tiga puluh empat

5.8K 366 4
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

      Hamparan air danau yang  membeku sudah dipenuhi lautan manusia,tidak sebanyak itu sebetulnya namun disini cukup ramai dikunjungi wisatawan karena selain bisa bermain ice skating seperti tujuan utama,namun disini juga terdapat kolam pemandian air panas yang dibangun bertingkat-tingkat sesuai kebutuhan suhu yang diinginkan.

bagi para siswa tentu lebih tertarik pada arena permainan menantang seperti ini dari pada bersantai membasuh diri seperti yang kebanyakan dipilih para guru.

"tolongin gue plisss!"
teriakan nyaring dari arah belakang membuat bumi segera berputar,bukan apa tapi dia tidak mau ditumbuk dan berakhir mengenaskan.

  dia bersama angkasa dan teman-teman baru menyelesaikan sewa perlengkapan,sepasang sepatu khusus juga tongkat yang entah apa gunanya diberikan pada mereka.dia bukannya kuno atau ketinggalan zaman,tapi memang sebagain besar waktunya dulu dihabiskan bersama anggota geng motor sebelum mati-matian banting tulang mencari uang jadi wajar saja jika bumi tidak cukup paham dengan yang beginian.

"pegang tangan gue"
tangan bumi reflek meraih tubuh gadis yang nyaris jatuh lalu cekatan menahannya hingga mereka hampir terlihat seperti tengah berpelukan.bumi meneliti sosok setinggi dagunya dan bertanya lewat kerlingan mata bagaimana keadaan wanita itu.

"makasih ya,gue gak apa-apa"
memang bumi terlihat berbeda-beda saat disekolah dan disini hingga pesona yang tertutup oleh kacamata sekarang memancar kuat melelehkan mata yang menatap kagum padanya.sungguh bumi biasa ditatap demikian.

"selanjutnya hati-hati ya,kan sayang kalau cewek cantik kayak lo jatuh"
balas bumi disertai godaan kecil.

"sa!dari mana aja lo?!"
teriak vano hingga bumi buru-buru melepas wanita didepannya, terlihat sedikit gugup namun setelah memindai sekelilingnya tidak ada angkasa disana.

"bikin kaget aja lo"
gerutunya lalu berjongkok ingin memasang sepatu ice skating nya,gadis yang ditolong masih berdiri disana dengan senyum manis sedikit cangggung.

'mau apa lagi dia'batin bumi bertanya.sial dia tidak ada minat lagi dengan wanita karena pikirannya sudah dikuasai sepenuhnya oleh bajingan angkasa yang entah dimana sekarang.memang angkasa mengatakan dia perlu mengurus perlengkapan sewa untuk temannya yang lain,namun kenapa bisa selama ini.

"emmm,sekali lagi makasih ya,kalau gitu gue kesana duluan"
ucap si wanita pada bumi.
"yee...kalau udah sekali ma gak perlu diulang-ulang juga makasihnya"julid niko tidak suka.

bumi menggeleng lalu kembali memandang sepatunya, sedikit sangsi untuk berdiri dan memilih tetap diposisi yang sama.
"buruan,lo nunggu angkasa?"
Johan mengajak bumi namun tentu saja bumi memilih menggeleng samar dan tetap berjongkok melihat kelincahan orang-orang disini.

berulang kali bumi mengecek ponselnya takut ada pesan dari temannya yang terlewat,dia sudah sebisa mungkin nampak biasa-biasa saja tapi sekarang kepalanya dipenuhi berbagai pikiran buruk.hatinya tidak tenang, bagaimana jika ibunya begini dan bagaimana pula jika ibunya begitu saat jauh disana?tidak ada lagi semangat baginya untuk menghibur diri.

"kenapa gak main hmm?"
entah sejak kapan angkasa selalu lembut jika berbicara dengannya,bukannya angkasa tidak menyebalkan lagi namun di beberapa saat pemuda itu akan berubah menjadi sosok yang begitu berbeda,bumi agak aneh jadinya.

"gue...hmmm .. nanti,iya nanti"malu untuk mengakui dia tidak bisa melakukan hal yang wanita saja sanggup,mengulur waktu adalah pilihan terbaik.
angkasa mengangguk lalu mulai bergerak pelan menjauhi bumi berniat memamerkan kemampuan terbaiknya.semakin lama suasana semakin meriah karena dikejauhan sana orang-orang mulai membuat lingkaran besar dan mereka mulai bergandengan satu sama lain dan bergerak secara bersama-sama.

"ayo berdiri,mau sampai kapan liatin aja?"angkasa memutari tubuh bumi yang masih setia diposisi awal,diraihnya bahu bumi hingga bumi mulai berani berdiri dengan memegang lengan angkasa.

"ahhh!.. jangan lepasin, jangan lepas tangan gue sa!"
panik bumi semakin mengeratkan pegangannya,kakinya berdiri gemetar dan langsung berjongkok lagi.bumi meraih paha angkasa untuk dipeluk,ingin rasanya dia melemparkan sepatu sialan itu yang sudah membuatnya malu begini.dimana image pria kerennya jika main beginian saja tidak bisa.

"hahaha...lo lucu,lo gak bisa main sayang?"
lagi lagi panggilan sayang yang seharusnya bisa membuat bumi tersenyum namun sekarang dia malah jengkel karena ditertawakan.angkasa menutup mulutnya dan kembali meraih bahu bumi agar berdiri.

"udah gak perlu malu,sini gue pegangin oke?"
bumi menggeleng kuat dan masih menghilangkan wajah dipaha angkasa, berdiri saja dia tidak bisa apalagi bermain, bisa-bisa dia tunggang balik dan menjadi badut tontonan orang banyak.

"gue gak mau,lo main sama mereka aja"
angkasa terkekeh sembari membenarkan penutup kepala yang dikenakan bumi, wajah pemuda itu sudah memerah kedinginan.
angkasa ikutan berjongkok lalu mengelus pipi kemerahan bumi,pucuk hidung dikecup pelan lalu mereka saling berpandangan tak peduli jika ada yang curi-curi pandang penasaran.

"lo ganteng sa....tapi pastinya lebih ganteng gue"
bumi menyeringai tipis disertai senyuman, ekspresi ini yang sangat disukai angkasa dari buminya.

"iya iya, lo manis gue tau"
angkasa mengadu kening mereka lalu menggesek unjung hidung yang sudah mengeluarkan kepulan kabut saat bernapas,bumi memiringkan kepala saat angkasa terus bergerak maju mendesaknya hingga terduduk diatas es.

drrtt.....
sial,momen yang tercipta seketika buyar saat bumi bergegas memeriksa ponselnya.angkasa menatap bertanya namun bumi masih nampak mengetik di layar ponsel hingga dia harus bersabar sedikit.raut wajah itu kembali berubah,rona kemerahan seketika hilang.

"heii...ada apa?kasih tau gue kenapa leksa"
angkasa meraih tangan yang bergetar guna menenangkan,diusapnya pelan penuh kehati-hatian.

"ibu...mereka bilang...ibu,g-gue harus pulang sa,ibu sa..."
bumi bergerak gelisah dengan susah merangkai kata, mulutnya kaku,otaknya berhenti bekerja hingga dia tidak mampu memberitahu angkasa apa yang terjadi.ponsel itu direbut cepat dan angkasa segera membaca pesan dari kontak bernama azzam,disana tertulis jika ibu bumi kembali mengamuk dan tidak dapat dikendalikan hingga mulai menyakiti dirinya.lagi.

itu yang bumi takutkan jika harus pergi jauh dari ibunya,hanya dia yang tau bagaimana menenangkan wanita itu,hanya dia yang mengerti dengan penyakit ibunya.

"kita balik sekarang ya,jangan panik oke semua akan baik-baik aja,percaya sama gue leksa"
rengkuhan hangat bumi rasakan, punggungnya diusap lembut serta rambutnya dielus menyalurkan ketenangan pada orang terkasih.

"sa,bumi kenapa sa?"
teman-teman angkasa mulai berdatangan,mereka melihat bumi direngkuh kuat dan tidak memberi perlawan hingga dapat menyimpulkan ada sesuatu yang salah.

"gue sama bumi mau balik duluan ya,ada sedikit masalah sama ibu bumi"
angkasa mengganti sepatu bumi begitu juga dengan miliknya lalu membawa tubuh itu berdiri sejajar,dia bisa melihat sisi rapuh bumi.

"tapi sa menurut laporan cuaca,satu jam kedepan bakalan ada badai.sukur-sukur kalian bisa sampai di penginapan lebih cepat,kalau kalian kejebak badai gimana sa?"
dendi mulai berucap serius, para guru dan pembina juga mengatakan laporan cuaca nanti hingga mereka memang sudah dipersiapkan tempat tinggal sementara terjadi badai nanti.

"iya gue juga ngerti den,gue bisa bawa mobil lebih cepat nantinya dan kita akan berangkat sekarang"
diliriknya bumi yang masih terdiam menerawang, dia bisa merasakan secemas apa bumi bahkan tanpa pemuda itu berucap sekalipun.

"yaudah,tapi lo harus janji hubungin kita terus jangan sampai putus komunikasi biar kita disini juga tenang"
angkasa mengangguk dan segera membawa bumi untuk menemui guru,meminta izin.bukan apa-apa tapi jika itu angkasa yang berbicara semuanya bisa dengan mudah diatur.

"thanks sa"
bumi menghambur ke pelukan angkasa dan menyembunyikan wajah didada pria itu,angkasa adalah yang pertama akan dicari jika bumi membutuhkan rasa aman seperti ini.

"gue selalu ada buat lo, sekarang tenang ya"
anggukan bumi menjadi pertanda keberangkatan mereka menempuh perjalanan pulang,harus memacu waktu agar bisa tiba lebih cepat dari perkiraan cuaca buruk yabg diharapkan terjadi lebih lama.

tbc....




ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang