7

1K 88 16
                                    

Assalamualaikum, Yorobuuuun...

Ya Ampun nggak kerasa sudah di Bab 7 aja...

Gimana bolak balik waktu pake mesin waktunya Shireen? 🤭🤭

Ini sudah hampir memasuki konflik ya yorobun... jadi aku nggak heran kalau makian kalian tambah banyak nanti untuk Guntur... Oohh... atau mungkin menjadi simpati??

Ookkeeehhh...

Tanpa berlama-lama...

Salam hangat,

Lawliet.

.
.
.

Shireen masih memandangi orang yang berlalu lalang maupun yang sama-sama tengah menunggu antrian bersamanya. Sedari awal ia sampai di tempat ini, Shireen sudah tahu bahwa tempat ini adalah tempat fertilitas.

Siapa yang tak mengenal Bocah Indonesia. Sekali sebut saja mereka akan membayangkan bayi tabung dan inseminasi. Sedang Shireen yang tidak tahu menahu sempat membuka ponselnya dan mencari tahu tempat mewah yang tidak ia ketahui itu.

Sekali berselancar di dunia maya, ia langsung paham tempat apa yang ia datangi. Berbagai macam kalangan, mulai dari artis, pejabat, pengusaha hingga orang biasa mendatangi tempat ini untuk program hamil. Tapi fasilitas yang ditawarkan berupa bayi tabung dan inseminasi. Shireen sedari tadi ingin bertanya pada Guntur perihal itu. Ia benar-benar menunggu hingga pria itu sudah dalam posisi santai sehingga Shireen bisa bertanya lugas.

"Mas, ini klinik bayi tabung?" Bisik Shireen di sebelah Guntur. Pria yang hanya sibuk memeriksa ipadnya itu hanya berdehem ria tanpa mengangkat kepalanya.

"Kenapa kita bayi tabung, Mas?" Ahirnya Shireen menanyakan kalimat itu sambil memerhatikan suaminya. Sejauhbyang ia ketahui, rahimnya sehat dan tidak ada gangguan.

Guntur yang mendengarnya langsung mengangkat kepalanya dan menengok pada Shireen.

"'Kenapa'? Apa maksud pertanyaanmu?" Guntur bertanya dengan nada tersinggung.

Shireen mulai gelagaban. Rupanya pertanyaannya tadi adalah pertanyaan yang salah.

"Bukan... maksudku kita cuma periksa kesehatan kita ya disini?" Shireen balik berbisik.

Shireen tak mau pembicaraannya terdengar oleh orang lain yang sama-sama menunggu antrian. Tapi jujur, ia kepalang tanggung sangat penasaran.

"Kamu mau punya anak kan? Apa aku salah menangkap maksud kamu?"

Pertanyaan Guntur sontak terdengar oleh beberapa pasien yang menunggu disana. Bahkan beberapa perempuan sudah memandang aneh Shireen seolah dirinya tak ingin memiliki anak dengan pertanyaan Guntur tersebut.

"Bukan itu Mas maksudku... Bukannya ini bayi tabung?" Bisik Shireen memperjelas pertanyaannya.

Mata Guntur dan Shireen bertemu.

"Ya. Ini bayi tabung. Salah?"

"Bukan mas... maksudku apa kita nggak coba dulu sendiri? Maksudku memang sih bayi tabung mungkin cara tercepat, tapi biayanya kan nggak sedikit. Lagi pula kita kan bisa mencoba dahulu." Bujuk Shireen.

Shireen tahu sekali biaya bayi tabung tidaklah sedikit. Pikirnya, dari pada menggelontorkan uang dengan kocek selangit, ia lebih mengedepankan berikhtiar terlebih dahulu. Toh secara sadar, mereka belum pernah sekalipun campur sebagai suami istri. Jadi baik Shireen maupun Guntur tak tahu kan peluang kehamilannya kelak. Tapi ia akan menurut saja bila rupanya Guntur lebih nyaman dengan bayi tabung agar ia dan suaminya lebih cepat memiliki momongan. Dalam hatinya, ia sangat berharap hubungannya dan Guntur bisa sedikit berubah dengan kehadiran seoramg anak.

SHIREEN & GUNTURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang