🗡️
"BOS DATANG!"
Matahari melangkah menggunakan setelan hitamnya masuk ke sebuah gedung besar tak berpenghuni. Bersama segerombolan anak buah di belakangnya ia mengangkat satu alisnya naik saat melihat seorang pria tua berdiri di depannya sendirian.
"Dimana uang saya?" Tanya Matahari sembari merogoh sakunya mengeluarkan sebatang rokok dan sebuah korek.
Lelaki itu menyalakan rokoknya dengan lihai lalu menghisapnya dalam-dalam, sensasi manis terasa di ujung lidahnya.
"Saya gak suka mengulang perkataan saya" nada Matahari terdengar dingin bersamaan dengan tetapan intimidasi miliknya.
Pria tua itu memejamkan matanya sambil menjentikkan jari. Tak lama pria berbadan kekar masuk menghampiri Matahari membawa setumpuk uang di dalam koper.
Matahari melirik salah satu anak buahnya, dengan sigap anak buah itu segera memeriksa uang-uang tersebut dan menghitungnya.
"Aman bos!"
Matahari terkekeh kecil sembari menarik satu sudut bibirnya naik, ia melangkah pelan mendekati pria tua itu.
"Senang berkerjasama dengan anda, Johan Hans"
Matahari segera membuang puntung rokoknya asal sembari melangkah masuk kedalam mobilnya dan melajukannya bersama para anak buahnya yang sudah sedia di belakang.
Supirnya saat ini sedang sakit, Matahari tak ingin terlalu manja sehingga hari ini ia terpaksa mengemudi sendiri.
Jalanan kota jakarta semakin padat mengingat sudah waktunya jam pulang kantor. Matahari mengendus kesal takkala padatnya jalanan yang membuat dirinya terjebak macet.
Matahari merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah ponsel dari sana.
"Halo Gery, antar uang saya ke markas dengan aman. Saya akan menuju kasino sekarang" Matahari langsung mematikan telfon secara spontan dan memutar stirnya berbalik arah menghindari kemacetan.
Saat di tengah perjalanan sebuah pesan masuk membuat Matahari menyirit bingung.
Unknow
Selamat tinggal, bajingan!Matahari terkekeh kecil dan mengabaikan pesan itu, tak penting pikirnya tak ingin terlalu jauh memperbesar ancaman kecil.
Saat tengah mengemudi, tenggorokannya terasa sangat haus, ia segera mengambil minuman di saku dasboard dan meneguknya hingga habis tak bersisa.
Selang beberapa menit kepalanya terasa pusing, matanya tak bisa melihat dengan jelas. Ia kira ia akan mati saat sebuah mobil melaju kencang menghantam mobilnya hingga ia terjatuh keluar dari mobil dengan keadaan tak sadarkan diri.
Sirine polisi terdengar, mobil ambulan segera berdatangan. Matahari menatap samar seorang pria yang berdiri tegak tak jauh menatapnya sambil tersenyum lebar.
"Si—sialan"
Itu adalah kata terakhir yang di ucapkan Matahari, sebelum semuanya menghilang dalam kegelapan.
🗡️
"Ugh, sialan! Gue pikir gue mati saat itu" umpat kesal Matahari membuka matanya perlahan, merasa terganggu karna sinar matahari yang masuk melalui kaca jendela miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILANGA [ON GOING]
Подростковая литератураTwit AU : @Aissblue Matahari Sanggara, siapa yang tidak mengenalnya? Mafia berumur 26 tahun dengan banyak jejak kriminal yang melekat pada dirinya. Pada suatu malam, menuju sebuah kasino besar. Matahari tiba-tiba di tabrak dan mengalami kecelakaan...