enam belas

7.7K 569 4
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

    pukul satu dini hari bumi terbangun dan mendapati ruangan asing dengan bau pembersih karbol yang pekat menusuk hidung.mata sipit melirik pada sisi kiri dimana tergeletak banyak pemuda yang masih berseragam sekolah saling bergelung mencari tempat yang dirasa nyaman untuk terlelap.senyumnya tercipta namun bumi meringis pelan jadinya,dia pikir beberapa bagian tubuhnya ada yang robek, entahlah.

'perasaan anak-anak gak sebanyak ini'batinnya bingung.jelas karena dari yang dia lihat terdapat beberapa wajah baru dan sial.... sebagian lagi tentu dia kenali karena menjadi teman sekelasnya.

diatas sofa panjang berbaring seorang wanita diselimuti beberapa jaket hitam berlambang kalajengking yang dia yakini bernama Keyla,gadis yang menunjukkan ketertarikan padanya diawal pertemuan mereka.
lalu apa keperluan mereka disini,kalau teman-temannya tentu saja untuk menemani dirinya lalu mereka?

"udah sadar lo?ada yang sakit gak?"
suara serak khas bangun tidur terdengar dekat serta menguap panjang menghilangkan kantuknya.

"lah ngapain lo disini?"
jawab bumi yang kepalang penasaran,atau jangan-jangan...
"makasih lo sama anak-anak gue kalau gak, lo udah tidur dikuburan sekarang"
ucap angkasa kalem, tangannya mengepal saat melihat parahnya kondisi bumi yang terlilit banyak perban putih.lebam ada dimana-mana,apakah bumi tidak mencoba melarikan diri pikirnya heran.

   bumi terdiam dan mencerna ucapan angkasa serta mencocokkan dengan ingatannya hingga anggukan kecil tercipta,dia memang harus berterimakasih karena masih dibiarkan menghirup udara segar atau  dia akan menjadi hantu penasaran karena rasa penyesalan yang berani meninggalkan ibunya lebih dulu.siapa yang akan mengurus ibunya jik saja bumi memang kehilangan nyawa dikeroyok masal.

"Lo bangunin mereka suruh pulang,gue udah baikan"
perintah bumi hingga angkasa mendelik masam,apa salahnya pemuda keras kepala ini mengakui kondisi lemahnya sekarang tanpa harus berlagak tangguh terus.dengan langkah lebar,angkasa mulai membangunkan temannya juga teman-teman bumi yang tidak diketahui nama.

"kalian pulang sekarang biar gue yang jagain dia,lo juga key"
itu adalah perintah mutlak,angkasa menggunakan posisinya sebagai ketua.teman-temannya hanya mengangguk paham dan mulai beranjak menghampiri bumi pamitan untuk pulang, namun tidak bagi teman-teman bumi yang masih duduk dilantai.

"biar gue yang jagain dia malam ini,kalian bisa pulang dulu nanti kita gantian lagi"
ucap angkasa lebih tegas, sebagian ada yang mengangguk setuju namun banyak yang menolak.

"biar kita yang jaga bumi,dia anggota kita...lo aja yang balik,orang rumah lo pasti nyariin"
jawab abiel tak kalah tegas,mereka harus ada untuk bumi baik senang susahnya,karena mereka keluarga.bukankh begitulah definisi teman sesungguhnya?

"kalau gitu kita sama-sama disini,gue gak akan pergi sebelum pagi"
angkasa mengakhiri perdebatan itu lalu kembali ke kursinya disamping bumi yang menatap bertanya.

"gimana badan lo?masih sakit?"
azzam beserta yang lain menghampiri bumi yang nampak kesusahan menegakkan tubuh,itu biasa karena banyak pukulan yang didapat.

"lo baring aja nanti luka lo berdarah lagi"
rafa menahan bahu bumi yang akan duduk lalu menarik selimut menutupi tubuh bumi.rasanya mereka siap bertarung habis-habisan malam ini juga saat melihat kondisi bumi,namun mengingat bagaimana hancurnya geng motor tadi membuat mereka sudah cukup puas,hanya cukup karena jika bertemu lagi pasti mereka akan memburu satu persatu dan diseret untuk membasuh telapak kaki sang ketua.

"itu tentang dendam lama kan?"
abbiel mengelus rambut lepek bumi pelan takut akan mengenai luka atau memar ditubuh pemuda kurus itu,giginya bergemelatuk menekan emosi yang kian membara saat menatap bocah mereka.

angkasa hanya diam mengamati,dia tidak mengenal mereka kecuali bumi dan nampaknya mereka juga demikian.peduli setan dengan kehadirannya yang ditatap aneh karena dia disini untuk bumi bukan untuk mereka.

ting...

  "sa,gue rasa gue kenal
sama muka teman lo itu"
                         01.23

                        "menurut lo siapa?"
                                          01.23
  "yang lawan lo balapan
kan ya?...."
                        01.24

"juga...gue mikir dia
mirip si cupu"
                        01.24

angkasa sibuk menatap ponselnya memikirkan apa balasan yang akan dia beri pada vano, lalu kembali membalas dengan kalimat seadanya.jika memang vano pintar tentu dia bisa memikirkan apa maksud kalimat jawaban darinya.

                         "yakini apa yang menurut lo  betul"
                                                   01.34

setelahnya angkasa mematikan ponselnya dan kembali fokus mendengar kalimat saling sahut teman bumi,memilih bersandar angkasa hanya diam melihat bumi yang ikut bercerita meski sedikit kesusahan karena luka dibibirnya.

"bro...thank udah bantuin kita tadi"
bahunya ditepuk beberapa kali namun angkasa hanya membalas dengan senyum kecil,melirik pada bumi yang kembali memamerkan senyum miring, apalagi yang dipikir otak kecil itu batinnya.

°°°°

         "eii...bangun bentar"
angkasa menekan-nekan kelopak mata bumi pelan, tidak tau lagi apa yang harus dia sentuh untuk membangunkan bumi dan hanya bagian itulah yang tidak dihiasi luka.hari masih jam setengah enam pagi namun pemuda itu sudah bersiap-siap menggendong tas sekolahnya serta jaket leather hitam yang membungkus tubuhnya.

"apa?"
serak bumi seraya berusaha membuka matanya,sial seberapa lelah tubuhnya hingga rasanya sangat malas sekedar bicara.

"gue balik dulu,nanti sore gue kesini lagi, lo istirahat disini jangan coba buat kabur"
angkasa mengelus pipi yang bebas luka hingga bumi menatap  santai padanya, bukan apa-apa namun dia hanya terlanjur mengantuk.

"ummm..."
angguknya kembali menutup mata,tapi elusan itu masih dirasa tanda angkasa belum juga pergi dari sana.kantuk pemuda itu seketika hilang saat merasakan nafas hangat menerpa wajahnya juga sebuah kecupan disudut bibir, ditempat yang robek.
"yaudah gue pergi sekarang ya"
suara itu lembut mengucap dengan kasih sayang,pria yang meyakini hatinya sudah mati rasa itu seakan kembali merasakan perasaan yang dialirkan angkasa.kenapa dengan angkasa pagi ini...

detak jarum jam bertalu-talu seiring dengan debaran jantung bumi,dia rasa kulitnya akan terbelah akibat detakan kuat.

pintu kembali tertutup setelah kepergian satu orang namun saat dia mencoba untuk terpejam lagi, teman-temannya disana sudah terbangun dan menatap cengo padanya.sial kalau begini apa yang harus dia katakan nanti,mereka pasti akan membombardir dirinya dengan seribu satu pertanyaan.

"gue...gue gak suka sama dia!"
ucap bumi cukup keras tapi anggukan mereka tidak membuat dirinya tenang,pasti akan ada godaan atau interogasi singkat.

"iya gak suka,tapi ciuman"
azzam terkekeh kecil membuat bumi memucat.mengabaikan mereka bumi kembali mencoba meraih mimpinya,dan tentu saja dia akan tertidur dengan mudah,tubuhnya butuh istirahat.

"kita tunggu pembelaan lo nanti"

tbc....




ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang