Hujan sudah berhenti, hanya tersisa rasa dingin dan gelapnya malam yang menyapa. Tapi hal itu tampaknya tidak terlalu berpengaruh dengan kedua anak manusia yang sedang berada di dalam rumah kayu kecil tersebut. Aurora masih meringkuk nyaman, tenggelam di dalam alam mimpi. Sedangkan Dominic sedang memasak air di kompor kecilnya dan sambil menunggu air mendidih, Dominic membilas tubuhnya di samping rumah, di area kamar mandi terbuka.
Selesai mengeringkan tubuh dan membungkus tubuh bagian bawahnya dengan handuk, Dominic kembali ke dalam rumah, bertepatan dengan mendidihnya air yang ia masak.
Dominic menuangkan air panas ke dalam baskom kayu yang sudah diisi dengan air dingin, memastikan hangatnya pas, sebelum meraih handuk kecil, membasahinya dengan air hangat di dalam baksom kayu.
"Ara...." Dominic berbisik pelan di telinga Aurora yang tampaknya masih tertidur pulas.
"Hm?" Aurora mendesah lirih, membuka matanya perlahan.
"Kau harus membersihkan dirimu. Let me do it for you." Dominic membuka handuk yang menyelimuti tubuh Aurora.
"Aku bisa melakukannya sendiri." Aurora bergumam serak, mencoba menarik kembali handuk untuk menutupi tubuh polosnya. "Nanti saja.....”
"Kau harus membersihkannya sekarang, Ara." Dominic berbisik lembut, menarik paksa handuk yang membungkus tubuh Aurora. Dominic meringis saat melihat jejak jejak kissmark di tubuh Aurora mulai menggelap.
”Nanti saja." Aurora mengerang pelan, kembali meringkuk.
Dominic menghela nafas panjang, membalikkan tubuh Aurora. Mengabaikan penolakan dari Aurora, Dominic mulai membersihkan tubuh Aurora dengan handuk basah.
"D!" Aurora menarik dirinya, menolak.
"Let me do it for you, Ara. Setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan untukmu, saat ini." Dominic mengecup lembut kening Aurora dan mulai membersihkan seluruh tubuh Aurora termasuk bercak darah di area pangkal paha Aurora.
"Tapi...." Aurora mendesah pelan, sedikit tidak nyaman dan juga malu dengan perlakuan Dominic.
"It's okay, Ara. Aku sudah melihat tubuhmu, seluruhnya. Tidak perlu malu, Ara."
"Tapi...."
"Stt...." Dominic mengecup pelan bibir Aurora dan mulai menggerakkan handuk basah, membersihkan tubuh Aurora.
Setelah seluruh tubuh Aurora bersih, Dominic kembali membungkus tubuh Aurora dengan handuk baru yang bersih, menggendong tubuh mungilnya dan meletakkannya di atas sleeping bag.
"Kau pasti lapar."
"Aku hanya butuh tidur." Aurora bergumam pelan, kembali mengambil posisi menyamping.
"Aku akan menyeduh mie instan. Kau harus makan. Kau butuh energi." Dominic bangkit, memeriksa persediaan makanan instan di rak.
Dominic membawa dua cup kemasan mie instan, kembali menyalakan api di kompor dan memasak air. Tidak butuh waktu lama, mie instan sudah siap.
"Ara, bangunlah. Kau harus makan. Aku sudah menyiapkan mie instan." Dominic menggoyangkan pelan tubuh Aurora.
"Mie instan?" Aurora membuka matanya, hidungnya menghirup aroma wangi menggoda.
"Kau harus makan, Ara." Dominic tertawa kecil saat mendengar suara keroncongan dari perut Aurora.
"Perut gak tau malu." Aurora terkikik kecil sambil menepuk perutnya. Perutnya memang terasa sangat lapar. Dengan bantuan Dominic, Aurora duduk dan bersandar di dinding rumah.
"Itu tandanya tubuhmu butuh energi. Kau baru saja menghabiskan seluruh energimu." Dominic mengulurkan wadah mi instan pada Aurora.
Aurora menerima wadah mie instan, dengan perlahan menyendokkan mie berserta kuahnya ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...