❃.✮:▹◃:✮.❃
"EAGKH!MMMMM!!!"
BLUP
BLUP
Baik kaki dan tangan kecil felix bergerak tak beraturan menimbulkan cipakan air. suasah payah ia berjuang untuk terlepas dari tekanan gyonza.
Kepala menggeleng brutal bersama mulut yang bergerak meminta untuk membiarkan dirinya kepermukaan.
Sayangnya, permohonannya itu sama sekali tak di indahkan.
Anak itu tidak mengerti mengapa dia melakukan ini padanya. tentu banyak sekali pertanyaan di benak bersama netra sendunya yang mulai pasrah dimana pandangan perlahan menggelap.
⋇⋆✦⋆⋇tit. tit. tit. "Eghx!" Tit. "Eghx!" TIT! TIT!
Kaku....
Leher itu mengejang ke atas terlihat sangat kesulitan mengais oksigen. suara tarikan udara yang menyesakkan itu bersautan dengan bunyi vital sign monitor yang menandakan pasien dalam kondisi darurat.
Sebuah tangan segera mendarat di dada sang pasien."siapkan defibrillator" Ini suara rheino. "come on. Felix, you can do this!"
ya, pasien itu adalah adiknya.
Lee Felix.
Si kembar bungsu yang sudah hampir seminggu dalam ICU dimana nyawa hanya di topang oleh alat-alat di badannya.
"FIGHT THEM!, LEE FELIX!!"
Si sulung itu menjerit mati-matian untuk mengembalikan detak jantung adiknya yang sudah sama sekali tak bergerak ataupun berusaha mengais oksigen seperti beberapa saat lalu.
DUG!
DUG!
"It's okay.. It's okay.. It's going to be okay.. You'll be fine" Inner hanafi dimana dia yang berada di luar itu menyaksikan badan adik kembarannya sesekali terguncang oleh denyutan defibrillator yang rheino lakukan.