dua puluh tujuh

6.8K 440 19
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

     suara klakson motor terdengar bersahutan saat rombongan itu melewati persimpangan jalan raya,mereka saling memberi kode saat berbelok menuju perumahan masing-masing.sedang angkasa masih berjalan lurus kearah selatan bersama bumi yang nemplok di punggungnya,terasa nafas pria itu mengalun lambat dan teratur telah jatuh terlelap sepulang mereka dari restoran tadi.

angkasa kembali mengeratkan pegangannya pada kedua tangan dalam genggaman itu dan kembali membagi fokus pada jalan.

"kerumah gue dulu ya"katanya tanpa jawaban balik, dia hanya ingin lebih lama dengan bumi kalau bisa dia ingin berdekatan setiap detik dengan kekasih hatinya.

cuaca yang awalnya lumayan cerah sudah berubah gelap tertutup awan tebal berisi air yang siap turun ke bumi,bumi dalam artian luas bukan bumi yang di cintai angkasa.
berhenti saat lampu merah hingga rintikan air mulai mengenai kulit mereka, membangunkan bumi dari tidurnya.

"hujan turun?"
serak suara bumi saat bertanya yang dibalas anggukan kecil,angkasa melihat sekitar jalan namun halte pemberhentian belum terlihat.saat sudah kembali melaju tempat yang dicari ternyata sudah dipenuhi orang-orang yang berteduh.

"kita basah dikit gak apa-apa kan?"
tanya angkasa sembari melajukan motor dengan kecepatan tinggi,bumi sudah bangun dan dia tidak punya alasan lagi untuk melaju santai.
"gak apa-apa kali,lo pikir gue cewek"
balas bumi cukup keras karena suara mereka sudah teredam oleh deru motor juga hujan yang sudah lumayan lebat.

bumi meringkuk pada punggung angkasa menyembunyikan tubuhnya dan terus memeluk perut pemuda itu erat, angkasa mungkin berpikir sedang mengikuti balapan atau pria itu menganggap dirinya cuma ikan asin,mata terbuka tapi tidak bernyawa.

"hei ini bukan arah ke markas!kita mau kemana?"
tepuknya pada pinggang angkasa,jujur rute ini baru beberapa kali dia lewati karena memang tidak tidak searah dengan rumahnya ataupun tempat kerjanya.
"singgah kerumah gue dulu baru nanti gue antar lo ambil motor"
mereka sudah seperti orang tuli saja yang terus berteriak saat bicara,salahkan saja telinga mereka yang pengap.

bumi tak menolak diajak kemanapun,dia hanya butuh jawaban dari setiap pertanyaan dan angkasa orang yang akan selalu memberi jawaban padanya.
entah sudah dibelokan keberapa namun baru sekarang laju motor itu memelan dan berhenti sebentar didepan gerbang tinggi lalu segera masuk setelah satpam membukakan jalan pada mereka.

"wah gila!"ucap bumi keras.rumahnya dulu memang termasuk mewah dan besar tapi yang ada didepannya ini berkali lipat lebih mewah,pasti menghabiskan banyak uang untuk membangunnya.

"kalian brengsek yang tau cara membuang-buang uang "angkasa menggeleng tidak peduli dengan reaksi berlebihan bumi,namun sedikit lucu jika ada orang yang terang-terangan menyatakan kekaguman pada sesuatu didepan pemiliknya.

"ayok masuk nanti kita tambah basah,lo kan penyakitan"
katanya sembari menarik bumi yang tidak berani berkedip takut keindahan didepannya ini akan hilang.butuh berapa lama bekerja dipelabuhan atau berapa banyak lawan menjadi petinju bawah tanah agar bisa memiliki hunian seperti ini.tentu tubuhnya sudah terlanjur mati dulu baru bisa,atau dia terlanjur mati tapi tidak menghasilkan apa-apa.bagaimana?

"gue juga mau punya satu kayak itu,singa yang muntah air"
bisiknya pelan namun angkasa masih dapat mendengar,mau sampai kapan bumi tersasar pada penampakan rumahnya.

°°°°

    
       sekarang mereka berdua sudah berada didalam ruang pribadi angkasa.pelayan sempat memberitahu bahwa orang tua angkasa pergi menghadiri acara perusahaan dan akan balik sekitar satu atau dua jam lagi.bumi masih berdiri diatas lembaran tisu yang ditumbuk hingga air yang mengalir dari baju basahnya dapat terserap,bumi takut mengotori kamar angkasa.

"ngapain?sini ganti baju dulu,ambil punya gue didalam lemari"
secara badan mereka hampir sama,hanya saja angkasa lebih bongsor dari tubuh bumi namun dia tetap yakin bajunya akan sesuai untuk bumi.

"jangan salahin gue kalau lantai lo kotor"
ucap bumi lalu beralih menuju lemari yang ditunjuk pemuda itu.angkasa sudah mulai berganti pakaian setelah membilas badan sebentar, sementara bumi masih diam melihat baju apa yang akan diambil.
pilihannya jatuh pada kaus putih polos dengan celana boxer selutut.

"gue pinjam kamar mandi lo"
lalu bumi segera berganti pakaian, sedikit aneh rasanya saat dia tidak memakai celana dalam,miliknya sudah basah dan dia cukup tau diri untuk tidak meminjam milik angkasa.untuk pakaian bisa diterima tapi celana dalam pakai bersama?tentu jawabnya tidak.

setelah keluar dari kamar mandi bumi mencari-cari keberadaan angkasa dan yang dicari duduk membelakanginya didepan sebuah kaca luas, memandang keluar pada rintikan hujan yang sudah hampir reda.

"minum dulu pasti lo kedinginan"
angkasa meraih tangan itu dan menariknya agar jatuh disampingnya,dia langsung meraih bumi agar bersandar didadanya.

hei... mungkin jika ada lawannya sesama petinju melihat dirinya bergalung dalam dekapan seorang pemuda yang sama kekarnya,sudah dipastikan dia akan diludahi dikepala dan diinjak kelaminnya juga.betapa memalukan dirinya.

"mau coba berenang disana?"
angkasa menyadari jika bumi tidak melepas tatapan dari kolam renang biru jernih diluar ruangan itu,berenang dalam hujan tidak buruk juga pikirnya.

bumi tersenyum kecil dengan mata menimbang mau mengiyakan atau tidak,tangan menyugar rambut basahnya dan memberikan berat badan sepenuhnya pada angkasa yang siap memeluk kapan saja.

"gue gak bisa berenang dan gue belum mau mati konyol karena tenggelam di kolam dangkal"
sahutnya kemudian,menanti kalimat ejekan yang pasti sudah disiapkan angkasa.orang yang mati di kolam renang bukannya tidak menyadari kolam itu dibuat aman setinggi tubuh mereka namun pikiran yang kalut yang membuat mereka akhirnya meregang nyawa.

"kalau gitu pada kunjungan berikutnya gue akan jadi guru pribadi buat lo"
angkasa semakin meraih tubuh dengan pinggang ramping itu padanya, meraih handuk kecil dari atas meja dan mulai menggosokkan pada rambut bumi.

tepat dua jam mereka menghabiskan waktu bersama saling memeluk juga bercanda,tak ayal adu pukulan tanpa tenaga mereka lakukan.sekarang tiba waktunya bagi bumi untuk pulang,dia sudah mengkhawatirkan ibunya dirumah.
angkasa berjalan menuju lemari untuk mengambil kunci mobil karena hari sudah mulai malam dan dia tidak mau jika bumi terkena embun yang dingin,padahal bumi saja sudah melewati hal buruk lebih dari sekedar angin malam.

mereka berdua berjalan beriringan keluar rumah tanpa disadari angkasa meninggalkan ponselnya diatas meja dekat lemari diruang keluarga, tergeletak dengan layar menghadap keatas.

tbc....

ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang