08. BUKAN SENJA 🦖

1K 134 40
                                    

________________________________________________________________________________

[PART VIII]

"Kan, apa gue bilang .. ayo ke rumah sakit aja ihh.." di tengah heningnya malam ini terdengar suara Rellza yang mulai kesal menghadapi Langit.

Setelah matahari terbenam tadi, suhu tubuh Langit kembali tinggi, serta mengeluh perutnya sakit dan mual bahkan sudah berkali-kali memuntahkan isi perutnya. Namun, sekali lagi Langit masih saja menolak untuk di bawa ke rumah sakit membuat Rellza kesal.

"Gue gak papa.." lirih Langit dengan suara pelannya sembari menutup matanya karena merasa kepalanya kembali pusing.

"Gak ada orang yang gak papa lemes kayak orang sekarat gini..!!" Rasanya ingin sekali Rellza melempar Langit ke segitiga bermuda karena kekeras kepalaan Langit.

"Sstt .. mending lo tidur aja sana .." ujar Langit kembali.

"Kalo sampe besok masih kayak gini juga, gue geret lo ke pemakaman.."

"Ngapain?"

"Bilang ke Senja kalo abangnya nyebelin..!!" Ujar Rellza yang membuat Langit membuka matanya menatap Rellza dengan tatapan sayu.

"Lucu.."

"Cihh .. ya udah ini minum obat dulu abis itu tidur .." titah Rellza mencekoki Langit dengan obat yang sedari tadi ia pegang.

"Pelan-pelan..!!" Keluh Langit saat merasa Rellza tidak ada lembut-lembutnya menyuapi obat kepadanya.

"Giliran kayak gini aja bisa tereak .. giliran tadi aja kayak kucing kagak makan setahun.."

"Mati kucingnya kalo gitu.."

"Oh .."

Setelahnya Rellza membantu Langit untuk berbaring serta menyelimuti tubuh kakaknya itu.

"Ya udah tidur cepet..!!" Titah Rellza yang hanya di balas deheman oleh Langit.

Hingga Langit tertidur pulas Rellza masih saja berada di sisi Langit untuk memastikan jika sang kakak tidak terbangun atau nantinya membutuhkan sesuatu. Melihat wajah tenang Langit membuat Rellza merasa jatuh hati, seandainya wajah tenang ini ditujukan kepadanya saat Langit bangun pasti akan sangat membahagiakan. Perlahan tangan Rellza terangkat untuk mengusap pelan perut kiri sang kakak. Ia merasa sedih mengingat ginjal kakaknya hanya satu.

"Padahal bang Langit sudah berkorban, tapi kenapa Senja gak bisa bertahan..??" Gumam Rellza, dia semakin penasaran penyebab Senja meninggal. Apakah sama seperti ayahnya yang sakit atau karena hal lain.

"Cepet sembuh abang, biar Rellza ada temen berantemnya lagi.." lirih Rellza sambil mengusap punggung tangan sang kakak.

Rellza seperti dejavu ketika memohon kesembuhan untuk Langit. Ia menjadi teringat akan ayah Archenya. Dan kembali ia meminta agar dirinya saja yang sakit jangan orang yang ia sayangi.

'Biar Rellza aja yang sakit, abang jangan..'

▫️▫️▫️

"Gue sekolah dulu, lo jangan lupa makan sama minum obat. Awas aja ke kantor gue pelintir leher lo..!!" Ancam Rellza setelah menyiapkan sarapan untuk Langit sebelum ia pergi sekolah.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang