0013

187 41 1
                                        

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹◃:✮.❃

"Ini sebenarnya aku dimana sih"

Felix merangkak mencoba mengintip ke bawah. Sedetik setelahnya cepat-cepat meringkus diri, terlalu ngeri.

Dia mulai menyadari perubahan surainya yang panjang. "Aku bukan Rapunzel kan?" Polosnya bahkan mencoba mengulurkan surainya sekali lagi merangkak hanya untuk mengulurkan surainya kebawah.

"Hehe ^^" Cengirnya sembari bersila yang kini telah kembali menjauh.

Dikira rambutnya beneran bisa memanjang macem Rapunzel terus ada pangeran yang nungguin dia dibawah.

Engak lama, dia mewek lagi "Euuuwaaaaaa~"

Anak ini bingung kenapa bisa ada di tempat seperti ini. Dia juga mikir dimana yang lainnya. 'apa mereka baik-baik saja?'

'Apa mereka juga mengalami kesulitan seperti dirinya?'

"Eugh!" Sedikit berjengit. di tengah-tengah pikirannya, rintikan air hujan mulai turun.

Kelinci putih yang sejak tadi bersamanya menarik-narik hanfu yang ia kenakan. Mungkin kelinci itu mengajak Felix untuk kembali masuk kedalam gua.

Felix sendiri yang hanya berbalik kepalanya saja, dia juga memandang ke dalam gua namun tak ada keinginan untuk masuk meski hati kecilnya sangat ingin berteduh.

Rasa takutnya terhadap sang serigala masih sangat kental. Sedangkan sang kelinci semakin gencar menarik hanfunya dimana hujan semakin lebat.

"Nau~ i'm scared" Ucapnya pada sang kelinci.

CDTUUUAAAAAR!!!!

"AAAAAAAAFUCK!"

anak itu bersumpah!

Dia berlari bersama kilatan petir yang menyambar. Bersembunyi di balik mulut gua.

Nafas ngos-ngosan perlahan-lahan memandang juah kedalam. "Bagaimana jika dia berada di dalam~" gumannya dengan semakin menarik diri berada tepat di sudut.

dan lagi-lagi jeritan antara takut dan terkejutnya kembali terdengar hingga menggema di seluruh gua ketika petir kembali menggelegar.

"I'm loser! Please stopp! fucking bitch"

"NAAUW!!"

dia prustasi dan hanya bisa teriak dan menjerit. "I beg, please don't come" Lemah, badannya merosot kebawah hingga berjongkok memeluk kedua lututnya di sudut sana.

Anak itu bahkan menenggelamkan wajahnya menangis tanpa henti. "My Flesh is not the best" Ringiknya "dagingku tidak enak~ dagingku penuh dengan virus~  ... i'm not good~"

Sang serigala yang membuat anak itu semakin ketakutan dengan keberadaannya, dia memutuskan untuk kembali menjauh.

Sejujurnya binatang besar itu sangat sedih. Tapi siapa yang dapat melihat kesedihannya dengan wajah menyeramkan milik nya meski dia telah berusaha untuk menunjukkan wajah gembelnya, tetap tak akan ada yang melihat kemelasan itu.

Dia memilih melewati Felix menghadapi sang hujan juga petir yang semakin menyambar saling bersaut seolah tak ada yang mau mengalah untuk berhenti.

Pupil besarnya sesekali bertakup. Sedih sekali. Tolong jangan katakan dia sedang menangis.

Mungkin saja iya. Hanya saja tersamarkan oleh airnya hujan yang membasahi. Atau mungkin juga tidak.

Malu dong sama muka seremnya.

Emang dikira yang muka serem enggak bisa nangis.

Yang jelas, felix belum dapat menanggani rasa takutnya. Pikiran bahwa binatang besar itu akan menerkam dan memakannya sangat melekat di otaknya.

Sedang kelinci putih mungil itu sekarang berada diambang mulut gua, dia memandang penuh iba pada si besar menyeramkan di luar sana.

Tak lama ia kembali memandang Felix lantas mendekati. Lagi-lagi dia menarik narik hanfu felix.

Butuh beberapa waktu hingga Felix akhirnya mengangkat kepala untuk melihat sang kelinci dengan wajah sembab serta mata dan hidung yang merah.

Ia mulai bergerak untuk mengintip keluar. Cukup lama mata lentik berairnya memandang punggung besar berbulu di luar sana.

Rasa kasihannya mulai tumbuh pada binatang menakutkan itu. Dia juga mulai berfikir mengapa dia tidak menyerang dirinya.

Hatinya mulai bergejolak. Walau begitu, ia masih merasa takut dan mengira jika binatang itu mungkin saja masih kenyang dan sewaktu-waktu akan menerkam dirinya jika lapar.

Ia kembali ke sudut meringkuk memeluk kakinya  dimana badan mulai mengigil karena dingin yang menerkam.

Kelinci putih itu masuk kedalam tangannya. Felix sedikit terkejut sedetik setelahnya ia mulai terbiasa dengan lembutnya bulu halus sang kelinci yang menghangatkan ceruk tengkuknya.

Entah bagaimana, mata lentiknya perlahan menutup dimana kehangatan terasa di sekujur badan membuatnya semakin nyaman untuk larut dalam tidur.

Kelereng merah maroon milik sang kelinci bertemu tatap dengan kelereng jingga sang serigala. Tangan mungil itu berada di mulut seolah mengatakan agar binatang besar itu tak membuat keributan yang akan membangunkan anak manusia ini.

Memang bukan hanya sang kelinci yang menghangatkan badan felix. Tentu binatang kecil itu tak akan mampu melakukannya dimana bulu serigala itulah yang menghangatkan seluruh badan felix.

Dia menutup mulutnya rapat-rapat. Bagaimana tidak, dia nafas saja sudah terdengar seperti sebuah erangan menyeramkan.

Sedang Felix sendiri sepertinya sudah larut dalam tidurnya yang tanpa sadar ia bergerak semakin merapatkan diri bahkan berbalik menjadi berhadapan dengan sang serigala.

Mengubah posisinya senyaman mungkin layaknya bayi yang berada dalam kandungan sang ibu. Kecil, sangat kecil dia berada dalam dekapan sang serigala.



TBC
❃.✮:▹◃:✮.❃



Anget banget pasti ampe enggak sadar anaknya :v

Gyonza [Chanlix] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang