🗡️
"Lalu bagaimana selanjutnya?" Tanya Gilang. "Kenapa kalian bercerai?"
Sagara menatap rembulan di atas kepalanya, ia terdiam cukup lama sebelum menjawab pertanyaan putranya itu.
"Ayah terlalu miskin saat itu, ibumu selalu mengeluh dan merasa kurang selama hidup bersama ayah" ucap Sagara mengeluarkan kembali Wiskinya kemudian meneguknya hingga tandas.
"Ibumu meminta bercerai tepat saat kamu menginjak usia 8 bulan usia kandungan"
Sontak Gilang terdiam mendengarnya, begitukah? Hanya karena uang ia tak ingin bertahan? Betapa mudahnya ia membuang seseorang dalam hidupnya hanya karna harta.
"Lalu? Ayah menerimanya?" Tanya Gilang di balas anggukan oleh Sagara.
"Yah, tapi dengan satu syarat" ucap Sagara menoleh menatap Gilang lekat. "Saat anak itu lahir, ayahlah yang akan mengasuhmu. Itulah syarat dari ayah atas perceraian itu"
"Awalnya ayah kira merawat luka hanya dengan melupakannya, namun kini ayah memilikimu"
Seketika hati Gilang terasa teriris mendengarnya, betapa pilunya pengorbanan Sagara demi Gilang. Rasanya ia mendadak iri. Betapa besar cinta keluarga ini kepada Gilang, namun mengapa ia dengan mudahnya menghilang seperti ini.
"Ayah" ucap Gilang membuat Sagara menoleh menatap putranya bingung.
"Bagaimana jika Gilang pergi meninggalkan ayah untuk selamanya?" Tanya Gilang membuat Sagara sontak menjatuhkan gelasnya hingga pecah.
Sagara yang kaget segera memungut serpihan kaca tersebut sebelum mengenai Gilang. Lelaki itu tak kuasa melihat ayahnya berbungkuk membuat ia segera menghentikan pergerakan Sagara.
"Ayo kita pindah, biar maid yang membersihkan ini besok pagi" ajak Gilang menarik ayahnya naik menuju sebuah balkon di lantai tiga.
Balkon kali ini tampak lebih luas dari yang sebelumnya membuat Gilang lebih leluasa berbaring di atas gazebo sambil menatap langit malam yang terasa indah.
"Ayah kemari lah, ayo duduk di sebelah Gilang" ucap Gilang tampak antusias membuat Sagara tersenyum hangat mendengarnya.
"Mengenai pertanyaan kamu sebelumnya, ayah ingin menjawab bahwa ayah tak akan sanggup untuk mengalami hal itu" ucap Sagara membuat Gilang terdiam sembari menoleh menatap Sagara.
"Jika kamu pergi, ayah lebih baik mati dari pada hidup sendirian" ucap Sagara membuat Gilang sontak kaget mendengarnya.
"AYAH!" Pekik Gilang dengan raut wajah tak percaya. "Bagaimana bisa ayah mengatakan hal buruk seperti itu!"
Mata Sagara sontak berkaca-kaca membuat hati Gilang terasa tersentuh saat melihat raut sedih ayahnya. Betapa ibanya dirinya melihat Sagara yang tampak menunduk takut.
"Sudahlah ayah, aku di sini. Tidak ada yang perlu di khawatirkan" ucap Gilang memeluk ayahnya erat sembari tersenyum tipis.
Sagara mengangkat sudut bibirnya saat mendengar ucapan Gilang. Hatinya terasa hangat membuat ia tak bisa untuk tak melepaskan pelukan itu.
Rasanya sudah lama ia tak memeluk putranya seperti ini.
"Seperti apapun kamu, bagaimanapun rupamu. Kamu tetaplah Gilang bagi ayah. Kamu tetaplah anak ayah"
KAMU SEDANG MEMBACA
ILANGA [ON GOING]
Teen FictionTwit AU : @Aissblue Matahari Sanggara, siapa yang tidak mengenalnya? Mafia berumur 26 tahun dengan banyak jejak kriminal yang melekat pada dirinya. Pada suatu malam, menuju sebuah kasino besar. Matahari tiba-tiba di tabrak dan mengalami kecelakaan...