Aurora menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Bayangan hitam samar tampak di bawah matanya. Ia baru bisa tertidur menjelang subuh. Kalimat yang terlontar dari mulut Dominic bahwa Dominic belum siap untuk berkomitmen, terdengar bagai mimpi buruk bagi dirinya.
Sial!
Aurora mengumpat, meluapkan kekesalannya. Jemarinya kembali mengusut cairan bening yang keluar dari sudut matanya. Ia tidak bisa memungkiri, setelah interaksi intim di antara mereka berdua, dirinya memang mengharapkan hubungan yang spesial, apalagi Dominic adalah pria pertama yang berinteraksi sangat intim dengan dirinya.
Setelah moment moment manis yang ia lewati bersama Dominic, saat ini dirinya seolah olah bagai dibanting ke bawah jurang yang dipenuhi dengan bebatuan tajam. Rasa sesak memenuhi dadanya.
Aurora meraih ponselnya, menggeser geser layar ponselnya, hingga gerakan tangannya terhenti. Terdengar helaan nafas panjang sebelum akhirnya ia menekan tombol panggil, meletakkan ponsel di telinganya.
"Morning, Della." Suara serak Aurora terdengar, "Bisakah kau menjemputku? Pagi ini. Aku berencana kembali ke penginapan." Aurora kembali menghela nafas panjang, "Kalau kau tidak bisa, tidak apa apa, aku akan menghubungi Ethan." Tampak Aurora terdiam, mendengar lawan bicaranya di seberang. "Tidak apa apa, aku akan menunggu. Dua jam dari sekarang. Thanks, Della."
Aurora meletakkan ponselnya di atas meja. Ia bangkit berdiri, meraih tas jinjing dari bawah meja.
Oke, Ara. Let's move on.
Aurora membuka lemari kecil di sudut kamar, meraih pakaiannya yang tersusun rapi, menumpuknya dengan cepat ke dalam tas jinjingnya. Aurora masuk ke dalam kamar mandi, meraup botol perlengkapan mandi dan skincare miliknya, memasukkannya ke dalam tote bag.
Aurora mengedarkan pandangan matanya berkeliling kamar, memastikan tidak ada lagi barang miliknya yang tertinggal. Helaan nafas panjang kembali terdengar, mungkin memang tidak ada barang yang tertinggal, tapi ada banyak kenangan yang sudah tercipta.
Aurora melirik ke arah jam di layar ponselnya. Angka delapan tertera di sana. Hari ini ia enggan bertemu dengan Dominic, dan dengan sengaja berlama lama di dalam kamar. Biasanya Dominic akan memanggilnya langsung ke dalam kamar sekaligus memberinya morning kiss. Namun hari ini, Dominic sama sekali tidak melakukan kebiasaannya.
Samar telinganya menangkap suara deru kendaraan menjauh, deru kendaraan milik Dominic. Aurora melangkah keluar dari dalam kamar. Pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Sheeva.
"Ara? Kau baru bangun?" Sheeva tersenyum hangat, "Kau tidak tidur nyenyak?"
"Bibi tau?" Aurora tersenyum kecut.
"Lingkaran hitam di bawah matamu, Ara. Ada masalah?"
"Bi...." Aurora menghentikan kalimatnya, tampak ragu.
"Ada apa? Ada masalah, Ara?" Sheeva memberi kode agar Aurora duduk, sementara ia menarik kursi tepat di depan Aurora.
"Aku mau ke kota."
"Tapi D sudah ke kota. Kalian tidak janjian dulu?"
"Aku akan kembali ke kota...."
"Kembali ke kota?" Alis Sheeva terangkat, tampak berpikir, mencoba mencerna kalimat Aurora.
"Aku akan kembali tinggal di penginapan Della, bi." Suara Aurora memelan, ia menunduk, menunggu reaksi Sheeva.
"Penginapan? Kenapa dengan pondok ini, Ara?"
"Maaf, aku tidak bisa, bi." Aurora bergumam lirih.
"Kalian bertengkar? Kau dan D?"
"Ini lebih rumit, bi. Tapi maaf, aku benar benar tidak bisa tinggal di sini, setidaknya untuk sementara waktu." Aurora menatap Sheeva, terselip perasaan tidak enak di hatinya. Bagaimana pun juga, selama ini Sheeva memperlakukannya dengan sangat baik. Ia merasa seolah olah punya keluarga baru di kota ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...