Dominic melambatkan laju mobilnya, saat jalan beraspal berganti dengan jalan bebatuan.
"Miss Ara ternyata memang secantik yang diceritakan oleh anak anak." Sheeva mengulum senyum, melirik ke arah Dominic yang fokus mengemudi.
"Hm...." Dominic mendengus samar, tampak enggan menanggapi kalimat dari Sheeva.
"Sikapnya juga cukup manis." Sheeva kembali melirik ke arah Dominic yang membelokkan mobilnya ke arah jalan yang lebih sempit.
"Mom..." Dominic mengerang pelan, menghentikan kendaraannya di depan sebuah rumah kayu berukuran sedang.
"Sampai kapan kau mau melajang, D?" Sheeva menatap gemas ke arah Dominic sebelum turun dari mobil saat Dominic membukakan pintu mobil untuknya.
"Sudah kubilang mom, aku sedang tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun, setidaknya untuk saat ini." Dominic meraih tote bag dari kursi penumpang belakang, berjalan mendahului Sheeva, membuka pintu rumah.
"Tapi...." Sheeva berdecak, mengejar langkah Dominic, masuk ke dalam rumah.
"Aku mau ke lowhill dulu." Dominic merendahkan tubuhnya, meraih jemari Sheeva, menepuk punggung tangan Sheeva dengan lembut, "Aku akan tiba sebelum jam makan malam."
"D...."
"Aku harus mengambil kayu untuk bahan, mom. Aku punya beberapa pesanan." Dominic tersenyum, melangkah keluar dari dalam rumah, meraih kapak dan beberapa peralatan yang dibutuhkan sebelum masuk ke dalam mobil pick up berkabin ganda miliknya.
Sheeva menghela nafas panjang, menatap mobil Dominic yang menghilang di ujung jalan.
*********
Dominic mengayunkan kapaknya, memotong motong batang pohon besar menjadi bagian yang berukuran lebih kecil. Matanya memandang berkeliling, menandai beberapa pohon tua yang akan menjadi target tebang berikutnya.
Dominic melepas sarung tangannya, menyeka bulir keringat yang menetes di wajahnya dan sebagian mengalir, membasahi kaos tanpa lengan yang dikenakannya. Dominic meraih botol air minum dari belakang pick up nya, membuka tutupnya, menegak air di dalam botol dengan cepat.
Dominic menaikkan alisnya, menatap langit yang tampak gelap di ujung selatan. Angin berhembus dengan kencang, membuat dedaunan kering berterbangan.
"Seharusnya cerah. Tadi ramalan cuacanya cerah berawan." Dominic meraih ponsel, dan melihat menu ramalan cuaca, "Sekarang hujan badai, cepat sekali berubah." Dominic bergumam pelan, memasukkan ponsel ke dalam saku celananya dan mulai bergegas menyusun potongan kayu ke dalam bak mobil pick up nya.
Tik tik tik
"Hujan! Astaga! Cepat sekali!" Dominic berdecak, mempercepat gerakannya, menaikkan semua potongan kayu termasuk peralatannya ke belakang mobilnya, lalu meraih terpal besar yang tergulung di sudut bak pick up nya. Dominic menutup area belakang pick up nya, mengikat kuat kain terpal, sebelum berlari masuk ke dalam kabin mobil.
"Keras sekali." Dominic mengerang samar, menepis air dari tubuhnya yang sudah setengah basah. Kepalanya mendongak, menatap langit dari balik kaca depan mobil, "Sepertinya tidak akan lama."
Dominic menatap jalan berbatu di hadapannya yang tampak dipenuhi kabut. Hujan deras juga mengurangi jarak pandangnya.
"Sebaiknya menunggu sampai hujan reda saja." Dominic mengerang pelan.
Dominic melepas kaos atasannya yang sudah basah, meletakkannya di sandaran kursi, sebelum menyandarkan dirinya, memejamkan mata. Suara tetesan air yang jatuh di atas kaca dan atap mobilnya, menjadi simphoni musik tersendiri yang membuai Dominic hingga terlelap ke alam mimpi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...