PART 9 : PEWARIS WASIAT

423 27 3
                                    

🗡️

Gilang dengan lantang memanggil maju pengacara yang sejak tadi menyaksikan pemakaman.

"Benar, ibuk-ibuk bapak-bapak sekakian, mulai saat ini warisan milik pak Sandra akan beralih kepada anak angkatnya Gilang Anggara" jelasnya. "Saya saksi wasiat pak Sandra sebelum ia meninggal"

Semua orang menatap kaget Gilang, dengan cepat mereka semua menggromboli Gilang bak semut.

"Nak Gilang, kalau kamu butuh bantuan bisa hubungi saya"

"Tidak, saya dulu adalah teman dekat Sandra, kamu bisa mengabari saya ji—"

"Nak jangan dengarkan mereka, saya ini sudah di anggap keluarga oleh Sandra jadi saya—-"

Belum sempat mereka melontarkan kalimat mereka. Gilang sudah beranjak pergi meninggalkan mereka dengan wajah datar.

"Saya sudah memiliki wali yang sah" ujar Gilang segera menaiki motornya.

"Wali saya Sagara Anggara pemilik perusahaan Anggara Corp"

Semua orang segera berbisik membicarakan Gilang, namun Gilang tak perduli dengan cibiran orang-orang tersebut. Mulai sekarang sebagai pengganti Sandra, ia harus melakukan doa pemakaman terakhir, besok. Banyak hal yang harus ia persiapkan, termasuk pengurusan surat warisan.

Motor Gilang melaju kencang melewati padatnya jalanan kota yang terasa macet. Langit yang tadinya cerah sehabis hujan ternyata hanya sementara.

Karena lagi-lagi langit kembali mendung dan menurunkan hujannya. Seseaat mata elang Gilang terkesima melihat wajah murung Thalita yang tampak berjongkok di depan halte bus yang sepi.

Lelaki itu segera berhenti di mini market seraya memperhatikan gerak gerik Thalita yang tampak resah menunggu jemputan.

"Hari ini papi gak bisa jemput ya" Thalita menatap genangan air di depannya dengan wajah sedih. Pasalnya ayahnya sudah berjanji akan menjemputnya kali ini, namun seperti biasa ia selalu mengingkarinya.

"Kak, gak pulang?"

Thalita mendongak menatap lelaki di depannya yang tengah memayungi dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thalita mendongak menatap lelaki di depannya yang tengah memayungi dirinya. Hatinya menghangat melihat wajah lelaki itu, sontak gadis itu tersadar dan segera bangkit dari tempatnya.

"GILANG BAJU LO BASAH!" panik Thalita segera menarik Gilang untuk berteduh.

"Seharusnya aku yang ngomong gitu, kenapa kakak duduk di tengah hujan seperti ini di sini. Kalau kakak kehujanan gimana? Kakak bisa sakit, teru—" Thalita menutup bibir Gilang dengan jarinya.

ILANGA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang