"Masih basah, tapi tidak sebasah kemarin." Aurora tertawa pelan, menepuk pakaian di tubuhnya. Walaupun sudah diangin anginkan semalaman, tapi pakaian mereka tetap terasa basah dan lembab.
"Kau sudah cukup fit?" Dominic melirik sekilas ke arah rak di dinding yang sudah tampak rapi.
"Tentu saja." Aurora mengangguk, memanggul tas ranselnya, "Seharusnya kau menyiapkannya pakaian ganti di sini."
"Next time. Tapi lain kali kau juga harus membawa baju ganti atau jaket, jangan cuma syal." Dominic mengunci pintu rumah kayu mungil tersebut, meletakkan kuncinya di atas kusen, seperti semula, "Selama ini, rumah ini sebenarnya hanya dipake untuk beristirahat jika aku sedang mencari kayu. Aku harus mengisi ulang stok makanan instan dan kopi." Dominic tertawa kecil, meneteng tote bag berisi handuk bekas pakai. "Kau ternyata cukup rakus."
"Itu karena kau membuatku menghabiskan banyak energi." Aurora bergumam pelan, pipinya bersemu merah, "Kau harus menambah banyak mie instan. Siapa tau, lain waktu kita menginap di sini lagi."
"Lain kali?" Dominic menyeringai samar, mengingat malam panas mereka berdua.
"Tempat ini cukup menyenangkan, sebenarnya." Aurora melihat berkeliling, "jika tidak hujan, tidur di hammock juga tampaknya seru," Aurora menunjuk ke teras rumah, di mana sebuah hammock tergantung.
"Next time, mate kesayanganku." Dominic tertawa pelan, mengulurkan tangannya pada Aurora.
"Oke, next time." Aurora mengangguk, menerima uluran tangan Dominic yang menggenggam jemarinya dengan lembut. Rasa hangat menjalar di seluruh tubuhnya.
Keduanya berjalan bergandengan tangan, menyusuri jalan setapak berbatu yang perlahan berganti menjadi jalan setapak tanah yang masih sedikit licin.
Aurora memekik kecil saat kakinya tergelincir. Dominic dengan sigap memegang erat tangan Aurora.
"Hati hati." Dominic membantu Aurora berdiri tegak.
"Jalannya licin dan kakiku masih sakit." Aurora bergumam lirih, mengerucutkan bibirnya.
"Sakit?"
"Gara gara semalam." Aurora menunduk, menggigit bibir bawahnya.
"Sorry." Namun tak urung, sudut bibir bawah Dominic melengkung naik. Dominic melepaskan pegangan tangannya, berjongkok di hadapan Aurora.
"What are you doing, D?" Aurora menatap punggung Dominic.
"Naiklah, aku akan menggendongmu." Dominic menoleh ke belakang.
"Serius? Kau akan pingsan sebelum kita sampai ke mobil." Aurora mengingat setidaknya kemarin mereka butuh waktu cukup lama untuk menyusuri tepian sungai sebelum tiba di danau kecil.
"Aku akan memotong jalan pintas, kita tidak akan menyusuri tepi sungai seperti kemarin." Dominic menepuk bahunya, memberi kode agar Aurora segera naik ke punggungnya.
"Aku tidak ingin mendengarmu menyalahkanku karena kau encok, D."
"Kalau kau tidak mau, aku tidak akan memaksa." Dominic berdecak, hendak bangkit berdiri.
"Aku mau." Aurora terkikik kecil, dengan gerakan cepat naik ke punggung Dominic, memeluk erat lehernya.
"Dasar! Pake acara nolak nolak." Dominic mendengus, tangannya mengulurkan tote bag ke arah belakang, "Kau yang pegang, mate nakal."
Aurora kembali tertawa ringan, memegang erat tote bag sambil memeluk erat leher Dominic. Tangan Dominic memegang erat area paha Aurora dan mulai bangkit berdiri, berjalan menyusuri jalan setapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...