3 Tahun lalu
.
.
.
.
."Anj*ng!!"
Guntur sudah memaki ketika melihat keadaan dirinya dan Shireen. Terlebih sisi seprai bagian Shireen sudah bernoda merah darah.
DAK!! DAK!! DAK!!!
Gedoran pintu semakin kuat terdengar. Tapi tak satu pun dari mereka berdua yang beranjak.
"Kenapa kita disini?!" Tanya Guntur dengan suara tingginya. Ia meremas rambut dengan kuat, frustasi dengan apa yang baru ia alami.
"...Hiks... Hiks..."
Hanya ada isakan dari Shireen. Tak jua ia menjawab pertanyaan Guntur.
"F*ck!" Maki Guntur lagi.
Mengesampingkan kepalanya yang sakit, ia buka selimut yang menutup tubuhnya. Ia meringis kala ia sadar bahwa ia tak berbusana. Dengan cepat ia ambil celana hitamnya di balik selimut itu. Ia pakai segera.
Tapi belum sempat Guntur memakai kembali kemejanya,
BRAAKK!!!
Pintu menjeblak terbuka. Bahkan Guntur menatap horor ke arah pintu tersebut. Bukan hanya Ardhan dan Zein. Bahkan sosok Aleena sudah berdiri di ambang pintu menatap Guntur dengan wajah yang amat terkejut.
"Sh*t!!" Guntur memaki kembali.
Bukan Ardhan, justru Zeinlah yang lebih dahulu berlari menyerang Guntur. Walaupun tinggi Zein tak setinggi Guntur, tapi dengan tubuh yang masih limbung Guntur akhirnya terjatuh ke lantai dengan Zein yang menduduki tubuh pria itu.
"As*!! Lo apain Mbak gue sialan!!"
BUUGGHH!!
Sebuah tinju melayang mengenai pipi Guntur. Entah mengapa tenaganya terlalu lemah untuk menampik tubuh Zein yang menyerangnya bertubi-tubi.
BUGHH
BHAAGGHH
JDUUUKK
Guntur bahkan tak tahu lagi bagian wajahnya yang mana lagi yang sudah dilahap oleh tinju anak SMA itu.
"Zein, Berhenti!!"
Sebuah jeritan yang berasal dari Shireenlah yang tiba-tiba menghentikan ayunan tinju Zein di wajah Guntur.
Serta merta Zein mengangkat tubuhnya dan menghambur ke arah Shireen yang sedang menangis tersedu.
Guntur mencoba mendudukkan diri. Tak dihiraukannya wajahnya yang sakit di sana-sini. Ia langsung menangkap dimana posisi Aleenanya. Tak disangka, wanita yang ia cintai itu perlahan mundur dan tak terlihat lagi di ambang pintu.
"ALEENAAA!! Guntur menjerit parau. Entah memanggil atau sedang memohon kepada gadis itu.
Guntur hanya melirik sekilas Shireen saat ia sudah mengumpulkan tenaga untuk menyusul Aleena dengan langkahnya yang masih sempoyongan. Tak lagi ia menengok ke Ardhan yang hanya berdiri terpaku. Di pikirannya hanya Aleena saat ini.
"Aleena, tunggu! Aku bisa jelasin!"
Guntur langsung menjerit kala melihat Aleena menuruni undagan tangga. Tapi wanita yang ia cintai itu tak menurunkan kecepatan langkah kakinya. Guntur bahkan harus melangkahi dua sampai tiga anak tangga agar mendahului Aleena dan memblokade gadis itu agar tak meninggalkannya.
"Please, stop sayang... Aku... Aku bisa jelasin..." ucap Guntur sambil mengatur nafasnya. Ia pegang pergelangan tangan gadis itu.
"Jelasin apa? Semua sudah jelas! Aku bingung cari-cari kamu! Nggak tahunya kamu di kamar Ardhan sama Shireen!" Aleena kembali menjerit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIREEN & GUNTUR
ChickLitKetika ayah tiri Shireen meninggal, tak sepeserpun warisan diturunkan pada ibunya. Bagi Shireen dan ibunya tak jadi soal. Tapi Shireen tak menyangka hal tersebut juga dialami adik tirinya Muhammad Zein Zulfikar yang merupakan anak kandung dari sang...