.
.
.
.
."Lo inget nggak kapan lo terakhir menstruarsi?"
"Hah?"
Jika Tiwi berwajah khawatir, lain lagi dengan Shireen yang terpaku.
Ia bukan lagi anak sekolahan yang tak mengerti apa yang dikatakannoleh Tiwi. Tentu saja ia tahu maksud sahabatnya itu. Terlebih, ia baru saja mengingat, dirinya tak lagi menstruarsi sejak Guntur terakhir kali menyetubuhinya....
○○○○○●○○○○
Shireen gemetar memegang testpack di tangannya. Benar saja. Tebakan Tiwi akan kondisi tubuhnya memang benar. Matanya menatap nanar benda pipih di tangannya itu. Ia segera terperosok ke lantai kamar mandi dinginnya.
"Ya Allah... Gimana ini..." bisik Shireen.
Tok! Tok! Tok!
"Mbak? Sudah siang ini. Lama banget di kamar mandi?"
Suara Zein terdengar dari arah luar. Shireen yang belum terlalu bisa menguasai diri segera menggeleng pelan.
"I... Iya..." jawab Shireen terbata.
Benda pipih itu ia genggam kuat agar tak terlihat oleh adiknya ketika ia beranjak keluar kamar mandi.
Pikirannya masih kosong kala ia menatap dirinya ke sebuah cermin kusam yang tertempel ke dinding kamarnya. Ia miringkan tubuhnya dan meraba area perutnya. Entah mengapa ia merasakan memang area itu sedikit menggembung dari biasanya.
Tapi ia harus memastikannya sendiri. Ya...
Seperti saat ini.
Matanya membola dan berair kala menatap sebuah kantung yang ada di rahimnya.
"Ibu Shireen inget nggak kapan HPHTnya? Ini janinnya paling nggak sudah 12 minggu..."
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
Shireen jelas menggeleng. Ia jujur tak memperhatikan haid terakhirnya. Tapi ia jelas ingat kapan pertama kalinya ia melakukan hubungan itu dengan Guntur mantan suaminya.
"Sekitar hampir empat bulan lalu di awal bulan..." jawab Shireen terbata sambil memerhatikan kembali layar sewarna abu-abu gelap tersebut.
Ia bahkan bisa menangkap gerakan halus dari dalam sebuah kantung yang berbentuk bulat tersebut. Ia mau tak mau menampakkan senyuman di wajahnya.
"Benar dugaan saya. Ini dedeknya jalan 13 minggu ya, Bu..." ujar dokter lagi yang baru saja beralih melihat kalender.
Setelah merapikan kembali pakaiannya, ia dibantu sang suster untuk duduk di depan dokter wanita tersebut.
"Saya sudah menuliskan resep obat dan vitamin yang harus Ibu Shireen konsumsi. Ini kehamilan pertama?" Tebak samg dokter sambil membenahi kacamatanya. Shireen mengangguk.
"Ayahnya sudah tahu?" Tanya sang dokter lagi sambil menyerahkan kertas resep dan buku berwarna pink kepada Shireen.
Shireen menggeleng perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIREEN & GUNTUR
ChickLitKetika ayah tiri Shireen meninggal, tak sepeserpun warisan diturunkan pada ibunya. Bagi Shireen dan ibunya tak jadi soal. Tapi Shireen tak menyangka hal tersebut juga dialami adik tirinya Muhammad Zein Zulfikar yang merupakan anak kandung dari sang...