"Maaf, bi." Aurora menatap Sheeva.
"Untuk apa?" Sheeva mengerutkan keningnya, menatap Aurora, tampak bingung.
"Aku mengacaukan ketenangan di sini." Aurora meringis malu.
"Hei, it's okay, Ara." Sheeva tertawa ringan, "Sudah lama aku tidak kedatangan tamu seperti ini selain mereka yang datang untuk mengambil pesanan perabotan yang dikerjakan oleh D. Selebihnya, pondok ini benar benar terasa sepi."
"Della bilang D tidak suka keramaian." Aurora mendesah, menatap pintu kamar yang masih tertutup rapat.
"D memang tipe penyendiri. Tapi aku merindukan keramaian." Sheeva menghela nafas panjang, menyusun gelas kosong di atas baki.
"Kenapa D memilih tinggal jauh dari kota?" Aurora berbisik pelan, "Maaf, bi. Kau tidak perlu menjawabnya." Aurora menggerakkan tangannya dengan cepat.
"Tidak apa apa." Sheeva tersenyum lembut, terdengar helaan nafas panjang sebelum ia berpaling menatap Aurora.
"Awalnya kami juga tinggal di kota besar. D menjalankan beberapa usaha di sana. Lalu karena sebuah kejadian, bibi juga tidak tau jelas apa yang sebenarnya sudah terjadi karena D tidak pernah mau menceritakan masalahnya. Tapi intinya D dihianati temannya, dicelakai hingga terluka."
"Really, bi?" Aurora tampak tercengang, "Jahat sekali temannya."
"Hati orang memang tidak pernah bisa ditebak." Sheeva menghela nafas, mengulas senyum tipis, "Kejadian itulah yang membuat D memilih pindah ke kota ini. Karena ia menyukai ketenangan, ia memilih membangun pondok kecil ini, di sini, di tepi kaki bukit." Sheeva tersenyum, "Tapi sebenarnya pilihan D juga tidak buruk. Di sini selain tenang, udaranya juga segar, dan D bisa melakukan hal hal yang dia sukai, membuat aneka perabotan dan juga menerima permintaan service dari para warga."
"Apapun itu, itu sudah jadi masa lalu kan, bi." Aurora mengangguk, tersenyum lebar.
"Tentu saja. Kurasa hal hal inilah yang membuat dirimu sangat terkenal dan disukai di antara anak anak. Kau ramah, baik hati dan selalu bisa melihat sisi lain dari sebuah peristiwa." Sheeva tertawa, menatap tumpukan parcel buah di atas meja. "Kau mau salad? Kita bisa membuat salad dari buah buah itu."
"Tentu bi. Aku akan membantumu." Aurora mengangguk antusias.
"No, Ethan bilang kau masih harus beristirahat." Sheeva menggeleng tegas, mengambil beberapa jenis buah dan menaruhnya di atas baki.
"Aku bosan, bi." Aurora mendesah pelan.
"Kau bisa duduk di teras depan atau duduk di ayunan di teras belakang." Sheeva mengedipkan matanya.
"Bolehkah?"
"Tentu saja." Sheeva mengangguk lembut, "Mau dibantu ke teras?"
"Kurasa aku harus membersihkan tubuh dulu, bi." Aurora meringis, "Aku belum mandi dari kemarin. Dan anak anak sudah melihat tampang kusutku.'
"Kau tetap cantik walau tidak mandi, Ara." Sheeva tertawa, bangkit dan meraih baki dari nakas, "Hati hati dengan lukamu, sebaiknya kau tidak mandi dahulu, Ara."
"Aku hanya akan mengelap tubuhku saja, bi."
"Jika butuh sesuatu, kau bisa panggil aku. Aku ada di dapur."
"Siap bi." Aurora mengangguk cepat, menatap punggung Sheeva yang menghilang di balik pintu.
Aurora menyibak selimut, bangkit perlahan dan berjalan tertatih tatih, berpegangan di dinding kayu kamar dan beberapa perabotan hingga tiba di depan pintu kamar mandi. Aurora meraih handuk yang diletakkan di atas meja, mengeluarkan beberapa perlengkapan mandi miliknya dari dalam tas dan masuk ke dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...