19. RAPUH 🦖

1.2K 136 87
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XIX]

'Abang jahat, sekarang abang nakal banget, Senja gak suka. Pokoknya Senja marah sama abang. Senja juga gak mau kalo abang nyerah gitu aja'

Pukul 2 dini hari Langit terbangun dari tidurnya setelah memimpikan sang adik tersayangnya, namun bukanlah mimpi indah karena di dalam mimpinya Senja tampak marah bahkan enggan menatapnya.

Langit berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan dan mengusap wajahnya yang penuh keringat.

"Maksud kamu apa dek, abang kenapa memangnya?" Gumam Langit yang masih tak mengerti maksud ucapan sang adik.

Setelah perasaannya cukup tenang, Langit mengambil minum di atas nakasnya dan meminum air tersebut hingga tandas. Dia masih terus memikirkan maksud dari ucapan adiknya, apa yang salah darinya. Setelah beberapa menit melamun, Langit menggelengkan kepalanya pelan dan hendak menuju kamar mandi sekedar mencuci muka dan mengambil persediaan air minum ke dapur.

Saat hendak keluar dari kamarnya ia melihat jika kamar di sebelahnya masih terang pertanda orang di dalamnya masih terjaga. Tanpa sadar kaki Langit mengarah ke ruangan tersebut. Karena pintunya tidak tertutup rapat Langit bisa sedikit mengintip ke dalam sana. Walau tidak terlalu jelas, ia bisa melihat jika seseorang di dalamnya sedang duduk menatap langit malam lewat jendela yang membelakanginya. Bahkan Langit bisa melihat jika orang tersebut memeluk frame foto yang Langit yakini itu pasti foto ayah dari orang tersebut.

Langit menghela nafas pelan, hatinya tercubit saat mengingat ucapan kasarnya tempo lalu yang ia lontarkan. Ucapan yang ia sadari pasti sangat menyakiti hati anak itu, dan anak itu adalah Rellza. Adik angkat dari Langit yang selalu Langit sakiti hatinya. Setelah kejadian dua hari yang lalu, Rellza tampak tidak bersemangat seperti biasanya. Dia tidak pernah menggangu Langit lagi bahkan berusaha menghindar agar hadirnya tidak disadari oleh Langit.

Tak ingin terlalu lama di depan kamar Rellza, Langit pun beranjak untuk meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda. Sedangkan di dalam sana, Rellza masih termenung menatap gelapnya langit malam sambil memeluk frame foto ayah Archenya. Malam ini ia sangat merindukan sang ayah, rasanya ingin sekali ia memeluk atau sekedar melihat ayahnya, namun tak pernah sekalipun sang ayah hadir di dalam mimpinya. Apakah benar yang dikatakan Langit, jika ia adalah anak pembawa sial yang bahkan sang ayah tidak ingin menyambanginya lagi walau sebatas mimpi?

"Ayah, di langit banyak bintang yang terang, ayah ada gak diantara bintang terang di sana? Atau ayah sembunyi biar Rellza gak bisa lihat ayah?" Lirih Rellza memandang kosong ke arah langit.

"Ayah, Rellza gak bisa tidur, Rellza kangen dipeluk ayah, Rellza kangen dengerin detak jantung ayah. Rellza masih gak bisa kalo harus tanpa ayah.." sambungnya sambil mengeratkan pelukannya kepada foto ayahnya seakan ia memeluk sang ayah.

"Rellza mau ayah.." lirihnya lagi lalu menghela nafas panjang seakan ia sudah putus asa.

Ia selalu berusaha bersyukur setelah kepergian ayah tercintanya, ia dipertemukan orang-orang yang sangat baik, termasuk ayah Vihaan di dalamnya. Namun ucapan Langit tempo lalu benar-benar menjadi guncangan hebat untuk dirinya, ia takut jika yang dikatakan Langit itu benar. Ia takut jika pada akhirnya ia akan terus memberi kesialan untuk keluarga ini, ia takut jika nantinya ia mencelakai ayah Vihaan yang sudah terlalu baik kepadanya.

"Ayah Arche, Rellza harus gimana?"

▪️▪️▪️

"Hari ini ayah antar ya.."

"Nggak usah ayah, adek bakal pulang lama soalnya ada pelajaran tambahan persiapan ujian. Nanti ayah capek kalo sore harus jemput Rellza. Rellza pulang bawa motor aja ya" jelas Rellza panjang lebar menolak halus tawaran sang ayah.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang