19. Gara-gara telat

117 9 10
                                    

Happy Reading

*
*
*
*

" Nih! Titipan dari bunda." Semesta mengeluarkan bekal makan yang ia bawa.

Semerbak harum aroma nasi goreng menggoda nafsu makan gadis itu. Ia langsung membukanya dengan semangat penuh. Melahap suap pertama dan langsung memanjakan lidahnya. Nasi goreng dengan toping rumput laut dan di campur telur dan juga sosis memanglah menu sarapan kesukaan gadis itu sejak dulu.

" Setiap pagi gue bakal ke sini buat anterin lo sarapan, jadi jangan berangkat sebelum gue ke sini." beritahu Semesta diangguki oleh gadis itu.

" dan satu lagi, gue bakal tidur di sini setiap 3 x 1 minggu. Gue usahain malam jumat gue bakal ke sini."

" Kenapa? " tanya Senja bingung.

" Banyak setan keluar, gue enggak mau aja lo tiba-tiba telfon gue nangis-nangis gegara liat pocong." ujar Semesta membuat Senja tertawa kecil.

" Mana ada pocong yang mau
ke sini? " kekehnya.

Semesta naikan satu alisnya.

" kamu pasti kurang teliti setiap masuk ke sini."

Semesta mengerti apa yang di maksud oleh Senja. Cowok itu langsung berjalan ke arah pintu utama untuk melihat sesuatu. Tak butuh waktu lama ia kembali dengan tawa konyol.

" Kata kak Angkasa harus di tempel poster Pocong dilarang masuk di depan rumah."

" Emang ngaruh? " tanya Semesta kembali ke meja makan.

" Tauk, dia percaya aja gitu sama film horor. Makannya dia ikutin cara itu."

Semesta tersimpul senyum singkat. Memakai jaket kebangsaan WildClass miliknya lalu mengusap-usap kepala gadis itu sekali.

" Gue berangkat dulu ya, " pamitnya mulai berjalan pergi.

" Eee.. Semesta! "

Semesta menghentikan langkahnya saat Senja memanggil. Gadis itu berlari menyusul keberadaan Semesta dan,

' Cup! '

Mengecup pipi Semesta tanpa berkata-kata. Memberikan sensasi slow-motion bagi detak jantung Semesta. Rasanya ada hal baru yang baru saja menyerbu seluruh hati dan fikiran cowok itu.

" Hati-hati ya! " pengingat Senja dengan senyum lebar.

Sungguh tak dapat Semesta pungkiri, senyum gadis itu sangat manis. Ingin rasanya segera ia lahap. Namun dia hanya bisa meneguk ludah.

" Lo kenapa tiba-tiba cium gue? " tanya Semesta membuat pipi gadis itu memerah.

" Eee.. " Senja tidak tau apa yang harus ia jawab sekarang.

Semesta mengusap kepala gadis itu singkat.
" Gue berangkat."

Setelah Semesta sudah pergi, Senja kembali ke meja makan dengan senyum yang tidak bisa ia hentikan. Memegang keningnya seraya meloncat-loncat tidak jelas. Sepertinya dia sangat bahagia pagi ini.

Bumi dan Antariksa || EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang