Black Knight

03.2 | SASANA OLAHRAGA

VOTE DAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ✨

Kembali ke 9 tahun yang lalu.

Ksatria 5-8 berdiri di sebelah Kakek. Baju kiri dibalut perban karena tembakan tentara.

"Berapa yang tewas?" tanya Ksatria 5-8.

"Lebih dari ribuan orang. Bagi kita, itu perang. Namun, bagi Cheonmyeong, itu kerusuhan," jelas Kakek perlahan.

"Apa harus begini terus?!" tanya Ksatria 5-8 tegas.

"Memangnya ada cara lain?" tanya Kakek gemetar.

"Meski butuh waktu... aku akan cari cara," ucap Ksatria 5-8.

.・゜゜・

Kembali ke Ksatria 5-8 yang bertugas mengantar paket.

Ksatria 5-8 melirik ke spion truk bagian luar lalu tersenyum singkat melihat sesuatu di belakang truk lewat pantulan spion.

"Ingin menjadi kurir?" tanya Ksatria 5-8 pada diri sendiri akan tekad Yoon Sa-wol.

.・゜゜・

Yoon Sa-wol duduk selonjor di atas ranjang tingkat bagian bawah sambil menatap selebaran.

KAU PUN BISA MELEGENDA SEPERTI 5-8
SELEKSI KURIR

Dungu dan Pandir duduk di sebelah ranjang susun.

"Jadi, Lima Delapan si legenda mau menjadikanmu seorang kurir?" tanya pria pendek.

"Bukan. Dia memintanya untuk membuktikan diri," ucap pria tinggi.

"Sama saja."

"Kenapa kau pesimis?"

"Astaga."

Nirguna melongok dari ranjang susun atas Yoon Sa-wol. "Kau yakin?"

"Ya. Aku akan berusaha. Sekalian aku tes apakah dia memang legendaris," ucap Yoon Sa-wol menurunkan dua kaki dari ranjang.

Yoon Sa-wol yang akan tes.

Bukan dirinya yang mengetes Ksatria 5-8.

"Kaulah yang menjalani tes. Tes itu ujian. Tahu?" ucap Nirguna dari ranjang atas.

"Aku tahu, Imma. Ujian itu tes. Apa kau punya ide?" Yoon Sa-wol menatap Nirguna.

Nirguna menutup buku lalu memberikan ke Yoon Sa-wol.

"Berikan segalanya? Aku bisa mempertaruhkan nyawaku," ucap Yoon Sa-wol melihat buku itu.

"Kau pernah dengar 'Pintu Neraka'?" tanya Nirguna.

"Pintu Neraka?" tanya balik Yoon Sa-wol menatap Nirguna.

.・゜゜・

Seorang wanita menaiki kursi jalan menatap ke ruangan di dalam gedung dengan lampu masih menyala.

"Mereka selalu lembur. Sudah ku ingatkan untuk hemat oksigen," ucap wanita itu.

Di ruangan itu, Jung Seol-ah masih mengurus pekerjaannya. Sedang melihat layar tablet.

Sertu Lee mendekat. "Bu Jung."

"Ya, kau boleh pulang," ucap Jung Seol-ah tanpa menatap Sertu Lee.

"Benarkah boleh pulang?" tanya Sertu Lee membuat Jung Seol-ah menatapnya.

"Situasi darurat?" tanya Jung Seol-ah.

"Ya. Ada laporan urgen dari Tim Spionase," jelas Sertu Lee.

"5-8?" tanya Jung Seol-ah.