Chapter 22

557 65 4
                                    

"Beristirahatlah," Sheeva menepuk lembut bahu Aurora, "Kau benar benar terlihat sangat lelah."

Andai bibi tau apa yang sudah anakmu lakukan sampai aku kelelahan.

Aurora berdehem pelan, matanya melirik ke arah dua kardus yang dipenuhi dengan aneka barang yang dibelanjakan oleh Dominic.

"Masih ada hari esok, Ara. Ditaruh di kardus pun tidak akan jadi masalah." Sheeva menutup pintu rak kabinet dapur.

Setelah makan malam usai, Aurora dan Sheeva merapikan sebagian belanjaan dan menyusunnya ke dalam rak lemari kabinet. Dari tiga kardus belanjaan, mereka berdua baru selesai menyusun satu kardus.

"Lagipula D juga tidak akan ke rumah kayu dalam waktu dekat." Sheeva mengangkat bahunya, "Seharusnya mereka sudah memisahkannya dari toko, mana barang barang untuk rumah kayu dan mana untuk pondok. Dan lihatlah pelaku utamanya, malah sibuk sendiri di ruang kerjanya."

"Sepertinya mungkin D juga sudah bingung melihat tumpukan belanjaan." Aurora tertawa pelan, kembali menguap. "Sebaiknya bibi juga beristirahat."

"Iya," Sheeva mengangguk, "Besok akan jadi hari yang sibuk. Mimpi indah, Ara."

Aurora menatap punggung Sheeva yang menghilang di balik pintu kamarnya. Aurora melangkah ke arah kamarnya, langkah kakinya terhenti di depan pintu ruang kerja Dominic.

Aurora mengintip lewat celah pintu, tampak Dominic sedang sibuk menyambungkan beberapa potongan kayu.

Suara ketukan di pintu menghentikan kegiatan Dominic.

"Sibuk?" Aurora mendorong perlahan daun pintu, membuat celah menjadi lebih lebar.

"Sedikit. Aku berencana mengantarkan pesanan besok pagi."

"Pesanan dadakan?"

"Tidak, tapi aku memang berniat mempercepat pengantarannya."

"Oh iya?" Aurora menatap potongan potongan papan yang berbentuk huruf L. "Bentuknya unik."

"Interior rak untuk cafe. Mereka berencana grand opening dua minggu lagi. Mengantar lebih awal memberi mereka kesempatan untuk menyusun barang barang di rak." Dominic menghentikan kegiatannya, "Kenapa belum tidur? Tidurlah lebih awal."

"I will." Aurora mengangguk, "Jangan bekerja terlalu malam, D."

"Paling lama satu jam lagi. Good nite, mate." Dominic merunduk, mengecup pelan kening Aurora, mengangkat kedua tangannya yang tampak kotor.

"Oke, jangan menyentuhku, D." Aurora tertawa kecil, mengacak rambut Dominic, "Good night too."

Aurora melangkah keluar dari ruang kerja Dominic dan menuju ke kamarnya. Sementara Dominic kembali berkutat dengan pekerjaannya.

*******

Aurora membuka matanya perlahan. Di luar jendela, hanya gelap yang terlihat. Jemarinya meraih ponsel, menatap angka di layar ponsel, 00.30. Aurora mendesah pelan, tenggorokannya terasa sangat kering dan kali ini ia benar benar lupa membawa air minum masuk ke dalam kamarnya.

Aurora bangkit dari ranjang, melangkah pelan dengan mata setengah tertutup, keluar dari dalam kamar. Langkah kakinya terhenti saat telinganya menangkap suara percakapan samar.

Ada tamu? Malam malam begini?

Aurora menyisir rambutnya dengan jemarinya, tujuan langkah kakinya berubah. Dibandingkan berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum, Aurora memutuskan melangkah untuk mencari dari mana asal suara percakapan itu terdengar.

The Secret Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang