empat sembilan

5.6K 374 7
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

      meja bulat yang diisi oleh kedua geng yang berbeda pemimpin nampak keheranan,mereka selalu melirik bergantian pada angkasa yang duduk diam bermain ponsel seperti tidak terjadi apa-apa.

   ketika ditanyai mengapa pemuda itu tidak datang kesekolah dia hanya menjawab malas malas dan malas.di meja bartender bumi juga sedang bertugas mengocok minuman tanpa mempedulikan kehebohan teman-temannya yang meminta agar dia bergabung saat pengunjung lengang.
"sa...kalian sebenarnya ada apa hah?! kita-kita yang kesal lihat tingkah kalian"
vano berucap kesal dengan rambut yang diusap sebal,ada apa dengan kedua pemuda yang biasanya selalu bucin tidak tau tempat.

"kita oke,gak ada yang perlu kalian pikirin"
balas angkasa lalu kembali meneguk minuman  campuran sekali tegukan.matanya menggelap saat kehadiran sesosok wanita yang melambai senang pada bumi didepan sana,wanita yang tadi sore dilihatnya.
teman angkasa maupun bumi tidak mau bertanya atau angkasa akan menyemprot mereka lagi.

"bajingan"gumam angkasa dan segera melangkah menghampiri bumi yang sibuk tersenyum manis dengan seorang wanita tadi.tangan bumi yang terjulur merapikan anak rambut Teresa ditarik kasar hingga kuku angkasa terasa melukai kulit bumi.tubuhnya ditarik hingga punggung bumi berdempetan dengan dadanya, angkasa menatap bumi tajam lalu beralih pada seorang wanita yang masih diam mencerna apa yang terjadi.

"kamu mau ap_?!"
kalimat itu tertelan kasar saat didepan mata kepalanya sendiri Teresa menyaksikan percumbuan panas antara dua pria yang sangat intens.angkasa terus menekan tengkuk bumi untuk memperdalam ciuman mereka , tangan bergerak turun meremas bongkahan padat bumi dengan kuat hingga bumi sedikit meringis jadinya.

bumi menyeringai tipis dan ikut membalas setiap lumatan angkasa,jarinya dibawa mengelus pipi lembut Teresa hinggap sebuah kedipan nakal seakan mencekik Teresa yang berdiri kaku.

"ughh...!
pekiknya tertahan saat angkasa meloloskan tangan meremas inti tubuhnya,wajah bumi semakin memanas dengan deru nafas yang sudah kepalang memberat.

mata itu terpejam menikmati gerakan lincah tangan angkasa dibawah sana, kakinya reflek mengangkang sedikit membayangkan sensasi saat angkasa menggagahinya.hingga beberapa detik kemudian cairannya keluar membasahi telapak angkasa yang tersenyum puas lalu menatap wanita disampingnya merendahkan.bumi kesulitan mengatur nafas namun masih mencoba untuk mengakhiri drama menjijikkan dengan istri kedua papanya itu.

"sorry Teresa,gue udah jadi milik dia sejak lama dan gue gak pernah tertarik sama pelacur murahan kayak lo,lo bisa kembali pulang dan basuh kaki papa gue biar dia gak cari pelacur lain lagi"
ucap bumi tanpa ekspresi,wajah yang terbiasa menebar senyum seketika menatap Teresa tajam dengan seringai sinis andalannya.

"lo...lo bajingan!kalian menjijikkan!"
pekik Teresa merasa terguncang,dia sudah memberikan separuh hidupnya untuk bumi dan bersiap melepaskan sang suami karena untaian kalimat manis yang selalu dikumandangkan bumi padanya.
  
  "ya itu nama tengah gue,dan gue minta lo pergi dari sini selagi gue masih baik?"
bumi kembali berucap santai sementara tangannya masih berpegangan pada angkasa yang diam mengamati,bumi memberi kode pada beberapa orang pemuda yang sudah berdiri didepan pintu keluar agar menjalankan rencana mereka.

Teresa melangkah tergesa namun ketika sudah mencapai pintu keluar, tangannya ditarik paksa hingga berakhir menjadi tempat pembuangan sperma para pria dan tentunya mereka akan bermain aman dengan mencekoki Teresa dengan bius agar Teresa tidak mengingat kejadian sebelumnya,ya bumi sudah merencanakan semua ini dengan matang.biarlah dia dianggap gila dan tidak punya hati tapi dia rasa ini masih kurang dengan yang dia dan ibunya alami selama ini,karena siapa?karena ulah teresa dan ayahnya juga.

"dan lo ngapain kesini?gue yakin lo masih ingat apa yang gue bilang terakhir kali"
bumi tersenyum puas dan beralih pada angkasa yang masih diam mencerna semuanya,dia sudah cukup yakin dengan kesimpulan yang dibuatnya.

"gue kira kita udah baikan?secara gak langsung gue juga udah bantuin tadi?"ucap angkasa lalu mengelus kepala bumi.berbagai penolakan dan kalimat pengusiran ditelan bulat-bulat,angkasa memilih mendekap tubuh itu erat takut bumi akan pergi lagi.

°°°°

      bumi kembali masuk sekolah setelah menyelesaikan satu urusan,dia cukup puas dengan hasilnya karena Teresa berteriak menggila setelah obat bius berhenti bekerja.itu yang dia inginkan,bumi akan membalas kesakitan ibunya dengan cara yang sama bahkan akan lebih dari yang  bisa dibayangkan.bukan dia ingin menjadi orang jahat tapi lingkungan dan keadaan yang memaksanya agar hidup kuat.

"gue nanti kerumah,lo jangan kabur!"
teriak angkasa teredam helm yang dikenakan,angkasa memang tidak mau menyerah dan melepaskan bumi begitu saja karena hatinya sudah terpaut pada pemuda yang digadang berandalan oleh papanya.biarlah,hanya dia yang tau bagaimana baik buruknya bumi.

"terserah!gue capek lari-larian terus!"
balas bumi juga berteriak dan kembali melaju setelah angkasa hilang di persimpangan jalan rumahnya.benar juga kata Azzam, bagaimanapun mereka menjauh maka benang merah selalu menunjukkan arah ini kembali,bumi mendengus geli.

motor yang melaju ringan dipaksa berhenti mendadak saat seorang pria paruh baya berlarian tak tentu arah,untung saja tidak tertabrak motornya atau bumi bisa kembali masuk kantor polisi.
"tolong saya...ada perampok!tolong anak muda bantu saya"
tangan bumi diraih kuat hingga mau tak mau dia segera turun dan memarkir motornya asal.helm masih terpasang namun kakinya bergerak cepat menendang perut kedua perampok yang memakai penutup wajah hitam.

"om sembunyi dulu dibalik tempat sampah itu"seru bumi tergesa karena tidak mau terjadi apa-apa dengan pria yang sedang dibantu.tangan menghantam rahang serta menghancurkan tulung rusuk kedua pria secara bersamaan.cukup susah untuk berkelahi di trotoar jalanan karena tempat yang sempit namun setelah berbelas menit kemudian kedua perampok tersebut sudah berlarian dengan langkah terseok.

bumi sengaja memamerkan skill bela dirinya karena dari awal melihat wajah orang yang ditolong bumi sudah tau itu adalah orang yang sama yang memaki dirinya saat sedang bersama angkasa tempo hari lalu.sekali menyelam dua pulau terlampaui,sekali menolong bumi berharap papa angkasa bisa langsung sadar diri.

"naik om saya antar ke tempat mobil om parkir"
ucapnya percaya diri karena jelas saja orang kantoran seperti pria tua itu akan bepergian dengan mobilnya.

"loh..kamu?!"kaget papa angkasa namun masih bergerak menaiki motor bumi,dia merasa hilang muka namun harus tetap kalem.
"mau diantar kemana nih om?"tanya bumi hingga motor melaju pelan ke lokasi yang disebutkan.
skakmat!....berapa lama lagi orang tua ini akan berani mengatai dirinya pikir bumi.

tbc....
   

ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang