34. SESAL 🦖

857 95 33
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XXXIV]

Hari demi hari berlalu, kesehatan Langit memang tidak banyak perubahan tetapi untuk sekarang dia masih bisa beraktivitas seperti biasa. Namun walau Langit tampak sehat, tak jarang sakitnya sering datang hingga Langit sendiri kewalahan. Vihaan dan Rellza pun semakin gencar membantu pihak rumah sakit untuk mencarikan donor untuk Langit, tentu tidak mudah mengingat Langit tidak akan menerima donor dari tubuh yang sehat.

"Loh, kok abang yang masak?" Tanya Rellza dengan panik saat mendapati Langit yang sedang berkutat di dapur. Ia segera menghampiri Langit.

"Ayah belum bangun kayaknya, masih kecapekan karena kerjaan ayah lagi banyak-banyaknya. Jadi, biar abang aja yang masak buat kalian" jawab Langit yang sedang memasak nasi goreng untuk ayah dan adiknya.

"Kan ayah sama Rellza bisa makan roti atau sereal aja, gak perlu abang masak" ujar Rellza lagi yang tampak khawatir tidak ingin abangnya ini kelelahan.

"Gak papa dek, ini juga cuma masak nasi goreng kok. Udah ah, mending kamu duduk tunggu ini bentar lagi selesai"

"Rellza bantuin aja sini.." tawar Rellza yang akan meraih piring untuk nasi gorengnya.

"Gak usah, ini bentar lagi selesai kok" tolak Langit sambil menepuk tangan Rellza pelan.

"Abang, Rellza gak mau abang kecapekan, udah sini ah" lirih Rellza.

"Astaga dek, masak ginian gak bikin abang capek. Kamu bisa gak sih perlakuin abang kayak biasa aja, kayak abang lagi sekarat aja" Langit berbalik untuk menatap sang adik setelah menempatkan nasi goreng tadi ke piring.

"Mulutnya ihh, pengen Rellza tepuk..!!" Seru Rellza yang cukup kesal.

"Ya kamu, mangkanya biasa aja dek, abang loh gak papa"

"Ck. Ya udah iya-iya tapi jangan diulangi lagi, kalo abang ingkar, Rellza ngambek..!!" Ancam Rellza dengan wajah penuh kekesalan.

"Hmm, udah ah sana ke meja makan, ini udah selesai" ucap Langit kembali berbalik untuk mengambil nasi goreng tadi dan diletakkan ke meja makan.

"Iya iya"

"Masih pagi kok udah pada ngereog sih?" Terdengar suara serak khas bangun tidur dari sang kepala rumah tangga, wajahnya masih nampak sayu bahkan masih memakai piyama, berjalan menuruni tangga menuju tempat di mana kedua anaknya berada.

"Waahhh astogeh baru kali ini Rellza liat pangeran baru bangun tidur.." ucap Rellza yang tampak menatap kagum ke arah ayahnya, hingga menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Apa sih dek?" Balas sang ayah yang sudah duduk di samping Langit.

"Gimana bisa ayah bangun tidur langsung tampan kayak gini? Jangan-jangan ayah lahir udah setampan ini ya?" Ujar Rellza lagi yang tak lepas pandangan dari ayahnya.

"Kamu ah .. bikin ayah meleleh like butter ah" ayah Vihaan pun tak tahan untuk tersenyum setelah mendengar pujian dari putra bungsunya.

"Tapi ayah ganteng banget.." gumam Rellza lagi yang masih menatap kagum ke arah sang ayah.

"Awas dek nanti tiba-tiba ayah melayang menembus lapisan awan" sahut Langit yang sudah melihat wajah ayahnya merah padam karena salting.

"Ku hempaskan semua sedihku"  sambung Rellza dengan nada.

"Udah ah mending makan ayok.." ucap Langit yang sudah siap dengan buburnya.

Ayah Vihaan dan Rellza pun juga mulai memakan nasi goreng yang tadi dibuatkan Langit.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang