32. MELLOW 🦖

948 116 39
                                    

________________________________________________________________________________

[PART XXXII]

"Sekali nggak tetep nggak..!!" Sore yang biasanya tenang ini menjadi agak tegang dan gaduh karena argumen dari kakak beradik beda orang tua ini.

"Ya kenapa abang, Rellza bakal baik-baik aja" ucap sang adik yang sedari tadi terus membujuk kakaknya.

"Sekarang kamu bilang baik, tapi kita gak tau setelah kamu donorin ginjal kamu ke abang apa kamu bakal tetep baik?"

"Abang, Rellza janji bakal selalu baik asal abang dan ayah terus di sisi Rellza" Rellza meraih tangan sang kakak agar sedikit membuat kakaknya tenang.

"Nggak dek, abang gak mau. Abang udah tau gimana sulitnya hidup dengan satu ginjal dan berakhir sakit kayak gini. Abang gak mau kamu ngerasain hal yang sama" Langit pun masih mempertahankan prinsipnya.

"Abang, Rellza mohon. Paling nggak abang batalin surat pernyataan yang pernah abang buat, biar lebih mudah kita dapatin donor" mohon Rellza yang sudah hampir putus asa mendapati kakaknya yang sangat keras kepala.

"Abang gak akan berubah pikiran..!!" Tegas Langit yang telah mengalihkan pandangannya ke arah jendela ruang rawatnya.

"Jadi maksud abang, abang mau nyerah gitu aja? Abang berniat buat ninggalin ayah sama Rellza gitu?" Pertanyaan Rellza mengundang helaaan nafas lelah dari Langit.

"Kalo memang udah waktunya abang pergi, memangnya abang bisa apa?" Sungguh saat mengatakan ini hati Langit juga sangat sakit. Karena nyatanya ia sangat tidak ingin meninggalkan ayah dan adiknya.

"Dan Rellza gak akan biarin abang pergi, Rellza bakal ngelakuin apapun buat abang sembuh termasuk donorin ginjal Rellza buat Abang"

"Rellza..!!" Sentak Langit yang sudah kembali menatap wajah sang adik.

"Apa..!!??? Semudah itu abang bilang buat pergi gitu aja, tanpa mikirin Rellza yang sekarang lagi ketakutan kehilangan abang, hm?"

Langit terdiam saat mendengar sentakan sang adik.

"Abang mungkin gak mau Rellza sakit nantinya, tapi Rellza juga gak mau kehilangan abang. Apa susahnya sih terima aja ginjal Rellza, Rellza janji bakal baik-baik aja" sambung Rellza.

"Tetep nggak-" belum selesai Langit berbicara, ucapannya sudah lebih dulu dipotong oleh sang adik.

"Terus abang maunya gimana? Apa Rellza harus sekarat dulu biar abang ngizinin Rellza donorin ginjal ini buat abang?"

"Jaga bicara kamu Rellza..!!"

"Kenapa? Abang takut Rellza mati? Kalo iya, sama bang, Rellza juga takut abang meninggal sedangkan Rellza gak bisa ngelakuin apapun buat abang"

"Cukup kamu berada di sisi abang, itu cukup, dek" balas Langit dengan nada lembutnya.

"Bullshit, setelah itu abang dengan seenaknya nanti pergi gitu aja, ha?"

"Abang bakal baik-baik aja, dek"

"Nggak bang, Rellza bakal ngelakuin apapun buat bisa donorin ginjal ini buat abang. Rellza bakal temui papa Juno sekarang juga" putus Rellza dengan tegas.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang