Delapan belas

7.5K 528 4
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

     

       kembali menjadi murid cupu disekolah membuat bumi sudah terbiasa mendapat beragam tatapan berbeda,namun sekarang jauh lebih berbeda saat kelompok yang biasa membulinya hari ini malah terlihat tidak peduli lagi, mereka hanya menatapnya sekilas dan lanjut mengerjakan entah apa itu.berulang kali bumi memutar badan menunggu setidaknya satu perintah diluar akal mereka namun lagi-lagi hanya kebisuan yang didapat.

"heii kalian kenapa diam?gak mau suruh aku ke kantin?"
akhirnya pertanyaan itu terlontar juga,bumi memilih menghampiri meja kerumunan remaja itu lalu menatap mereka satu persatu.

"sini gue bisikin"
fahri meraih leher bumi hingga tubuh keduanya berdekatan, sedang angkasanya hanya diam mengamati dengan senyum tipisnya.
"lo cuma pura-pura kan?lo cowok yang kalah balapan sama angkasa,iya kan?"
telak bumi dibuat kaget jadinya, seketika pandangan terarah pada angkasa dengan mata menyipit tajam.kacamata ditekan dengan hidung mengernyit kesal,satu gebrakan kuat membuat mereka tercengang.ternyata memang benar.

"lo!...pasti lo kan?!"
ucapnya sembari meraih kerah kemeja angkasa yang masih duduk tenang.disingkirkan tangan bumi dari kemejanya lalu angkasa segera menarik tubuh tinggi itu keluar kelas, sedikit menggunakan tenaga karena bumi tentu tidak akan mengalah padanya.bisikan halus para murid yang menyaksikan tak lagi dipedulikan,bumi hanya terus mengumpati pemuda yang menariknya.

dalam sekejap tubuh yang awalnya susah ditarik itu berjalan tenang dan balik memegang tangan angkasa erat, siapapun akan berpikir banyak melihat perubahan sikap bumi yang begitu drastis.

angkasa hanya menggeleng sudah sangat hapal dengan kepura-puraan bumi, pemuda yang tidak mudah dinilai sekejap mata.

cukup jauh dari lokasi sekolah yang ramai, sekarang mereka sudah berada dalam ruangan yang hampir mirip seperti dimarkas tempat biasa bumi berkumpul hanya kurang beberapa peralatan saja.terdapat sebuah sofa panjang juga kursi kayu.karpet bulu yang terbentang lumayan lebar, diatasnya tersusun beberapa bantal serta selimut.
tidak ada perangkat elektronik karena mereka juga lumayan jarang kesini,hanya ketika ada jam kosong atau untuk membolos pelajaran.

"mereka tau sendiri karena lihat kacamata keberuntungan Lo itu pas dirumah sakit"
ucap angkasa cuek lalu merebahkan diri diatas kursi.sedang pemuda yang diajak bicara hanya diam dan terus mengamati ruangan tertutup itu,pengharum beraroma kopi menguar pekat namun mampu membuat tubuh lebih santai.
bumi berjalan kearah angkasa,kakinya menendang pelan betis pemuda yang sedang rebahan untuk meminta sedikit tempat lalu segera duduk saat angkasa peka dengan permintaannya.

"apa yang lo mau dari gue?"
ucap bumi sembari menatap pemuda disampingnya,angkasa hanya diam lalu kembali menjulurkan kaki menghimpit paha bumi.sejujurnya tidak ada hal lain yang membuatnya begitu penasaran dengan bumi,atau karena lelaki ini begitu misterius hingga dia tertarik?.

"gue mau lo"
jawabnya enteng lalu beranjak duduk memepet bumi yang mulai merasa gerah sedikit panik juga.
ekspresi mengejek terpampang nyata diwajah bumi,ada apa dengan kalimat tak masuk akal itu.benar mereka sudah pernah menjadi teman satu malam namun kalimat menginginkan angkasa terasa menggelitik perutnya.banyak orang yang mengatakan hal sama padanya namun baru kali ini bumi menemui sosok yang gigih seperti angkasa.
"kita gak bisa"balasnya cepat lalu menunggu reaksi angkasa dengan senyum tenang seperti biasa.

"kita bisa...lo hanya terima gue dihidup lo gak ada yang susah"
suara terdengar datar sarat penekanan disetiap kata yang keluar,namun bukan bumi namanya jika menerima begitu saja.pria berkacamata kembali tersenyum namun pancaran mata tidak bisa bohong, terdapat kekalutan disana yang membuat angkasa tergerak ingin menjadi sosok tempat pemuda itu bercerita.

"hidup gue gak seenak tuan muda kayak lo"bumi tidak yakin seperti apa kehidupan angkasa, bagaimana keluarganya,juga hal lain tentang pemuda itu namun dari penampilan serta tingkah angkasa saja sudah cukup jelas menggambarkan dia pemuda yang bergelimang harta.
"kalau begitu lo cuma harus bergantung sama gue,gak perlu mikirin apapun lagi"
angkasa tetap pada pendiriannya.

"hufftt.....gue gak bisa,selama ini gue cuma main-main"balas bumi cepat,lelah sudah beradu argumen dengan seseorang yang melihat dunia dari satu sisi saja.
mereka terdiam lama saling mematut keindahan paras masing-masing,namun milik bumi masih terdapat beberapa goresan kecil.

"izinin gue cium lo"kalimat meminta izin angkasa terdengar sangat manis,begitu menghormati bumi yang terdiam kaku.sudah banyak dia mengolah wanita namun begitu ada sosok berkelamin sama sepertinya tentu akan menjadi kesulitan baginya.

tidak adanya jawaban dari bumi membuat angkasa berani mendekatkan diri,meraih bahu kurus hingga mereka bertatapan lagi.tubuh bumi sedikit gemetar mengingat kejadian buruk malam itu,dia tidak pernah berurusan seksual dengan pria hingga ketakutannya semakin menjadi.sungguh jijik pada tubuhnya yang menikmati segala sentuhan itu.
"tenang,gue gak akan nyakitin lo"
bisik angkasa berupaya merilekskan tubuh tegang bumi dengan sedikit pijatan dilehernya.

"oke mari kita coba"
mencoba memberanikan diri namun mata sipit itu masih terpejam, sungguh mereka melupakan hal yang membuat keduanya berakhir diruangan ini,membuat teman-teman angkasa menunggu untuk kepastian.

"untuk langkah awal lo bisa bayangin sesuatu seperti memandang langit malam"
sepertinya usulan itu berhasil,tubuh bumi tak lagi bergetar namun matanya masih terpejam erat.sebenarnya apa yang membuat bumi bertingkah seperti perawan setelah apa yang terjadi diantara mereka.

"kenapa?gak mau lagi?"
bumi memandang angkasa bertanya, sedikit menyingkirkan helaian rambut yang menyentuh mata.

"jujur gue lebih tertarik sama selangka lo"
angkasa melirik tulang yang lebih menonjol dibawah leher bumi,dia memang lebih berhasrat disana.
"lo gak suka bibir?"tanya bumi.
"bukan gak suka,cuma lebih tertarik pada sesuatu dibawahnya "
kalimat itu diakhiri dengan sebuah kecupan dibibir dan langsung merambat turun pada sesuatu yang dicari-cari.

mengecup pelan lalu mulai menjilati hingga bumi menggelinjang geli,dihisapnya kulit tipis itu dengan pandangan yang terus melirik keatas, menikmati ekspresi pemuda yang mulai memejam kembali.sebelah tangan turun pada dada kanan bumi hingga sebuah remasan kuat menyadarkan bumi yang segera menepis tangan itu.
"heii...?!"
belum sempat melayangkan kekesalannya,pintu sudah terbuka dengan vano dan dean berdiri tercengang menatap mereka.

"ini gak kayak itu...ini,ini....ashhhh!"
bumi segera berlari keluar ruangan,wajah yang selalu tenang kini memereh malu.angkasa malah sibuk terkekeh geli sedang kedua temannya masih menatap tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
"lo suka cowok?"
polos vano yang menerima pukulan pelan dean,jelas itu bukan hal yang perlu ditanyakan lagi.
"gak,gue cuma suka dia"balas angkasa lalu berlalu mengikuti bumi ke kelas mereka,tersisa dua sosok bertampang bodoh disana.

tbc....

ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang