tiga belas

7.6K 510 6
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

     angkasa yang baru balik selepas berkumpul dengan anak-anak gengnya melaju santai menikmati pergantian jam yang sudah hampir malam.biasanya dia tidak cukup peduli dengan aktivitas jalanan namun sekarang perhatiannya terpusat pada benda kuning berbulu yang bersandar pada kursi panjang.

motor hitam terparkir tak jauh dari badut kuning itu dengan angkasa yang diam-diam melangkah mendekat padanya, kenapa pula si kuning ini sangat menarik minat pikirnya geli.
Tangannya tergerak menarik kepala ayam itu dan sedikit kesusahan namun beruntunglah bisa terlepas juga.matanya melotot mendapati wajah yang tak asing dengan mata terpejam.

"lo sadar kan?"
jari telunjuk didekatkan pada hidung bumi yang masih bernafas hangat, hembusan nafas angkasa terdengar lega mendapati bumi masih bisa menatap padanya.

mata itu mulai terbuka sebelah kiri lalu kembali tertutup, nampaknya masih memerlukan beberapa menit lagi bagi bumi untuk mengisi tenaga.keramaian jalanan tidak dipedulikan lagi,meski ada beberapa orang yang menatap pada mereka namun bumi lebih memilih untuk kembali terpejam.
"mau apa?"tanya bumi dengan mata yang masih terpejam, terlampau lelah sebenarnya.

"lo ngapain pakai kostum gak jelas kayak gini?makin hari makin aneh aja gue liatin"
angkasa menaikkan alisnya bertanya, sungguh sangat tidak terpikir olehnya alasan yang paling masuk akal.
"menurut lo sendiri?"
bumi mendengus kasar dan meraih kepala ayamnya dari tangan pemuda tinggi bongsor itu, berencana kembali lanjut bekerja agar malam ini dia punya waktu lebih banyak untuk tidur.

"jawab dulu atau ini gak akan gue kasih"
angkasa menjauhkan kepala ayam itu dari jangkauan bumi, sial sekarang dia sungguh mulai penasaran dengan semua yang dilakukan bumi.ada apa dengan otak pintarnya?

"lo gak liat gue kerja?gue lagi cari uang"
rasanya bumi ingin marah pada angkasa yang kembali merecoki harinya, dia hanya ingin cepat-cepat mendapat gaji lalu mampir sebentar menemui temannya dan pulang kerumah, sesederhana itu.

"kalau gitu izinin gue buat bantu"
tanpa menunggu jawaban bumi, angkasa meraih lembaran brosur itu dan memakai kepala anak ayam   lalu berjalan membagikan brosur kepada semua orang yang ditemuinya.sedang bumi masih duduk mengamati, biarlah pemuda itu mau berbuat apa yang penting brosurnya harus habis.

nyatanya saat angkasa melepas kostum kuning itu barulah banyak remaja wanita menghampirinya dan tertarik dengan apa yang ditawarkan,dasar wanita memang selalu begitu.bumi juga ingin protes kenapa harus memakai kostum bodoh ini jika dengan wajahnya saja akan lebih mudah menghabiskan brosur.bukannya terlalu percaya diri seperti biasa,namun memang bumi cukup yakin jika wajah tampannya akan selalu mempermudah pekerjaannya.

hampir satu jam lamanya bagi angkasa membagikan semua brosur hingga sekarang dia sudah duduk lagi diatas motornya menunggu bumi yang berurusan dengan pemilik toko,bumi akan meminta haknya karena pekerjaannya sudah selesai.
sesekali angkasa akan mengangguk membalas sapaan hormat yang datang padanya.

"apa yang lo lalui selama ini?gue kira lo cuma bisa menggoda orang aja"
lirih angkasa saat wujud bumi sudah keluar dari mall dengan senyum mengembang.kenapa wajah itu sangat sulit untuk dibaca dan kenapa pula dia harus  segitu penasarannya pada bumi.

"makasih, kapan-kapan gue kenalin sama teman cewek gue sebagai balas jasa lo"
seringai yang dirindukan mulai kembali terlihat,bumi memiliki pesona tersendiri namun saat pemuda itu berubah menjadi alex yang cupu kesan penurut dan imut sangat lekat pada dirinya.

"gue gak butuh cewek,ingat kalimat gue di rooftop"
balas angkasa dengan raut berubah,bukan apa-apa dia hanya tidak suka saat bumi nampaknya tidak terganggu dengan apa yang sudah mereka lalui,atau hanya dirinya saja yang memikirkan.

"hmmm ya?"
gugup bumi pertama kalinya saat berhadapan dengan angkasa,lalu segera dia berlalu menuju motornya sendiri.

"Mau balik gak lo?"

°°°°
     

      kembali lagi mendatangi restoran cepat saji untuk memesan beberapa menu makanan untuknya dan ibu yang ada dirumah.beruntung sore ini pengunjung belum ramai hingga bumi hanya menunggu beberapa menit lagi hingga pesanannya siap dimasak.duduk sendiri dimeja tunggu sembari memainkan ponselnya, segelas americano sudah cukup menemaninya tanpa ada sepiring kue atau semangkuk kentang goreng,itu hanya akan menghabiskan uang saja.

mata sipit memicing sekilas kala Ferarri putih berhenti didepan toko hingga sosok wanita cantik berbalut dress selutut keluar dengan senyum memikat.rambut tergerai bewarna cokelat terang dilengkapi sepatu berhak tinggi membuat penampilannya semakin anggun.

"kebetulan yang menyenangkan"
seringai itu kembali lagi,disesapnya minuman dengan tenang,memainkan ekspresi wajah untuk sesuatu yang akan menghampiri sebentar lagi.

"permisi,boleh aku duduk denganmu?aku cukup takut untuk duduk sendirian disini"
benar saja kan?dan tentunya bumi hanya mengangguk lalu tersenyum ramah,sangat ramah.
"tentu nona"
bumi berdiri dan menggeser kursi agar lebih dekat padanya, permainan seorang perayu memang selalu begitu.

"oh jangan panggil aku begitu, kurasa umur kita tidak terlalu jauh berbeda"
sentuhan lembut dirasakan bumi yang balik mengelus punggung tangan perempuan itu, sedikit membasahi bibirnya hingga nampak jelas mangsa didepannya sudah terpikat.

"lalu apa aku harus memanggilmu sayang? beritahu aku nama cantikmu"
sial, tidakkah bumi mengingat jika dia sudah ditiduri lelaki?mengapa sekarang sifatnya tetap sama seolah tidak ada yang dipermasalahkan.
"hanya panggil aku Teresa, bagaimana denganmu?"
wanita yang mengenalkan diri sebagai Teresa semakin mencondongkan kursinya hingga menghadap lurus pada bumi yang nampak tidak keberatan.tangan kurus itu bertengger manis diatas meja dengan mata yang selalu menatap pada pemuda yang baru dikenal.

"panggil aku bumi"
ucap pemuda itu dengan senyum lebarnya, bagaimana tidak langsung jatuh hati jika pria yang begitu didamba wanita sangat welcome padanya.
"Kamu tahu,kamu terlihat sangat bagus juga maskulin,tipe idaman semua wanita"ucap Teresa lalu menyalipkan anak rambut ke belakang telinga.

"Kamu terlalu berlebihan dalam menyanjungku,kamu juga sangat cantik dan...seksi"

Bisik bumi pada kalimat terakhir.percayalah jika Teresa hampir mangap-mangap kehabisan nafas saat digoda demikian.sudah lam dia tidak berurusan dengan brondong batinnya.
beberapa waktu mereka terlibat perbincangan hangat dan juga elusan jari-jari panjang yang semakin berani mengapit dagu wanita disampingnya.

"kurasa waktu kita sudah habis,pesananku juga sudah selesai,mau bertukar nomor denganku?"
ucap bumi melirik sebentar pada pemilik restoran yang menenteng makanan pesanannya.

"sayang sekali,kamu bisa sebutkan nomormu"
Teresa nampaknya sangat kecewa karena mereka sudah harus berpisah,jari lentik berpoles cat dengan segera memasukkan deretan angka yang disebutkan bumi.

drrttt...
saat akan menyimpan kembali ponselnya,panggilan dengan nomor yang tak lagi asing bagi bumi tertera disana.wajah yang tenang menantikan alasan yang akan diberikan Teresa padanya,dia tau wanita itu menyukainya.
"dari suamimu?kenapa tidak diangkat?"
tanya bumi hingga perempuan itu dibuat salah tingkah dan menggeleng cepat.bibir digigit karena gugup dan takut bumi yang baru dikenalnya akan menjauh.

"umm...ya kami dijodohkan dan aku sangat tidak nyaman dengannya"
raut wajah sedih dengan nada lirih mengundang senyum miring bumi,namun tentu saja dia bisa mengatasi ekspresinya.

"tenanglah, kamu bisa menghubungiku kapan saja untuk melepas beban,aku bebas kapanpun kau mau"

bumi lalu berdiri, memberikan sebuah kecupan lembut didahi Teresa yang memejamkan mata menerima perlakuan pemuda yang baru saja ditemui.sebuah usapan pada rambut panjangnya membuat pertemuan mereka berakhir,sedikit lambaian diberikan pada bumi yang membalas dengan senyum kecil.

tbc....

      

ALEXANDRIO         (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang