39. SALING MENYEMBUHKAN 🦖 [END]

1.7K 122 49
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XXXIX]


"Ta-tapi kenapa kaki Rellza gak bisa digerakkin?" Sejak tadi Rellza sudah merasa aneh pada kakinya, karena sama sekali tidak bisa ia gerakkan.

Rellza menatap kedua ayah dan kakaknya yang tiba-tiba terdiam seraya menatapnya dengan tatapan sendu.

"Ayah, abang, kok diem?" Tanya Rellza lagi yang masih belum mendapat jawaban.

"Maaf ya dek, kaki kamu lumpuh sementara, kaki kamu mengalami cidera yang cukup parah terutama di kaki kananmu yang tertimpa motor" Vihaan berusaha menjelaskan dengan hati-hati agar Rellza tidak syok.

"Tapi nanti kamu bakal terapi dan abang yakin pasti adek bisa jalan lagi" sahut Langit dengan cepat agar adiknya tidak sedih.

"Maaf dek.." sambung Langit lagi karena adiknya masih tidak berucap satu kata pun.

"Kenapa malah ayah dan abang yang minta maaf? Seharusnya itu Rellza yang bilang karena pasti nanti Rellza bakal nyusahin ayah sama abang-" belum sempat Rellza menyelesaikan kalimatnya Vihaan sudah memotong ucapan sang anak.

"No, dalam keluarga gak ada yang namanya nyusahin, bahkan ayah siap jadi kaki kamu selama kamu belum bisa berjalan.." ucap Vihaan dengan tegas.

"Kalo begitu, berarti semua baik-baik aja kan? Terus apa yang kalian khawatirin?" Tanya Rellza sembari menatap ayah dan kakaknya bergantian.

"Itu.."

"Rellza baik-baik aja kok, toh ini kan cuma sementara, ayah sama abang gak usah khawatir. Yang terpenting sekarang abang udah sembuh, itu udah lebih dari cukup buat Rellza. Bahkan Rellza rela kasih semua yang Rellza punya untuk ayah dan abang" tutur Rellza dengan tegas dan tulus, membuat Langit langsung menarik Rellza ke dalam pelukannya.

"Rellza bakal terus jagain ayah sama abang.." gumam Rellza dalam pelukan Langit.

"Sstt .. dimana-mana itu abang yang jagain adeknya, jadi biar abang yang jagain adek sama ayah"

"Hei, yang ada itu ayah yang harus jagain anak-anaknya. Jadi, biar ayah yang jagain dua jagoan ayahnya ini" Vihaan pun tak mau kalah dengan ketulusan kedua putranya.

"Ayah adalah yang terbaik..!!" Ucap Rellza menggenggam tangan sang ayah.

"Bisa aja si bayi beruang ini" balas Vihaan sambil menjawab ujung hidung mancung putranya, gemasnya Vihaan melihat sang putra bungsunya ini.

▪️▪️▪️

"Abang, Rellza mau tidur di kamar.."

"Lah ini kan kamar, ya udah tidur di sini aja"

"Tapi ini kamar Abang, Rellza mau tidur di kamar Rellza sendiri"

"Gak boleh, pokoknya kamu mulai sekarang tidur sama abang..!!"

Selepas Rellza pulang dari rumah sakit, Langit benar-benar tidak ingin berjauhan dari Rellza. Terlebih adiknya ini belum sekolah, jadi Langit bisa selalu mendekap Rellza di rumah. Rasa sayangnya menjadi berkali-kali lipat karena kejadian kemarin, ia sangat tidak ingin kehilangan Rellza.

"Ish, abang mah Rellza mau sama ayah aja deh.." bukan tidak ingin berdekatan dengan kakaknya namun saat ini ia sedang merindukan ayahnya.

"Ooohh gitu, adek udah gak sayang abang lagi?" Tanya Langit dengan memelas.

"Ihhh bukaan, Rellza lagi mau sama ayah.." elak Rellza yang sedikit panik melihat wajah sedih kakaknya.

"Ya udah, tidur bertiga aja.." tiba-tiba sang ayah yang tadinya ingin mengantar susu hangat ikut menimbrung dan berbaring di sebelah Rellza. Jadilah Rellza berada di tengah-tengah ayah dan kakaknya.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang