tiga puluh lima

5.6K 376 11
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

       sudah menghabiskan lima belas menit perjalanan menyusuri arah yang sebelumnya dilewati untuk sampai ke danau beku, sekarang langit sore yang seharusnya bewarna jingga kemerahan malah tertutup kabut tebal hingga terlihat sudah hampir malam.mereka memang  cukup lama bermain ice skating hingga harus pulang di waktu sore.pepohonan seakan berbaris untuk menghantarkan mereka pada kunjungan terakhir,tiupan angin terasa sendu dan semakin kuat setiap detiknya.

keheningan didalam mobil membuat angkasa tidak nyaman,mulut itu selalu terbuka untuk mengajak bumi berbincang....sedikit banyaknya agar pemuda itu bisa duduk tenang.

"leksa...
bumi menoleh dengan alis terangkat tanda bertanya, dieratkan lagi mantel jaket sembari menunggu angkasa angkat suara.pemuda yang memanggil kehilangan kata,dia hanya ingin memecah keheningan didalam mobil saja.

"nampaknya perkiraan badai lebih cepat,salju udah mulai turun lebat"
benar saja,butiran putih halus sudah memenuhi jalanan dan menutupi badan mobil mereka.bunyi alat pembersih kaca berderik kasar kala salju yang coba dihalau makin menebal dan menumpuk.

"lo bisa bawa mobilnya lebih cepat sa?gue takut kita kejebak badai"
bumi bergerak menyisir pandangan ke sekelilingnya,memang prediksi cuaca buruk itu benar dan perkiraan waktunya juga sedikit melenceng.

"gue usahain,lo tenang aja"
angin yang awalnya bertiup kencang sekarang juga membawa perasaan buruk untuk mereka,mesin mobil semakin menderu saat angkasa mencoba menambah kecepatan.salju turun semakin deras membuat jarak pandang juga terbatas, angkasa berulang kali menyipitkan mata agar mobil tidak terbalik atau keluar jalur.
masih ingat bukan jika mereka melalui rute yang sulit dengan jalan berliku.

"sa,semuanya putih gue gak bisa lihat apa-apa lagi"suara itu bergetar namun segera ditelan olehnya,bumi kembali mencoba duduk tenang agar tidak semakin mengganggu fokus angkasa menyetir.

ibarat dipadang pasir yang luas, sekarang mereka juga seperti melihat hamparan tak terbatas namun ini bukan dipenuhi oleh pasir melainkan si putih yang membeku.termometer pengukur suhu didalam mobil menunjukkan penurunan yang drastis,nyaris menyentuh angka minus derjat.

"coba lo naikin lagi pemanas mobilnya"
bumi mengangguk dan segera melakukan apa yang diperintahkan,bibirnya berubah warna menjadi biru pucat juga sesekali akan terdengar suara gigi bergemelatuk.

angkasa menginjak gas namun mobil semakin bergerak lambat hingga kendaraan besi itu menyerah dan mati ditengah jalan.sekali lagi starter mobil ditekan tapi yang terdengar hanya suara nyaring pertanda memang hanya sampai disini mobil bisa mengantarkan mereka.

"berapa lama lagi sampai penginapan?"Bumi bertanya pelan.

"entahlah badainya semakin kuat juga jalanan yang kita lewati cukup terjal lo ingatkan?"
hanya mereka berdua yang cukup keras kepala menantang badai salju dan lihat lah hasilnya sekarang? terdampar tanpa bantuan juga tanpa makanan.

"tunggu didalam ya gue cek mesinnya bentar"
angkasa menutup pintu mobil dan segera berlalu memeriksa keadaan mobil, harap-harap cemas agar mobil mau dipakai kembali.

bumi memeriksa ponsel yang hampir kehabisan daya,sial kenapa disaat seperti ini sinyal telepon menghilang dan ikut memperburuk kondisi.

   tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika dia akan terjebak badai  seperti di film-film barat yang pernah ditontonnya.sebaik apapun dia berusaha mengontrol tubuh agar tidak ketakutan, sekarang tubuh itu tidak bisa berbohong lagi.bumi kembali melirik pada angkasa yang masih menyambungkan beberapa kabel sementara tubuhnya sudah dipenuhi salju.

bumi menghampiri angkasa untuk melihat gerangan apa yang membuat mobil mati total.

"kita tunggu badainya didalam aja, mungkin nanti mesinnya bisa nyala lagi"
angkasa menuntun bumi kembali kedalam mobil dan segera memasuki kursi kemudi.mereka bertukar tatap dan bisa merasakan kecemasan serta ketakutan akan apa yang harus dilakukan selanjutnya,bisa jadi badai tidak akan berakhir cepat.

"gimana sa?gue...gue takut"
baru kali ini bumi mengutarakan ketakutan pada orang lain,dia tidak tau harus berbuat apa dia tidak juga memiliki ide bagus untuk menyelamatkan mereka dari sini.bumi memang sudah biasa bertahan hidup namun tidak dengan melawan alam seperti ini,
bumi rasa air matanya ingin menetes keluar tapi yang ada hanya kekeringan akibat suhu rendah.

"kita tunggu bentar nanti kalau ada kendaraan lewat kita bisa numpang, mungkin sekarang anak-anak akan cari kita karena terputus komunikasi, jangan takut gue sedih jadinya"

angkasa mengeluarkan kotak rokok dan menyelipkan sebatang dibibir,dia harus mencari cara agar mereka keluar dari situasi tidak mengenakkan ini.tidak kuat hatinya melihat bumi gelisah,hidupnya akan dijaminkan agar bumi bisa selamat.

rokok yang baru disesap beberapa kali sudah dimatikan,angkasa menarik bumi kepelukannya untuk ditenangkan.

"sshhh...gue disini"
punggung bergetar diusap lembut juga angkasa menyempatkan bibirnya singgah dipucuk kepala bumi.bagaimana pun bumi yang nampak berani akan berakhir menciut didadanya,hidung itu terasa dingin dan memerah beku.

"Gimana kalau kita mati disini? gimana kalau gak ada mobil lain yang lewat sa? gimana kalau..."

"dengerin gue...jangan mikir aneh-aneh,kalau lo ikut gue itu tandanya gue siap nanggung keselamatan lo leksa,kita gak akan mati sia-sia disini oke"
pelukan dieratkan angkasa,angin bertiup menembus pintu mobil menggelitik masuk melewati pakaian yang menghangatkan tubuh mereka.

"andainya ada Doraemon yang bisa nolong kita sa,kita bisa tiba di penginapan dengan mudah cuma pakai pintu kemana saja"
rutuk bumi mulai meracau,mata itu nampak semakin sayu juga hembusan nafasnya terdengar semakin lemah.

"atau kita bisa minjam baling-baling bambu buat terbang dari sini?"
tambah angkasa mengikuti alur pikiran bumi.

"lo goblok....gima-ugghh...gimana mau terbang,kan lagi hujan salju"
bumi terbatuk-batuk namun masih bisa melanjutkan ucapannya.dia merasa sudah berada didalam kamar kecilnya yang hangat dengan berselimut tebal juga meminum secangkir kopi.

"heii...jangan tidur leksa,gue mohon buka mata lo"
angkasa menepuk-nepuk pipi pucat itu,sial bumi tidak boleh sampai tertidur.bumi terkekeh pelan dan mencoba membuka matanya yang terasa dilem kuat,sangat berat namun dia berhasil melihat wajah angkasa yang sudah kepalang cemas.

"gue ngantuk, biarin gue tidur bentar ya,lima menit aja"
ketika bumi akan menutup mata lagi,bibir angkasa membungkam bibirnya cepat membuat kantuk tadi menghilang begitu saja.bibir angkasa melumat kasar,nafasnya berderu kuat.dia tidak akan membiarkan bumi menyerah secepat ini.

"sa...lepas dulu,"
dada angkasa didorong hingga mencipta jarak sekepalan tangan,wajah pucat bumi kembali dialiri darah membuatnya tampak lebih baik dari sebelumnya.

"jangan tidur,gue mohon sama lo jangan sampai tidur"
angkasa bahkan tidak mampu menahan suaranya, ketakutannya besar saat bumi hampir meninggalkannya.

"maaf,maafin gue sa"
benar,mereka harus saling menguatkan,harus saling bergantung dalam badai buruk ini setidaknya bumi bisa bertahan sedikit lagi.untuk angkasanya.

tbc....

ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang