06. MENGUNJUNGI 🦖

989 120 24
                                    

________________________________________________________________________________

[PART VI]

"Ayah, apa kabar? Ini Rellza.." sapa Rellza di nisan sang ayah, sepulang sekolah tadi Rellza memutuskan untuk ke makam sang ayah karena rasa rindu yang tak tertahan.

"Maaf ya, Rellza kemarin-kemarin gak ke makam ayah, ayah kangen Rellza nggak? Kalo Rellza kangen ayah, kangen banget.." baru beberapa kalimat terucap sudah membuat mata Rellza panas dan berembun.

Hatinya masih rapuh jika berhadapan dengan sang ayah, ayah Archenya.

"Ayah, banyak hal yang terjadi setelah ayah pergi. Hal yang mungkin gak masuk akal, tapi nyatanya itu terjadi sama Rellza. Rellza ketemu ayah Vihaan dan Bang Langit yang sama ngerasa kehilangan kayak Rellza. Dan takdirnya orang yang meninggalkan mereka wajahnya mirip banget sama Rellza, ayah. Jadi, Rellza tinggal sama mereka sekarang.."

"Rellza ngerasa nyaman waktu deket ayah Vihaan serasa Rellza deket sama ayah. Tapi ayah jangan khawatir rasa sayang Rellza tentu lebih besar ke ayah. Ayah dan ayah Vihaan punya tempat tersendiri di hati Rellza. Izinin Rellza buat jadi penyembuh ayah Vihaan dan bang Langit ya ayah. Walau bang Langit belum bisa nerima Rellza.."

"Ayah, walau pun sekarang Rellza sudah punya ayah Vihaan tapi Rellza tetep aja masih kangen ayah terus. Rellza masih belum bisa sepenuhnya ikhlas ngelepasin ayah. Gak ada yang bisa sayang sama Rellza sebesar ayah. Ayah, Rellza lemah banget ya ayah, setiap ngobrol sama ayah Rellza pasti nangis. Pasti sekarang ayah ngetawain Rellza karena sekarang rellza jadi anak cengeng..." Rellza menunduk sambil terisak menggengam tanah di atas makan sang ayah guna meluapkan perasaannya.

Perlahan Rellza mendongak untuk mengusap nisan yang bertuliskan nama sang ayah seakan ia mengusap wajah tampan sang ayah. Rellza masih tersedu belum sanggup berbicara lagi. Ia pandangi nisan sang ayah seakan ia memandangi wajah teduh ayahnya yang menenangkan. Setelah mengendalikan emosinya, Rellza mulai berbicara untuk mengobrol lagi dengan sang ayah.

"Ayah kenapa gak pernah datang ke mimpi Rellza, hm? Ayah gak kangen Rellza ya? Sedih banget sih, ayah Rellza ini gak kangen anaknya, padahal anaknya kangen terus sampe rasanya pengen nyusul ayah..."

"Ayah, dunia terlalu menyeramkan tanpa ayah. Kalo nanti Rellza capek, Rellza boleh minta jemput nggak? Rellza mau ikut ayah aja.." Rellza kembali menangis mengingat kenangan bersama ayah tercintanya.

"Tapi anak ayah ini pasti kuat kan? Apalagi sekarang udah punya ayah dan abang baru. Ayah jangan marah ya, ayah tetep jadi kesayangan Rellza kok. Doain Rellza ya semoga abang Langit cepet sayangi Rellza, Rellza pengen ngerasain punya abang..."

"Udah ah .. Rellza makin ngelantur ngomongnya. Rellza pulang dulu ya ayah, besok Rellza balik lagi buat cerita-cerita yang banyak .. daah ayah, ayah baik-baik ya di sana. Rellza sayang ayah.." Rellza mencium nisan sang ayah dengan penuh perasaan setelahnya ia beranjak untuk pulang.

. . . . .

Tak terasa sudah satu bulan Rellza tinggal bersama Vihaan dan Langit. Tak banyak perubahan yang terjadi, Rellza semakin menempel kepada Vihaan, hubungan Rellza dan Langit yang tetap merenggang. Entah kenapa susah sekali untuk Langit menerima kehadiran Rellza. Bahkan tak jarang Langit tetap menyuruh Rellza tidur di lantai karena tidak ingin satu kasur dengannya.

"Adek ikut aja yaa.." malam ini terdengar rengekan dari seorang Alfarellza hanya karena perkara Vihaan yang harus kembali ke Belanda karena ada masalah perusahaan di sana.

Sandhyā Kelam ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang