Gyonza [Chanlix] ✔

0010

❃.✮:▹◃:✮.❃

AAAAAAAAUUUUUUUUUUUU~

Kaget!

Felix menelan nafas berat kala mendengar lolongan tersebut.

Tidak hanya felix, mereka semua yang sedang mencari felix termasuk hanafi terperanjat dari bibir sungai tampak berdiri memperhatikan sekitar.

"FELIX!!!"

Ya, felix mendengar seruan mereka yang memanggil dirinya.

Anak itu menggeleng, dia tidak mau di temukan oleh salah satu dari mereka. Nafas mulai tak beraturan dimana jantung terpompa dengan tak semestinya.

"Tidak, Tidak. Aku mohon. Aku mohon bertahanlah" Ucapnya menguatkan diri sendiri meski jemari kecil itu telah meremas dada seolah meremas jantung.

Dinginnya terpaan angin di tambah dinginnya kaki yang saat ini menyebrangi sungai melewati bebatuan yang licin membuat langkah kakinya semakin terhambat.

"FELIX!!!!"

"LEE FELIX!!!"

"hanafihh??" Langkah felix kembali terhenti. Dia mendengar panggilan hanafi.

"FELIX LO GAK LUCU!! JANGAN KAYAK ANAK KECIL. BALIK GAK LO SEKARANG, FELIX!!!"

ya, felix tidak salah dengar. Itu memang suara hanafi. Dia tersenyum, dia tersenyum sangat tulus. Dia bahagia. Ya, dia sangat bahagia karena hanafi peduli padanya.

"FELIX BALIK!!!"

meski tidak saling mengetahui keberadaan satu sama lain, felix menganggukkan kepala seolah mengiyakan bersama senyum yang semakin lebar.

"AAAAAKKKKHHH!!!!"

DUUGGKKH!!!

"Felix???"  Tidak hanya hanafi, beberapa dari mereka yang dekat dengan lokasi felix mendengar jeritan yang mereka yakini itu adalah suara si kembar bungsu.

"Eugkhh~" Felix memegang hidungnya sembari kembali berdiri.

Terluka?

Ya.

Dia terpleset hingga membuat dirinya basah kuyup dan terluka.

Namun perhatian dan pandangan nya segera tersita oleh ribuan hewan kecil bercahaya menghampiri dirinya.

felix mengadahkan kedua jemarinya hingga beberapa dari mereka singgah disana. Tetapi tak berlangsung lama si kecil bersinar itu kembali terbang.

Felix yang terkesima, pandangannya mengikuti kemana si kecil bersinar itu pergi hingga sedetik kemudian pupil nya melebar.

CDTUUUAAAAAARRRRR!!!!!!

pertir pun menyambar saat manik kecoklatan Felix bertemu dengan bola mata bersemu jingga di hadapannya.

Keempat mata itu bertemu.

Suara petir yang menggelegar itu seolah bisu, atau memang pendengaran Felix yang tidak bekerja.

Dia sama sekali tidak tesentak oleh bisingnya yang semestinya memekakkan telinga bagi setiap insan yang bernyawa.

Dan sepertinya membutuhkan waktu bagi Felix untuk menyadarkan diri dimana saat ini kakinya nampak mulai mundur bersamaan telenan ludah berat juga jemari yang meremat ikat punggung ranselnya.

"RHEINOOOOO!!!!!"

jerit nya memanggil sang kakak.

Anak itu kembali terjatuh tidak tau apa yang menghalangi kakinya.

"Kak ino, Felix disini. Tolong Felix kak!" Lirih sekali, dan itu terdengar seperti sebuah bisikan tangis.

Katakan bagaimana mentalnya tak akan terguncang seketika. Orang normal pun akan histeris melihat hewan buas sebesar itu.

Dan tolong jangan lupakan penyakit anak ini.

lumpuh! Kau tau?!

Tulangnya soeolah mati. Tak ada satupun dari anggota tubuhnya yang dapat di gerakkan kecuali lelehnya cairan bening yang membuat jalan di pipi matahari nya.

Satu detik...

Dua detik....

Tiga detik, pandangannya pun berangsur menggelap.

TBC
❃.✮:▹  ◃:✮.❃

update dikit gpp ya 🥰