tiga puluh enam

5.4K 362 1
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

      malam datang sangat cepat,didalam mobil hanya terdapat beberapa potong pakaian yang tersimpan di ransel juga beberapa bungkus sereal sisa sarapan tadi pagi.bumi belum pernah merasakan menahan lapar segini sakitnya, sebenarnya dulu pernah tidak makan seharian namun dia masih bisa memakan cemilan untuk mengganjal laparnya.udara semakin malam terasa semakin dingin,angkasa terus mengajaknya bercerita panjang lebar agar rasa kantuk tidak kembali menyergap,namun kini masalahnya ada diperut mereka.

"gue ada bawa roti didalam tas,gue coba lihat dulu"
bumi beranjak menuju bangku belakang dan mulai mengorek seluruh isi tasnya keluar, pakaian teronggok diatas kursi penumpang dibiarkan begitu saja setelah dia menemukan sebungkus roti isi.

"lo makan aja,gue masi kenyang"
tolak angkasa saat bumi membagi sebagian roti untuknya.
"lo nolak karena dikit? untuk sekarang kita makan ini dulu,nanti kalau semisalnya selamat lo bisa makan makanan enak lagi"
paksa bumi menyerahkan potongan roti untuk angkasa, sebagian lagi sudah masuk kemulutnya.

"makasih"
ucap angkasa dan mulai mengisi perut, meskipun sedikit namun bisalah untuk mencegah asam lambung mereka naik.

gesekan dahan ranting dengan angin membuat bulu kuduk bumi berdiri, untunglah lampu sorot mobil masih bisa berfungsi sehingga mereka tidak ditelan kegelapan seutuhnya.salju masih turun tanpa henti membuat gunungan es semakin tinggi,mobil mereka juga mulai tertutup es dalam.

"lo denger sa?"
kunyahan bumi terhenti,dia menyaringkan telinga agar suara seperti geraman binatang buas kembali terdengar.

"krak..krakk.. hmmmm kayak macan lagi jalan"
ucap angkasa santai.

"jangan asal bicara lo,gue pukul ya!"
bumi bergerak mendekat ke kursi angkasa,sial di semakin paranoid dengan alam terbuka seperti ini.

bagaimana kalau itu memang macan atau hewan buas sejenisnya,dia lebih memilih mati diserang hipotermia dari pada harus merasakan sakitnya koyakan taring tajam dikulitnya.

angkasa menarik tubuh bumi agar berbaring dipahanya,hari sudah larut malam dan mereka harus bertahan agar bisa melihat matahari esok pagi.semoga saja.
sepeninggal bumi tertidur,angkasa menghembuskan nafas berat.seharian ini hanya sepotong roti pemberian bumi saja yang berhasil dicicipnya,dia bahkan belum sempat sarapan pagi karena harus mengurus penyewaan mobil.

kepalanya berdenyut nyeri lalu telinga angkasa berdenging keras,gerakan yang tercipta membuat bumi kembali membuka mata.

"lo kenapa sa?kok berkeringat banyak gini?"
bumi terperanjak, diusapnya bulir sebesar biji jagung hingga rambut angkasa kian lepek.angkasa tersenyum tipis mengatakan baik-baik saja tapi tentu saja bumi tidak akan percaya.

laci dashboard mobil dibuka cepat, bumi meraih benda apa saja yang bisa dipakai untuk membantu angksa.beruntung disana dia menemukan sebotol kecil minyak angin dan segera membaluti tubuh angkasa.

"sarung tangan ganggu aja"
dilepasnya sarung tangan kanan dan segera mengurut kepala angkasa dengan minyak anging,tak lupa dibalurkan juga disekeliling leher angkasa.

"lo hirup terus ya"
bumi mendekatkan botol minyak angin dibawah hidung angkasa, wajahnya panik luar biasa.

"saa...angkasa!heii...jangan buat gue tambah panik,sa!"
bumi mengguncang tubuh angkasa yang sudah jatuh pingsan, kepalanya terkulai di bahu bumi.sedang pemuda yang masih sadar menggigit bibir kuat, dia harus apa saat ini,apa yang akan dia lakukan agar angkasa merasa baikan?dia sadar jika angkasa menahan diri untuk terlihat biasa,namun dia juga manusia yang punya titik lemah sendiri.

bumi membenarkan posisi angkasa agar bersandar dikursinya,matanya memanas dengan lelehan air yang membasahi pipi.untuk pertama kali dia menangis setelah sekian lama,dia sangat ketakutan melihat kondisi angkasa.
"gue harus apa...gue harus apa sa?!"
bumi memaki dirinya agar menjadi lebih berguna,dengan gerakan patah-patah bumi beranjak mengambil beberapa potong pakaiannya.baju-baju itu dililitkan pada tubuh angkasa,bumi menggasak agar angkasa mendapat lebih banyak rasa hangat.

"pakai jaket ini oke"
terakhir bumi memakaikan jaket geng miliknya setelah melilitkan banyak kain ditubuh angkasa.

segera setelah semua selesai,bumi merangkul angkasa agar tertidur nyenyak dalam dekapannya.
gigi semakin bergemelatuk nyaring menekan hawa dingin.dia tidak apa-apa asalkan angkasa tidak pergi meninggalkannya,dicari kehangatan ditubuh angkasa hingga keduanya sama-sama terlelap dalam mimpi, mimpi buruk.
mereka ada diambang hidup dan mati,dibatasi jarak begitu tipis entah mana yang akan menjadi akhir penentu bagi keduanya.

°°°°

       mata itu sudah terbuka memandang wajah damai bumi dalam tidurnya, tidak sadar selama apa dia pingsan kemarin malam dan angkasa sudah merasa baikan setelah bangun pagi ini.

"lo cantik"
dua kata pertama yang terucap saat bumi membuka mata,memang benar kata orang jika wajah terlampau tampan itu akan terlihat cantik dan itu yang dia temukan pada bumi.

"lo...lo udah gak apa-apa?"
gugup bumi mengamati angkasa.

"makasih udah bantu gue,harusnya gue yang jagain lo leksa"
angkasa mengecup bibir bumi sekilas lalu beranjak kembali ke kursinya,sedang bumi merenggangkan otot setelah terhimpit tubuh bongsor angkasa.

badai sudah reda namun tumpukan salju masih tebal membuat jalanan nampak sangat licin.bumi mencoba membuka pintu  namun mereka terperangkap didalam karena pintu mobil sudah membeku.angkasa menurunkan bangku bumi lalu bergerak mengambil ancang-ancang,

"mundur dikit"
bumi beranjak agar angkasa bisa bebas bergerak menerjang pintu sekuat tenaga hingga pintu besi terbuka keras.
"pemilik mobil pasti rugi besar"
ringis bumi melihat beberapa bagian sudah rusak.

angkasa mengangguk lalu menyuruh bumi agar turun duluan dan segera menyusul,kaki yang baru memijak timbunan salju langsung terpuruk beberapa centi untung lah mereka mengenakan sepatu kulit bagus.

ban mobil sudah terbenam dalam salju,kalau begini mau bagaimana mereka mencoba menghidupkan nya tetap saja akan memakan waktu lama.angkasa mencoba berjalan melihat-lihat jika ada petunjuk arah kemana mereka harus berjalan,mereka tentu harus mulai bergerak jika tidak ingin kembali terperangkap dalam mobil dan menunggu matahari dipagi selanjutnya.

"minum dulu sa"
bumi menyerahkan air mineral yang sisa seperempat saja, untuk saat ini hanya itu yang bisa mereka masukkan kedalam perut.

"lo kuat jalan kan?dari arah yang kita lewati kemarin,harusnya kita cuma jalan lurus aja dari arah sini"
jelas angkasa dengan wajah serius,dia tidak akan menunda lagi atau hamparan es akan menjadi tanah perkuburannya dengan bumi.

"gue bisa jalan"
angguk bumi mantap walau dalam hatinya dia mempertanyakan kalimat itu.tubuhnya semakin lemas karena harus dipaksa bertahan, dia juga membutuhkan makanan sama seperti angkasa.
"gue harap ini bukan pilihan yang salah"
ucap angkasa pelan.

tbc....

ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang