18. ternyata

30 4 0
                                    

anyeongggggg!!!

apa kabar semuaaaaaaaaaaaaa?

jangan lupa tinggalkan jejak ⭐💬

-happy reading-

"Oke selanjutnya---"

Muzza menggigit kuku-kukunya gugup saat Pak Brian---guru di mapel matematika itu mencari mangsa selanjutnya.

"Zerro, silahkan jawab nomor 3," Ucap Pak Brian membuat Muzza menghembuskan nafas lega. Sahabat sejati memang ada, tapi kalau soal begini Muzza serahkan pada Zerro. Tak apa anak itu bisa menjawab atau tidak asalkan bukan dirinya.

Zerro bangkit dari duduknya, Pak Brian menyerahkan spidol ke arah Zerro. Zerro mengambilnya saat hendak membuka tutup spidol Pak Brian mencegahnya.

"Eh tunggu-tunggu," Cegah Pak Brian membuat Zerro mengurungkan niatnya.

"Kenapa Pak?"

"Itu bibir kamu kenapa bengkak?" Tanya Pak Brian membuat teriakan heboh dari siswa-siswi terdengar.

"WEOOOOOOO, HAYO LO NGAPAIN?!!!" Teriak mereka serempak. Zerro bisa mendengar bahwa suara yang paling keras adalah suara Muzza.

Lidia lantas langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela, wajahnya memerah, lebih baik ia memperhatikan siswa yang tengah bermain basket dilapangan.

Brukk

"WOI!" Teriak Lidia saat mendapat timpukan kamus tebal dari Alora.

Alora hanya tercengir kuda, tetapi sedetik kemudian tatapannya menjadi tajam. "PAK BIBIR LIDIA JUGA BENGKAK!!" Teriaknya saat memperhatikan bibir Lidia.

"Cepu anying." Batin Lidia menatap Alora tajam. Untung saja si cempreng Claira tak ada disana, gadis itu di ruangan UKS karena mengadu sakit perut, jadi Lidia agak aman walaupun ada tingkah Muzza. Satu saja cukup, jangan dua. Masalahnya kalau bibir Muzza disatukan dengan bibir Claira maka terjadilah adu argumen. Berbeda dengan bibir Lidia jika disatukan dengan bibir Zerro maka akan bengkak.

Oke, penggaris panjang Pak Brian terkeluarkan. Pak Brian menatap Zerro dan Lidia bergantian.

"Kalian ngapain aja semalem?" Tuduh Pak Brian.

"A-anu Pak, semalem Lidia ngajak makan seblak." Ucap Zerro spontan.

"Apa hubungannya sama seblak?"

"WOII NGELESNYA YANG MASUK HAIKAL DIKIT LAH!!" Teriak Rikco dari bangkunya.

"Seblaknya panas, tambah lagi pedas jadi bengkak." Timpal Lidia, membuat Pak Brian menatapnya intes. Lidia tersenyum tipis seolah meyakinkan.

"Kalau Zerro?"

"Saya kenapa Pak?"

"Kenapa bisa bengkak?"

"Pak kasian loh soalnya dianggurin." Zerro melirik papan tulis yang penuh dengan angka-angka juga abjad X dan Y.

"Yaudah kerjakan sekarang." Ucap Pak Brian datar, kembali memasukkan penggaris panjangnya.

Zerro mulai mengerjakan soal dari Pak Brian, setelah selesai ia menyerahkan spidol ke guru tercinta itu.

"Udah?" Tanya Pak Brian.

"Kalo belum gak saya balikin spidolnya."

"Yaudah silahkan kembali duduk."

Zerro mengangguk, kemudian berjalan ke arah bangkunya dengan cepat. Setelah duduk ia menumpuhkan kepalanya ke atas meja.

Bagaimana kalau Lidia malu, terus tak mau mendekatinya lagi?

[√] 2. ZerroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang