05. TIDUR BERSAMA 🦖

1.1K 134 39
                                    

________________________________________________________________________________

[PART V]

Sudah hampir setengah jam Rellza menunggu Vihaan di depan gerbang sekolahnya namun tidak juga ia bisa lihat batang hidung mancung sang ayah. Sedari pagi moodnya sudah hancur bertambah hancur karena ayahnya mungkin lupa menjemputnya.

"Ayah mana sih ah .. sebenarnya ayah niat gak sih jadiin gue anak? Apa ayah nyesel kali ya, soalnya gue nakal.." gumam Rellza sambil menendang-nendang pelan kerikil di depannya.

"Ayah mana nyesel jadiin adek anak ayah, adek gemesin gini kok.." Rellza langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar suara lembut sang ayah.

"Ayaahhh.." teriak Rellza lalu memeluk tubuh kekar Vihaan.

"Maaf ya sayang, tadi ada rapat terus agak lama. Jadi ayah telat jemputnya, maafin ayah ya.." ujar Vihaan sambil mencium puncak kepala sang anak.

"Maafin adek juga berfikiran buruk tentang ayah.."

"Iya ayah maafin .. ayo pulang" Vihaan pun membimbing anaknya menuju mobilnya.

"Gimana hari pertamanya, abang ngantar sampe sekolah kan?"

"Huwaaa ayah abang nakal.."

"Kenapa sama abang?"

"Masa abang ninggalin adek di tengah jalan, mana masih jauh lagi. Adek harus lari-lari ke sekolah takut terlambat sampe rasanya mau pingsan, capek banget ayah.." adu Rellza.

"Abang ninggalin adek? Jadi abang gak nganter kamu sampe sekolah?" Tanya Vihaan memastikan.

"Nggak ayah, mana abang jahat banget bilang adek gak boleh manja-manja lagi ke ayah. Abang bilang, adek bukan Senja jadi gak boleh manja-manja.." adu Rellza sedikit melebih-lebihkan.

"Dasar anak itu, nanti ayah bakal marahin abang.." ucap Vihaan yang sedikit kesal akan kelakuan putra sulungnya.

"Iya ayah, jangan sayangi abang lagi ya ayaahh"

"Tenang aja, nanti ayah hukum abang.."

"Jangan dihukum ayah, kasihan abang.."

"Nggak, pokoknya ayah bakal hukum abang.."

"Ayaahh" lirih Rellza memelas, namun ketika ia memalingkan wajahnya ke arah luar jendela raut wajahnya berubah ia tersenyum sinis.

Sudah ia katakan, ia bukanlah anak lemah yang akan diam saja ketika menerima perlakuan buruk dari orang sekitarnya.

'Lo cari masalah sama orang yang salah, Rubah cocor bebek'

. . . . .

"Langit pulang.." seru Langit yang baru pulang dari kantornya, tubuhnya cukup letih karena pekerjaan yang sedikit menumpuk.

"Langit, ayah mau bicara.." belum juga Langit bernafas sudah dipanggil oleh sang ayah tercinta.

"Kenapa ayahku?" Tanya Langit yang berjalan mendekati sang ayah.

"Tadi kamu ninggalin adek di tengah jalan, iya? Kenapa gak ngantar sampe sekolah? Kan ayah minta antar sampe sekolah?" Tanya Vihaan to the point.

"Dia ngadu?" Mood Langit bertambah buruk saat menginjakkan kaki di rumah sudah dihujani pertanyaan tentang Rellza.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang