20. ENGGAN KEMBALI 🦖

1.2K 138 82
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XX]

"Ayah kenapa?" Tanya Langit yang melihat ayahnya tampak panik, duduk gelisah di ruang tengah.

"Ini loh adekmu belum pulang juga udah hampir jam 7"

"Tadi kan dia bilang bakal ada pelajaran tambahan" balas Langit lagi sambil mendekati sang ayah dan duduk di sebelahnya.

"Iya, tapi biasanya jam setengah 6 udah sampe rumah, ayah telfon ponselnya gak aktif mana di luar hujan deras banget lagi" bisa Langit lihat ayahnya ini sudah sangat panik dan khawatir bahkan tangannya yang tengah memegang ponsel itu tampak sedikit bergetar.

"Ayah tenang ya, ayah udah coba hubungi temen-temennya?" Tanya Langit pelan, sambil mencoba menenangkan sang ayah.

"Tunggu, ayah coba hubungi Juno buat nanya Tama" Vihaan pun mencoba menghubungi Juno siapa tahu Rellza sedang bersama Tama.

"Ayah udah tanya Tama tapi dia bilang hari ini pelajaran tambahan selesai jam setengah 5. Terus selama hampir dua jam ini adekmu ke mana?" Ujar sang ayah setelah bertanya kepada Tama.

"Langit, bantu ayah cari adekmu.." Vihaan tidak bisa diam saja saat ini, hatinya sungguh tidak tenang.

"Iya ayah, biar Langit aja yang nyetir" Langit mengambil kunci mobil dari tangan sang ayah, dia tahu ayahnya sedang panik dan tidak baik untuk dibawa mengemudi.

"Ke mana lagi kita harus cari adekmu, Langit?" Lirih Vihaan setelah mendatangi tempat-tempat kemungkinan Rellza berada.

Langit juga bingung dan panik di mana adiknya ini berada.

"Oh ayah, di mana ayah waktu pertama kali ketemu dia?"

"Hmm di makam.."

"Makam yang sama Senja kan? Kita coba cari di sana, ayah" Langit langsung melajukan mobilnya menuju makam yang dituju.

Setelah sekitar kurang dari 10 menit, akhirnya mereka sampai di makam. Tanpa memakai payung, Langit dan Vihaan langsung berlari ke dalam yang sudah cukup gelap. Karena makam yang cukup luas mereka memutuskan untuk berpencar mencari Rellza.

Langit berkeliling dengan cemas takut-takut adiknya ada di sini, karena sudah dipastikan adiknya akan kehujanan jika di sini. Ditengah kebingungan, Langit melihat ada seseorang yang seakan terbaring sambil memeluk gundukan tanah makam.

"Bocah???" Seru Langit saat sudah menyadari jika itu Rellza.

"Hei.." Langit langsung meraih tubuh Rellza yang sudah terkulai lemas.

Bisa Langit rasakan tubuh Rellza benar-benar dingin sedingin es, bibirnya sudah membiru dan nafasnya benar-benar lemah bahkan nyaris hilang.

"Bangun bocah, jangan bikin gue takut.." Langit berusaha menggoyangkan tubuh Rellza namun masih tidak ada tanda-tanda Rellza akan bangun.

Tanpa pikir panjang Langit langsung menggendong tubuh lemah sang adik, dan menghubungi ayahnya karena Langit yakin adiknya ini terkena hipotermia.

"Ayaahh.." seru Langit memanggil ayahnya sambil menggendong Rellza.

"Adek kenapa ini?" Tanya Vihaan yang sudah panik melihat Rellza tidak sadarkan diri.

"Kita bawa ke rumah sakit, takutnya dia hipotermia" ucap Langit memasukkan Rellza ke kursi belakang.

Tanpa berkata apapun Vihaan langsung masuk ke kursi belakang untuk menjaga sang anak dan memberikan pertolongan pertama. Langit pun langsung melajukan mobil untuk menuju rumah sakit setelah mematikan AC mobil.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang