22. MERAMAIKAN 🦖

1.1K 131 35
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XXII]

Siang ini sahabat-sahabat Rellza akan datang untuk menjenguknya sepulang sekolah dan nantinya sahabat lamanya juga, tentunya Rellza sangat tidak sabar untuk menyambut sahabat seperjuangannya ini.

Tepat pukul 2 siang, Tama beserta temannya sudah sampai di rumah sakit di mana Rellza dirawat.

"Permisi.." ucap Tama dengan sopan saat memasuki ruang rawat Rellza.

"Eh ada Tama.." sambut Langit dengan ramah.

"Iya bang, mau jenguk si bocah.."

"Sendirian aja?" Langit berdiri dari duduknya dan menghampiri Tama yang juga berjalan ke arahnya.

"Nggak, bareng yang lain tapi kayaknya masih di luar sama ayah.."

"Ya udah abang tinggal deh kalo gitu, titip si bocil ini ya.." ucap Langit sambil mengusap kepala belakang Tama.

"Iya bang, siap.."

Pemandangan manis itu tentu tidak luput dari penglihatan Rellza. Bagaimana sang kakak berlaku lembut kepada Tama bahkan tak sungkan melakukan skinship. Matanya memicing tidak suka, bagaimana bisa dia yang sebagai adiknya walau hanya adik angkatnya harus penuh luka-liku untuk mendapatkan hati Langit, namun Tama yang notabene hanya sahabatnya bisa dengan mudah mendapatkan perlakuan lembut Langit dengan mudah. Tidak bisa dibiarkan.

Bersamaan dengan Langit keluar ketiga sahabat Rellza yang lainnya pun memasuki kamar rawatnya.

"Bayiii..!!" Seru Yudha memanggil Rellza dengan antusias.

"Yudha, Hanan, Kai .." balas Rellza merentangkan tangannya mengharapkan pelukan dari para sahabatnya.

Ketiganya pun mendekat dengan bersemangat karena mereka memang sangat merindukan Rellza. Namun Tama masih terdiam di tempatnya, terlihat mengerutkan keningnya seperti orang bingung. Jelas dia yang lebih dulu sampai di sini, namun Rellza sama sekali tidak menyapanya. Bahkan meliriknya saja tidak.

"Gue kangen banget sama lo, bayii" ucap Yudha sambil memeluk Rellza.

"Gue juga, kalian kenapa gak pernah jenguk gue sih.."

"Sembarangan lo, kita jengukin lo terus waktu lo masih tidur" Hanan menjawab sambil mengusap pelan belakang kepala Rellza.

"Kok gue gak tau?"

"Rasanya pengen gue pites nih bayi" sepertinya Kai mempunyai kesabaran setipis tisu jika menghadapi bayi beruang kita ini.

"Lo .. gak mau peluk gue juga?" Tanya Tama setelah sudah berada di samping Rellza.

"Gak, lo bau polusi..!!" Jawab Rellza dengan ketus tanpa melihat ke arah Tama. Ketiga sahabat yang lain pun nampak bingung melihat Rellza yang tampak sinis saat berbicara dengan Tama.

Bukan hanya mereka namun Tama pun sama, ia merasa tidak ada salah dengan si kecil namun kenapa ia tampak dimusuhi. Jika dikatakan bau polusi, mereka semua kemari menggunakan motor jadi bukan hanya dia saja yang bau polusi, namun Rellza tampak nyaman berada dipelukan Yudha.

"Lo kenapa?" Tanya Tama sambil mengusap rambut Rellza, biasanya Rellza suka jika diusap seperti ini.

"Gak usah pegang-pegang, tangan lo penuh karbondioksida entar gue keracunan..!!" Dengan keras Rellza menepis tangan Tama dan kembali mendusalkan wajahnya di perut Yudha.

"Lo kenapa sih, gue ada salah ya?" Tanya Tama lagi masih dengan nada lembut.

"Banyak, kehadiran lo di sini adalah sebuah kesalahan..!!" Ucapan Rellza semakin membuat keempatnya semakin bingung ada apa dengan bayi beruang satu ini.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang