18. SIAL 🦖

1K 126 48
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XVIII]


Dari hari ke hari kejahilan Rellza semakin merajalela, walau Langit sudah memarahinya tetap saja Rellza tak jera untuk terus mengganggu Langit. Seperti pagi ini dia sudah bersiap untuk membangunkan Langit dengan cara tak biasa. Tanpa cuci muka Rellza berlari menuju kamar Langit.

"Lohhh .. kosong?" Seru Rellza saat melihat kamar Langit ternyata tidak ada orang.

"Ish .. berantakan banget.." gumam Rellza melangkahkan kakinya untuk memasuki kamar sang kakak sembari meneliti kamar Langit yang tampak sangat tidak rapi. Laptop yang masih terbuka bahkan menyala, kertas ada di mana-mana dan beberapa gelas kosong atau berisi coklat panas.

"Terus si Langit semesta itu di mana?" Gumam Rellza melihat keseluruhan kamar Langit.

"Udah pergi kali ya, ya udah lah dasar si abang nakal.." akhirnya Rellza pun berniat berbalik untuk keluar dari kamar Langit.

Namun naasnya tangannya tak sengaja menyenggol gelas yang masih penuh coklat panas, tertumpah di laptop dan beberapa lembar kertas di atas meja tersebut. Secepat kilat tangan Rellza berniat mengambil gelas yang sudah terguling itu, namun tragisnya semua isinya sudah mengotori semua yang ada di atas meja kerja sang kakak.

"Mampus gue.." lirih Rellza menggenggam gelas itu kuat-kuat guna menekan rasa takutnya.

Dan sepertinya ini adalah hari cukup menyenangkan untuk Rellza. Belum juga Rellza sempat beranjak, Langit sudah memasuki kamarnya sambil membawa nampan, mungkin untuk mengambil beberapa gelas kosong yang ada di atas meja.

"Lo ngapain..???" Sentak Langit saat melihat Rellza berdiri kaku di depan meja kerjanya sambil menggenggam gelas kosong yang masih tertinggal sedikit coklat panasnya.

"A-abang .. gu-gue .. gu-gue.." sungguh Rellza sangat gugup sekarang.

Langit yang melihat itu pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah mejanya yang sudah berantakan.

"Lo ngapain sih..??" Seru Langit lagi sambil mendorong keras tubuh Rellza dan melihat semua yang terjadi di atas meja.

"Sialan lo..!!" Kesal Langit saat melihat semua kerjaannya tertumpah coklat panas dan parahnya lagi laptopnya mati tak bisa ia hidupkan kembali. Emosi Langit saat ini sangat meletup-meletup.

"Lo apain kerjaan gue, ha..??!!" Tanya Langit dengan nada tingginya.

"Gu-gue gak sengaja.." cicit Rellza menunduk sambil mengeratkan pegangannya pada gelas yang masih ia genggam.

"Gak sengaja apanya? Jelas-jelas tuh gelas lo pegang, lo sengaja nyiram buat ngerusak kerjaan gue kan???" Tuduh Langit yang hanya dibalas gelengan pelan dari Rellza.

"Lo bisa gak sih, sehari aja gak bikin gue kesel, sehari aja gak bikin ulah. Muak gue lama-lama sama kehadiran lo yang gak guna ini. Lo tahu ini berkas yang mau gue pakek untuk rapat nanti, dan sekarang udah gak berbetuk ditambah laptop gue mati karena kelakuan bodoh lo."

Rellza semakin menunduk mendengar ucapan Langit, ia hanya berharap ayah Vihaan bisa menyelamatkannya.

"Memang salah banget ayah itu mungut lo, semenjak ada lo kesialan di keluarga ini gak berhenti-berhenti. Atau beneran lo itu anak pembawa sial, bahkan seluruh keluarga lo ninggalin lo kan? Siapa lagi nanti yang bakal jadi korbannya, hm? Ayah, gue atau temen-temen lo?" Nafas Langit memburu karena emosinya yang membludak.

"Ini kenapa sih, masih pagi udah ribut-ribut?" Ayah Vihaan yang tadi berniat membangunkan Rellza beralih ke kamar Langit karena mendengar suara Langit.

Tanpa peduli akan kehadiran Vihaan, Langit tetap melanjutkan ucapannya.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang