20. lo, murah

59 4 0
                                        

anyeongggggg!!!

jangan lupa tinggalkan jejak⭐💬

-happy reading-

Dimeja bundar itu hanya ada keheningan, Muzza menyondorkan segelas air putih untuk Zerro.

"Minum dulu Zer," Ucap Muzza tersenyum tipis.

"Thanks," Zerro menerima uluran gelas dari Muzza, meneguknya hingga tandas.

"Ada masalah?" Tanya Shaka membuka suara.

"Engga, gue baik-baik aja." Jawab Zerro datar, ia memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya ia kembali membuka suara.

"Sorry, gue ganggu ketenangan lo berdua." Sesalnya, Zerro tak tahu harus dengan cara apalagi untuk meluapkan semua emosinya. Bahkan sampai saat ini dadanya masih bergemuruh.

"Kalo ada masalah ke kita aja, kita selalu welcome buat lo Zer." Ucap Muzza tersenyum tipis.

"Kenapa lo jadi emosian akhir-akhir ini?" Tanya Shaka dengan nada suara seperti biasa, tidak emosi datar saja. "Kalo lo emosi, jangan diluapkan dengan menyakiti diri lo sendiri. Gak nguntungin sama sekali. Gak guna, mau lo ugal-ugalan dijalan emang langsung mati? Yang ada beban hidup lo bertambah. Kalopun mati, apa lo yakin disana bisa tenang? Pahala lo aja bisa dihitung pake jari." Sambung Shaka.

Muzza menatap Shaka takjub, baru kali ini ia mendengar pemuda itu ngomel-ngomel tidak jelas. Apalagi dengan kata-kata yang cukup menusuk.

"Lidia ketemuan sama Rio didepan rumahnya." Jelas Zerro jujur membuat Shaka dan saling melempar tatapan.

"Rio? Siapa?" Tanya Shaka dan Muzza bersamaan.

"Temen kecilnya Lidia, juga tetangganya."

"Artinya temen kecil lo dan tetangga lo juga 'kan?" Tanya Muzza terheran-heran.

"Gak!"

Tangan Zerro kembali terkepal, matanya menyorot Muzza tajam. Berdiri dari duduknya dan pergi dari hadapan Muzza dan Shaka.

"Zer!" Teriak Muzza memanggil, "Mau kemana?!" Muzza berlari menyusul Zerro sementara Shaka hanya duduk saja memperhatikan.

"Hajar Rio." Ucap Zerro datar, ia hendak memasangkan helm tapi tangan Muzza mencekalnya.

"Jangan pergi sebelum lo tenang." Ucap Muzza menatap Zerro dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Gue gak bisa tenang sebelum habisin Rio." Ucap Zerro menatap Muzza intes, ia sangat berharap agar Muzza mengerti posisinya sekarang.

"Jangan buat diri lo mejadi brengsek cuma karena api cemburu itu," Nasihat Muzza menepuk bahu Zerro.

"Tapi Za---"

"Gue ngerti Zer, gue tau rasanya ada diposisi lo." Muzza tersenyum kecut, "Jangan sampai cemburu itu ngendaliin tubuh lo Zer, jangan."

"Za," Zerro meletakkan helmnya keatas jok motor, "Gue mohon, untuk saat ini jangan cegah gue." Ucap Zerro dengan tatapan memohon.

"Gue gak bakal biarin sahabat gue jadi cowok brengsek, gue mohon Zer, tenangin diri lo dulu. Gak harus dengan lo hajar si Rio, gak harus dengan lo ngelukai diri lo sendiri, gak harus dengan lo mabuk-mabukan. Gak harus Zer." Muzza juga menatap Zerro dengan tatapan memohon.

Disisi lain Shaka berdiri hendak menyusul Muzza dan Zerro. Ia tak sengaja menyenggol kursi membuat sesuatu terjatuh dari jaket Zerro yang tadinya di sandarkan cowok itu pada kursi.

Shaka berjongkok, meraih botol putih yang tadinya menggelinding hingga sampai kebawa meja.

"Obat? Untuk apa?" Monolog Shaka setelah melihat botol kecil itu. Ia berjalan keluar menghampiri Muzza dan Zerro yang saling memaksa untuk saling mengerti.

[√] 2. ZerroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang