lima satu

6K 385 10
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

    seminggu kemudian....

bumi sudah mulai menerima kenyataan bahwa ibunya sudah tenang dialam yang berbeda,perlahan pemuda itu kembali melakukan kegiatan seperti biasa namun wajah itu selalu terlihat murung.kamar yang biasa ibunya tempati digembok dari luar karena bumi belum siap untuk kembali memasuki ruangan sempit itu.dia bukan takut atau bagaimana,bumi hanya tidak mau larut berlama-lama karena alam bawah sadarnya berkali-kali memerintahkan untuk menyusul kepergian sang ibu.

disinilah dia kembali berdiri,dipelabuhan yang sudah akrab didatangi.meskipun pihak bank serta pengacara papanya sudah memberikan wasiat terakhir papanya agar dia yang melanjutkan kerja dikantor namun bumi belum tertarik sama sekali,dia juga butuh belajar tiga hingga empat tahun lagi barulah bisa mengambil alih semuanya.
mau bagaimana lagi,bumi sudah berulang kali menolak namun pihak pengacara selalu mendatangi dirinya hingga terpaksa bumi membutuhkan tanda tangan pengalihan seluruh aset kepunyaan papanya,dan sebagian kecil untuk Teresa.

berbicara tentang Teresa, perempuan itu sedang dirawat di rumah sakit kejiwaan setelah peristiwa di bar yang merenggut sedikit banyak kewarasannya.

"angkasa?ngapain disini sama bos?"
gumamnya lalu memilih  mendekat, samar-samar dia mendengar beberapa hal yang diperdebatkan serta angkasa yang melempar sebuah map cokelat berisi banyak foto.
bumi mengambil sebuah foto dibawah kakinya lalu mengernyit heran dengan apa yang terjadi.

"sa..ini kenapa?"
ucap bumi kebingungan,dia juga heran melihat foto kebersamaan dirinya dengan angkasa ada dalam sebuah map tebal.

"bajingan ini yang kirim banyak foto kita ke papa,dia iri liat gue baik-baik aja sama ibunya sedangkan dia milih kabur dari rumah"
ucap angkasa menggebu,dia muak harus berdebat dengan papanya dirumah.

bumi terkekeh lucu lalu memandang aland dengan tajam,satu pukulan dilayangkan guna melampiaskan
kemarahannya.ada apa dengan jalan pikiran aland
hingga mau berbuat sesuatu yang sia-sia seperti itu,mau bagaimanapun bumi sudah mendapat kartu emasnya.
"kacau lo kak!gue kira lo orang baik tapi lo gak ubahnya sama bajingan!"
finalnya bumi kembali melayangkan pukulan di pipi aland yang bahkan belum sempat membalas.

aland sempat terdiam kaku melihat rupa menyedihkan bumi hingga kalimat pembelaan yang
yang sudah disusun rapi hilang begitu saja.

angkasa meludah singkat dan mengikuti langkah bumi untuk meninggalkan pelabuhan.seharusnya setelah semua ini maka selesai bukan?itu harapan angkasa.

°°°°

    
     "lo yakin mau bawa gue kesini lagi? sore-sore gini biasanya papa lo udah balik ngantor kan?"
kedua pemuda masih berdiri didepan rumah gagah yang angkasa tinggali,bumi mencoba melangkah kedepan lalu mundur beberapa lagi begitu terus hingga angkasa memutar matanya malas.
"kapan lagi kita mau nantangin papa gue kan, coba-coba barangkali dia bakalan lebih pendiam kali ini"jelas angkasa kemudian menarik pinggang bumi masuk kedalam rumahnya.

diruang keluarga nampak sepasang suami istri tengah bersantai mengamati pembawa berita menyiarkan perkembangan bisnis,papa angkasa nampak sesekali akan menyesap teh melati buatan sang istri.
"pa,dia bukannya pemuda yang ada didalam foto itu ya?yang sama angkasa?"
tanya wanita disampingnya hingga papa angkasa menyipit tajam mendengar untaian kalimat dan berulang kali memastikan wajah baru yang dipampang dalam dunia bisnis.

"bukan...masak iya berandalan kecil itu? mungkin saja mukanya pasaran ?"
jelasnya masih tidak mempercayai hingga kedatangan dua orang pemuda mengalihkan fokusnya dari layar televisi.

"sore om,masih ingat sama aku gak?yang waktu itu nolongin dari maling,juga...orang yang sama yang ada disana"
kali ini bumi lebih percaya diri untuk menghadapi papa angkasa karena satu kebaikan yang pernah dilakukannya,juga dia memiliki syarat penunjang lain yang lebih bagus untuk dipertimbangkan keluarga angkasa disini.

"berandalan,berani kamu hadapin saya hmmm?"
sebenarnya wajah itu sudah kepalang malu telah memaki-maki bocah yang pernah menolongnya namun mau bagaimana lagi,egonya sangat tinggi hingga wajah garang lah yang bisa dia berikan pada bumi.
"pa....kasa mau main sama bumi dikamar,kasa gak mau dengar apa-apa dari papa untuk kali ini aja"

"kamu! ckkk.... cepat bawa dia keatas!"seru papanya cepat membuat bumi hampir tergelak.
setelahnya angkasa menggiring bumi menuju kamarnya di lantai atas.

"papa pernah kemalingan?kok gue gak tau?"
tanya angkasa lalu membuka pintu kamarnya menunggu hingga bumi masuk kedalam.
"gue juga gak tau kalau itu papa lo,gue cuma mau nolong dikit tapi malah untung orangnya bapak lo"
kekeh bumi dan memilih rebahan di sofa panjang.

angkasa menggeleng pelan,dibukanya lemari es dan membawa dua kaleng cola dingin sedang bumi sudah membuka toples kue yang tersusun diatas meja.
"gak enak"ucapnya cepat dan mencari sesuatu yang bisa menampung bongkahan cokelat pahit yang akan diludahkan.

"muntahin disini dulu nanti gue buang kebawah"angkasa menadahkan telapak tangan untuk menampung sesuatu dari mulut bumi, tidak merasa jijik sedikitpun.mau jijik bagaimana lagi jika sudah sering mereka bertukar cairan satu sama lain.

sementara angkasa membuang cokelat yang diludahkan bumi,pemuda yang ditinggal sendiri dikamar menghela nafas panjang dan memandang nanar.mentari sore membuatnya merasakan kenangan bersama sang ibunda, biasanya jam segini bumi akan bergegas pulang dari sekolah untuk membawakan ibunya makanan lalu menyuapi dengan sabar.

"ibu bumi rindu...ibu gimana diatas sana?bisa lihat bumi disini gak?bumi sendiri disini,gak punya keluarga lagi..."
lirihnya pelan,bibir digigit dengan hidung memerah menahan tangis.sebaik apapun bumi menghibur diri tetap saja bayangan senyum teduh ibunya selalu melintasi pikiran,bumi sangat merindukan belaian lembut tangan kurus itu,bumi masih ingin menguapi ibunya sebongkah kecil cokelat.

kepala itu menunduk dengan pundak bergetar,air mata diusap kasar namun semakin diseka semakin banyak yang mengalir.
sofa disebelahnya terasa berat saat angkasa mendudukkan dirinya di samping bumi,tubuh bergetar dibawa kedalam pelukan hangat dengan kecukupan yang senantiasa diberikan dipucuk kepalanya.

"gue kangen ibu sa..."
rengek bumi  mengadukan isi hati pada angkasa.kepalanya menggeleng kuat ingin berteriak sekeras mungkin meminta pada Tuhan agar mengembalikan wanitanya.
"biarin ibu bahagia disana ya,gue yakin lo kuat,gue selalu disini buat lo leksa"
didekapnya bumi lebih erat,dia bisa merasakan kepedihan bumi meski tidak sebesar yang diterima kekasih hatinya.

"kita biarin dulu mereka pa"
ucap mama tiri angkasa pada suaminya,ya mereka berniat mengintip jangan-jangan anaknya melakukan sesuatu diluar batas wajar namun pemandangan haru lah yang mereka dapatkan.
"kembali ke kamar"
lirih papa angkasa hingg mereka menutup pintu tanpa suara.

tbc....

     
    

ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang