Shireen mencoba tersenyum dan menatap seluruh anggota keluarga Jayantaka yang ada di rumah kedua orang tua Guntur tersebut.
Dirinya yang hendak menemui sang Ibu di rumab mendadak merubah rencananya. Ia sudah dipaksa Guntur untuk menghadiri acara arisan keluarga besar Gunyur di kediaman Jayantaka tersebut.
Bukan karena apa, Shireen sudah janji akan bekerja paruh waktu di tempat sang pemilik outlet Bintari Bakery, Aryanti Kinantia. Dirimya sudah dikirimi pesan bahwa ia bisa datang pukul 5 sore bersama Tiwi.
Ia sudah mengatakan bahwa ia mengambil job di luar pekerjaannya. Ia sebenarnya tak bilang pada Guntur dimana tepatnya. Tapi Guntur pun bersikeras bahwa mereka hanya sampai pukul 3 sore, sehingga Shireen bisa menjalankan aktifitasnya.
Sebenarnya tak tanpa alasan pekerjaan sampingan itu pun Shireen tak ingin pergi ke rumah mertuanya itu. Bukan karena apa. Kedua mertuanya adalah orang yang cukup kooperatif dan tak menyampuri urusan rumah tangga sang anak. Yaah... dengan kata lain, dingin. Tapi berbeda dengan Tante, Bude, dan juga Bibi Guntur. Ada yang memberi nasihat, bahkan sampai menyecarnya dengan tegas.
Pertama kali berkumpul di acara arisan itu Shireen begitu antusias. Ia hanya dititipkan Guntur segepok uang untuk mengikuti arisan secara formal. Seolah ia yang mengikuti arisan itu, padahal semua adalah uang Guntur. Tak perlu repot menanyakan kemana hasil dari arisan yang didapat. Shireen hanya memegang uang itu sampai mereka masuk ke dalam mobil Guntur. Setelahnya uang itu akan berpindah tempat.
Sedari awal nominal arisan semakin bertambah. Shireen cukup kaget di awal pernikahan mereka dahulu, nominalnya bahkan cukup baginya untuk membeli motor keluaran terbaru. Begitu pula tahun ini. Total yang didapatkan sampai lima puluh juta untuk satu orangnya.
Tetapi peraturan tetap dijalankan, yang mendapatkan arisan kala itu akan menjadi tempat untuk pengundian arisan selanjutnya. Shireen tahu bahwa yang menarik arisan bulan lalu adalah sang mertua. Dirinya dan Guntur selalu menhindar untuk datang di kediaman Tante Rika, Bude Retno dan Bibi Harnum. Tapi akan datang di kediaman orang tua Guntur jika menjadi tuan rumah.
"Coba bulan lalu kamu datang Reen ke rumah Bude. Ada Vina datang lho dengan Rachel..." ujar Bude Retno pada Shireen.
Shireen tersenyum. Ia tahu pasti kenapa Bude Retno membahas Vina sang anak. Apalagi kalau bukan masalah anak, anak dan anak.
"Oohh... Mbak Vina datang, De? Saya sama Mas Guntur ada keperluan bulan lalu..." jawab Shireen sekenanya.
Sesuangguhnya Shireen sangat membutuhkan bantuan jawaban dari sang suami. Tapi tidak mungkin, karena ia tahu bahwa sang suami Tengah berkumpul dengan Om, Pakde, dan Paman serta sang Ayah.
"Keperluan Kok setiap mau kumpul di rumah Kami bertiga, Reen... Nggak masuk akal lama-lama..." tukas Bibi Harnum.
Shireen hanya bisa tersenyum lagi lalu mengekeh pelan. Jika Bibi Harnum yang sudah bicara, ia tak berani menjawab. Salah-salah ia akan kena ultimatum.
Shireen ingat sekali saat pertama menikah dan dikenalkan dengan adik beradik kedua mertuanya.
Sebut saja, Bibi Harnum. Beliau adalah kakak dari sang Papa mertua. Secara garis besar, ia pun menyandang nama Jayantaka. Ia dan suami memiliki usaha property yang cukup terkenal di kalangan atas. Bicranya tegas dan lumayan pedas.
Lalu, Bude Retno. Bagi Shireen, sosoknya adalah yang paing suka pamer akan apapun. Misalnya saja, berlian yang baru ia beli, atau tas bermerek yang ia dapatkam dari kenalan pejabat, bahkan sang anak bernama Vina yang menikah dengan seorang Paspampres dan selalu dielu-elukan. Apalagi saat Vina yang sudah mempunyai anak cantik bernama Rachel. Maka, Bude Retno lah yang memiliki cucu lebih dahulu dibanding yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIREEN & GUNTUR
ChickLitKetika ayah tiri Shireen meninggal, tak sepeserpun warisan diturunkan pada ibunya. Bagi Shireen dan ibunya tak jadi soal. Tapi Shireen tak menyangka hal tersebut juga dialami adik tirinya Muhammad Zein Zulfikar yang merupakan anak kandung dari sang...