28. jamkos

26 4 0
                                    

anyeong!!!

spam komen author cantik istri na jaemin!!!

jangan lupa tinggalkan jejakkk⭐💬

-happy reading-

"AAAAAAAAAAAA!!!!" Jerit Lidia kuat. Lihatlah dipagi buta seperti ini ia sudah di suguhkan oleh pemandangan yang sangat seksi.

Zerro yang tengah mengeringkan rambutnya menggunakan handuk menoleh ke arah gadis yang kini berdiri di ambang pintu kamarnya dengan kedua tangan yang menutup mata.

Bukannya marah karena Lidia tidak mengantuk pintu sebelum masuk, ia justru menyeringai. Pemuda yang hanya memakai handuk dipinggang itu menghampiri Lidia yang sudah siap dengan seragam sekolah.

"Udah liat aja, dijamin suka deh." Zerro berusaha membuka tangan Lidia yang menutup wajah gadis itu.

"Sok suci banget, padahal sering liat punyanya Cha Eunwoo. Punya aku juga gak kalah menggoda loh," Cibir Zerro, padahal mereka sering berantem perkara Lidia yang sering terciduk melihat perut kotak milik Idol Korea yang gadis itu idolakan.

Perlahan Lidia merenggangkan jari-jari nya, menatap Zerro yang berada dihadapannya dengan mengintip di sela-sela jarinya.

"PAKE BAJU DULU---mphhhhhh," Zerro membekam mulut Lidia dengan telapak tangannya. Bisa bahaya kalau Jackson menghampiri mereka.

"Gak usah teriak kenapa sih?" Decak Zerro, kalau Lidia mau berteriak dikamarnya boleh saja karena kamarnya kedap suara tapi masalahnya gadis itu masih berdiri diantara ambang pintu.

Lidia melepas telapak tangannya, matanya langsung membulat melihat banyak lebam kebiruan di dada, lengan, bahkan punggung cowok itu juga penuh.

"Itu kenapa?" Tunjuk Lidia pada memar di tubuh Zerro. Zerro terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mengelak.

"Kan kemarin kita jatuh," Alibi Zerro padahal itu jelas-jelas bukan memar karena kecelakaan kemarin.

"Emang iya ya?" Tanya Lidia sedikit heran.

"Iya sayang, udah kamu kebawa dulu aja nanti kalo aku selesai siap-siap aku bakal nyusul." Ujar Zerro membuat Lidia menurut.

Zerro menutup pintu kamarnya dengan cepat, ia berjalan ke arah cermin besar menatap pantulan tubuhnya di cermin itu.

Alasannya tadi benar-benar tidak logis. Zerro mengakui itu secara sadar. Pertanyaan yang dilontarkan Lidia beberapa detik yang lalu benar-benar mendadak, sampai mulutnya memeberi jawaban apapun yang terbesit di benak. Lelaki itu menatap diri dipantulan cermin, arah matanya kosong nampak seperti tak ada kehidupan yang tercipta.

Ia mengamati nanar bagian tubuhnya yang lebam membiru. Zerro tak harus menyebut ini luka apa. Hasil pukulan yang dirinya ciptakan sendiri selama belasan tahun ini secara rutin.

Tak ingin membuat gadisnya menunggu lama, Zerro dengan cepat bersiap-siap. Tak memiliki waktu yang lama, ia duduk di pinggiran ranjang dengan tangan yang memasang kaos kaki setelah selesai ia mengenakan sepatu.

Ia bangkit meraih tas ranselnya, menyampirkanya disebelah kiri kemudian berjalan meninggalkan ruangan yang menjadi saksi kehancuran hari-harinya.

[√] 2. ZerroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang