa gemas dengan sang putra, ia cium seluruh wajah merah putranya. Ia bawa putranya untuk masuk ke dalam kamarnya dan duduk berdua di kasurnya.

"Ayah juga nakal buat Rellza nangis, takut Rellza tuuhh" ucap Rellza sambil memeluk sang ayah.

"Ya kamu sih bentak-bentak ayah, sedih tau dibentak-bentak sama anak kesayangan. Mana dibilangnya gak butuh ayah lagi, ayah mana yang gak sedih denger anaknya bilang gitu.." balas Vihaan yang sudah nyaman di dalam pelukan sang putra.

"Uhhh maaf ya, janji deh Rellza gak gitu lagi, karena sampe kapanpun Rellza bakal selalu butuh ayah, Rellza sayang banget sama ayah. Jangan tinggalin Rellza ya ayahku.." balas Rellza sambil mencium pipi kiri ayahnya sekilas.

"Hmm, kenapa pula respon kamu gitu banget cuma karena abang mau ke nikahan kak Biru, hm? Kan udah dibilang abang anggap kak Biru itu sebagai sahabatnya gak lebih.."

"Mana bisa Rellza percaya, kalian aja udah bohongin Rellza. Rellza gak bisa lagi percaya sama orang dewasa, orang dewasa itu banyak bohongnya..!!" Seru Rellza menatap tajam sang ayah.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang