AUI-Chapter Tujuh Belas

614 44 57
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum!

apa kabar? semoga selalu baik dan kalian selalu berada didalam lindungan Allah yaa!

Jangan lupa Vote and komennya, semakin banyak vote dan komen semakin cepet aku Up nya!!

Maaf kalau ada typo, dan kesalahan penulisan dan lain-lain. Tolong dikoreksi jika ada yaa

ECHA PANGGILAN UNTUK IAESHA
IRKAN PANGGILAN UNTUK ARFATHAN.

oke deh

Selamat Baca semua!!


Wanita itu sama seperti bunga. Mereka harus diperlakukan dengan lembut, baik, dan penuh kasih sayang."
- Ali bin Abi Thalib-

Iaesha berlari di lorong rumah sakit, matanya dengan jeli membaca ruangan-ruangan disana untuk mencari ruangan inap Metta. Setelah Candra mengabarinya dirinya langsung bergegas menuju rumah sakit.

Iaesha tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf, karena saat melihat ia melihat apk berwarna hijau untuk mengirim chat itu terdapat banyak pesan dan telepon dari Metta.

Kaki Iaesha berhenti disebuah ruangan Inap, lalu ia membuka pintu itu. Ia bisa melihat Metta yang sedang melihat ke arah jendela.

"Mett," Panggil Iaesha pelan.

Metta menengok ke arah Iaesha dengan mata yang terdapat air mata yang menetes di pipinya.

"Lo telat, Sha," Ucap Metta.

"Sorry, Mett."

"Bokab gue mukulin gue, Sha," Ujar Metta parau.

Iaesha memeluk Metta, dan dibalas oleh Metta,"Maaf ya, Mett," Ucap Iaesha.

Metta mengurai pelukan mereka,"Maaf gue ngerepotin lo, Sha."

Iaesha menggeleng,"Lo gak pernah ngerepotin gue, Sha," Jawabnya.

Iaesha dan Metta sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang, Iaesha memutuskan kontak mata dari seseorang itu.

"Maaf gue ganggu, ya?" Tanya Candra-yang membuka pintu itu.

Metta menggeleng,"Gak kok."

"Makan bubur, Metta. Lo belum makan," Candra menaruh bubur yang ia bawa diatas nakas rumah sakit.

"Terima kasih, Candra."

Candra menganguk lalu menatap Iaesha yang sedang memainkan Handphone, dan mungkin sedang mengirim pesan ke seseorang terlihat jari Iaesha yang sedang mengetik.

"Ada yang mau diomongin sama anak-anak, Sha," Ucap Candra kepada Iaesha.

"Soal apa?" Tanya Iaesha sambil mendongakkan kepalanya.

"Dua tahun kematiannya."

Iaesha menghembuskan nafas berat mendengarnya lalu menganguk mengerti,"Atur waktunya."

"Siap."

Candra pergi dari ruangan itu tersisa Metta dan Iaesha yang sama-sama diam.

"Lo masih anggap kisah lo dan dia belum selesai, Sha?" Tanya Metta hati-hati.

•✧ω✧•

Iaesha berjalan menuju ke sebuah mobil yang terparkir di parkiran rumah sakit, Iaesha membuka pintu mobil lalu menyenderkan tubuhnya di kursi penumpang depan.

A UNTUK I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang