Warning!!! 18+
Abusive content!!
Dibawah umur gak boleh ya...
"Berikan aku anak. Setelah anak itu lahir, aku secara pribadi akan membantu perceraian kita di depan orang tuamu, Mas." Ujar Shireen.
Guntur diam menatap Shireen. Ia berdecih pelan.
"Memang kamu pikir kenapa aku membawamu ke Bocah Indonesia? Main kartu?" Ejek Guntur.
Shireen tersenyum. Bahkan wajah pria itu selalu saja datar dan masam bila di dekatnya. Tak pernah sumringah dan tersenyum hangat saat seperti menatap orang tuanya, Monica, maupun Aleena.
"Perlakukan aku seperti istrimu, Mas... Berikan aku nafkah batin, seperti halnya suami berkewajiban memberi nafkah pada istri. Sebelum kita memiliki anak dan bercerai, perlakukan aku sebagai istrimu Mas..." pinta Shireen.
Wajah Guntur kaku. Tapi bagi Shireen itu tak membuat luntur ketampanan pria itu.
Dulu pertama kali melihat Guntur datang menyambangi rumah Ardhan, Shireen sempat berfikir bahwa Guntur adalah sosok cowok yang menawan, demakin tahun kian berubah menjadi pria matang. Guntur memanglah lelaki yang ramah lagi lembut. Dirinya sempat merasa berbunga-bunga kala melihat Guntur dan Aleena kala itu.
Sedikit pun tak terlintas di pikirannya memiliki pendamping seperti Guntur. Kenyataannya saat menikah dengan Guntur, semua keramahan itu lenyap seketika. Shireen tahu masa depan mereka hancur. Terikat sebuah tradisi harus menikah karena sudah kedapatan tidur bersama.
Shireen saat itu pernah bersumpah, akan menjadi istri yang baik bagi Guntur dan menggantikan posisi Aleena di sisi pria itu. Jangankan menggantikan dan menggeser, bahkan membuat tempat tersendiri di hati Guntur saja Shireen tak mampu. Terlebih semua posisinya sudah diraih dengan mudah oleh sosok Monica.
"Gila kamu... Haram aku menyentuhmu..." bisik Guntur.
Shireen masih tersenyum menatap suaminya. Ia tak lagi tersentak dengan kata-kata Guntur. Memang benar. Siapa yang mau menyentuhnya? Jangankan suami, bahkan pria lain saja tak mau menyentuhnya. Ia harusnya bersyukur Guntur masih mau menikahinya.
"Aku hanya meminta anak saja, Mas... Setelahnya, akan aku pastikan aku dan keluargaku menghilang dari pandanganmu. Kamu tak perlu khawatir, aku akan membesarkan anak itu sendiri. Tak perlu risau kehidupan keluargamu terganggu." Ujar Shireen menebar janji busuknya.
Shireen sudah melempar dadu. Tak ada salahnya berharap kan?
Guntur masih terdiam dan bersedekap. Mata keduanya masih beradu.
"Apa tujuanmu?" Tanya Guntur lagi.
"Anak?" Jawab Shireen agak ragu. Tentu saja anak. Lalu apa lagi?
"Kita bisa bayi tabung. Dengan penghasilanku, aku bisa melakukan bayi tabung sampai seratus kali kalau gagal." Sombong Guntur. Shireen menggelengkan kepalanya.
"Aku cuma ingin merasakan sebagai istri yang sebenarnya, Mas... Secara naluriah, Aku juga ingin disayang, dimanja, dibisikkan kata-kata cinta dan merasa dibutuhkan..."
"What do you mean? Do you wanna sex with me?" Guntur bertanya dengan wajah sumringah yang dibuat-buat.
"Ya." Shireen menjawab singkat. Sebenarnya jantungnya sudah berdegub kencang berani memgatakn hal itu di depan Guntur. Tapi ini semua demi.bisa seperti sang mertua.
Guntur tertawa terbahak-bahak walau Shireen hanya terdiam.
"Kenapa Mas tertawa?"
"Aku mulai berfikir. Kamu memang menginginkan anak atau cuma having sex belaka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIREEN & GUNTUR
ChickLitKetika ayah tiri Shireen meninggal, tak sepeserpun warisan diturunkan pada ibunya. Bagi Shireen dan ibunya tak jadi soal. Tapi Shireen tak menyangka hal tersebut juga dialami adik tirinya Muhammad Zein Zulfikar yang merupakan anak kandung dari sang...