Chapter 1

1.6K 85 11
                                    

"Ingat Ara, jangan terlalu lama berkeliaran di luar rumah. Nanti namamu dicoret dari kartu keluarga." Suara Sean terdengar di seberang sambungan telepon.

"Aku tau, Sean. Aku bukan pergi dan menetap untuk selamanya. Aku hanya bersenang senang sebelum akhirnya harus menikah dan terkurung di rumah. Jadi berhentilah menghubungiku, Sean. Aku bukan anak kecil lagi. Aku ini wanita dewasa yang cantik. Dan satu lagi, ayah tidak mungkin mencoretku dari kartu keluarga." Aurora tertawa pelan saat mendengar gerutuan Sean di seberang, "Oke, kututup teleponnya ya. Bye." 

Aurora tertawa kecil, memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket ponco coklat gelap miliknya sebelum menyandarkan diri pada kursi bus yang membawanya dari bandara menuju kota kecil yang menjadi tujuannya.

Aurora tersenyum tipis saat menatap pemandangan hijau menyejukkan mata yang terpampang di jendela bus. Kabut tipis yang menutupi puncak gunung di kejauhan entah mengapa selalu berhasil memukau dirinya.

"Putri yang terperangkap di gunung tinggi? Atau putri yang diasingkan di pegunungan?" Auora bergumam samar sebelum menarik sudut bibirnya, tersenyum. "Oke, ide bisa muncul di mana saja dan kapan saja."

Suara decitan rem bus menandakan bus telah tiba di tempat tujuan mereka, terminal terakhir, di sebuah kota kecil yang berada di kaki gunung. Aurora menghela nafas panjang penuh kelegaan, bangkit dari kursi dan menarik softcase koper miliknya dari tempat bagasi di atas kursi. Dengan gerakan lincah dan terlatih, Auora menyampirkan foldable bag ke salah satu pundaknya dan mulai berjalan menuju ke arah pintu bus.

Udara sejuk sedikit dingin menyapa Aurora. Aurora memejamkan matanya, menghirup dalam dalam udara pegunungan yang segar sebelum menarik rapat jaketnya dan melangkah turun dari bus. 

"I'm coming..." Aurora tersenyum lebar, menarik cepat koper trolinya menyusuri jalan yang masih terlihat sepi di pagi hari.

"Miss Ara?" terdengar pekikan seorang wanita.

"Della?" Aurora memalingkan wajahnya, tersenyum lebar saat melihat siapa yang menyapanya.

"Bukankah tugas miss di sini sudah selesai?" Della menghampiri Aurora, mengambil alih koper troli dari tangan Aurora.

"Well, apakah itu artinya aku tidak boleh ke sini jika tidak punya tugas mengajar?" Aurora tertawa kecil, mengikuti langkah Della menuju ke sebuah bangunan besar bermodel klasik.

"Bukan seperti itu. Miss akan selalu diterima dengan tangan terbuka. Kamar yang miss tempati juga masih kosong. Aku belum menyewakannya pada siapapun juga. Siapa yang menyangka, miss akan kembali ke sini?" Della mendorong pintu kayu collar berukir klasik.

"Kalau begitu, biarkan aku menempati kamar yang kemarin aku tempati." Aurora tertawa kecil, menyadari dirinya ternyata rindu mendengar ocehan tanpa henti dari mulut Della. Ciri khas Della yang memang supel dan periang.

"Tentu saja." Della mengangguk, menarik koper troli melewati meja resepsionis, menyusuri koridor, berbelok di ujung koridor, hingga tiba di depan sebuah kamar. Della tampak merogoh saku roknya dan mengeluarkan beberapa anak kunci, memilah kunci, sebelum menarik kunci dengan gantungan card holder berwarna pink.

"Masih seperti kondisi terakhir." Della membuka lebar pintu, berbalik dan tersenyum lebar pada Aurora.

"Karena kali ini aku datang bukan karena tugas mengajar, berarti kamar ini aku sewa." Aurora mengedipkan mata, melangkah masuk, menyibak tirai jendela yang menampakkan pemandangan gunung diselimuti kabut di kejauhan.

"Tidak, miss Ara." Della menggeleng cepat.

"Aku bayar atau aku akan cari penginapan lain, walaupun aku tau tidak ada penginapan lain sebaik Dream Inn di sini." Aurora menepuk lembut pundak Della.

The Secret Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang