3

1.1K 92 36
                                    

Assalamualaikum, Yorobuuuun... 😘😘😘

Ketemu lagi kita bersama Shireen dan Guntur...

Mau tanya dung, ada nggak sih pembaca yang kayaknya ngerasa agak kesel gitu sama Guntur?? 🤔

Wehehehe... Saya selaku penulis mau bandingin saja, masih keselan ma Guntur atau Randy nih... 🤭🤣

Okkeeehhh...
Tanpa berlama-lama, yuuuklaaah kita pantengin mereka berdua...

Jangan lupa Vote, Komen sama follow ya guuys... 😘😘

Salam hangat,

Lawliet.

*****

Shireen kembali membuka ponselnya. Ia melihat lagi laporan penjualan masuk di grup timnya. Penjualannya sendiri belum mencapai 30% minggu ini. Dengan ketiga sahabatnya, Rhido, Anjas dan Tiwi, sepakat untuk memasuki mall terbesar tersebut. Bukan karena apa, dikarenakan mereka akan menawarkan produk plastik mereka di area food court yang ada di mall tersebut.

Besar sekali harapan mereka agar sekurang-kurangnya satu atau dua franchise foodcourt di sana membeli dan berlangganan dengan plastik yang mereka tawarkan. Akan tetapi semuanya sirna. Semua penjual yang berada di foodcourt tersebut telah memiliki agen masing-masing. Mereka sadar betul bahwa apa yang mereka lakukan ini memang mungkin tidak menghasilkan. Akan tetapi mereka tidak pantang menyerah. Mereka masih duduk dan kembali memeriksa ponsel masing-masing untuk melihat perkembangan penjualan produk mereka.

"Ini kalau misalnya kita buka satu-satu penjualan kita berempat nggak ada yang sampai 30% untuk minggu ini. "Ujar Anjas.

"Gimana dengan penjualan tim? " tanya Shireen.

"Nggak lebih dari 25%. Karena salah satu dari kita penjualannya ada yang cuma 20%. Ini si Tiwi ke mana ya? "Tanya Ridho dan melihat kesekitar. Shireen ikut melihat juga kawan satu timnya yang masih belum muncul tersebut.

"Hebat dia mah. Kita aja yang udah keliling-keliling di semua foodcourt udah pada nyerah. Dia masih mau nyari tempat yang lain agar penjualan bisa sedikit lebih naik. Memang luar biasa ya kekuatan Ibu satu anak itu... " Puji Anjas.

"Jangankan dia, Njas. Gue juga yang masih bujang bukan lagi yang namanya semangat. Paling nggak tahun ini gua harus bisa nikahin cewek gue. Ini aja beberapa barang sudah mulai kita Cicil satu-satu. Masih kurang untuk biaya sewa gedung dan untuk catering aja sih." Jelas Ridho yang tampak kusut.

" Ya elah, Do... Kenapa pula mau nyewa di gedung kalau nggak ada uangnya? Lu kan bisa ngadainnya di rumah lu atau di rumah si perempuan?" tanya Anjas.

"Lo lupa? Cewek gue cuma tinggal di bedeng dengan orang tuanya. Sedangkan gue, sudah tahu rumah Gue masuk gang. Jadi nggak ada cara lain selain menyewa tempat. Itu pun bahasa gue doang bilang gedung, bukan gedung-gedung yang gue cari. Lo tahu sendiri kondisi di Jakarta semahal apa. Kalau bisa sih gue mau nyari tanah lapang atau Lapangan sekolah. Seenggaknya bisa mengurangi biaya pernikahan nanti." Jelas Rhido lagi.

Shireen yang masih menyimak dua sahabatnya hanya mengangguk-angguk.

"Bener tuh! Kalau bisa Tanah Lapang atau lapangan aja, Do. Seenggaknya kalau misalnya harus nyewa kan nggak terlalu mahal biayanya." Timpal Shireen.

"Kita ini punya masalah masing-masing. Ridho dengan masalah mau nikahnya, Tiwi dengan masalah keadaannya yang Ibu tunggal, Shireen dengan ibunya yang sakit-sakitan dan adiknya masih kuliah, Sedangkan gue? Gue harus mencukupi kebutuhan rumah gua dengan dua anak batita. Belum lagi kebutuhan susu mereka, popok, sampe gue rela cuma minum air putih di jalan dan makan nasi lauk seadanya biar anak-anak gua bisa minum susu dengan merek yang lebih bagus biar mereka selalu sehat." Ujar Anjas.

SHIREEN & GUNTURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang